Peningkatan Inflasi 0,13 Persen, Menjadi Pertanda Pemulihan Ekonomi Sudah Mulai Berjalan

Peningkatan Inflasi 0,13 Persen,  Menjadi Pertanda Pemulihan Ekonomi Sudah Mulai Berjalan
SHARE

PRABANGKARANEWS.COM || JAKARTA – Posisi indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi Indonesia pada Mei 2021 mengalami kenaikan. Momentum itu harus dijaga dan diakselerasi dengan berbagai kebijakan pemulihan ekonomi.

Indikator pemulihan ekonomi menggeliat. Hal itu terlihat dari laporan Badan Pusat Statistik (BPS) yang dirilis Rabu (2/6/2021). Lembaga itu melaporkan posisi indeks harga konsumen (IHK) atau inflasi Indonesia secara month to month pada Mei 2021 naik ke 0,32 persen.

Inflasi yang terjadi pada Mei 2021 itu merupakan kedua setelah pada April 2021 membukukan peningkatan inflasi ke 0,13 persen. Peningkatan itu dinilai menjadi pertanda yang semakin kuat bahwa pemulihan ekonomi sudah mulai berjalan.

Menyambut laporan BPS itu, Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menilai, kenaikan inflasi pada Mei 2021 menunjukkan keberlanjutan momentum akselerasi pemulihan ekonomi, melalui penguatan permintaan. Apalagi, secara tahunan, inflasi inti mengalami peningkatan signifikan dari 1,18 persen (yoy) pada April 2021 menjadi 1,37 persen (yoy) pada Mei 2021. Hal itu sekaligus memutus tren penurunan yang terjadi sejak Maret 2020.

Menurutnya, peningkatan signifikan dari inflasi inti menjadi indikasi kuat bahwa perbaikan permintaan terus berlanjut, sejalan dengan momentum pola musiman Hari Besar Keagamaan Nasional (HBKN) Ramadan dan Idulfitri.

Baca Juga  Raka Cahyana Berhasil Cetak Gol; Hantarkan Timnas U-19 Unggul Tipis 1-0 Lawan Timnas Ghana

“Momentum ini tentunya perlu terus dijaga dan diakselerasi dengan berbagai insentif kebijakan program pemulihan ekonomi nasional (PEN),” ujar Airlangga dalam keterangan tertulisnya, Rabu (2/6/2021).

Menurut data BPS, akselerasi pemulihan ekonomi melalui penguatan permintaan terus berlanjut. Indikasi ini tecermin dari perkembangan inflasi indeks harga konsumen IHK yang tercatat meningkat dari 0,13 persen (mtm) pada April 2021 menjadi 0,32 persen (mtm) pada Mei 2021.

Secara bulanan, inflasi Mei 2021 utamanya disumbang oleh komponen inti sebesar 0,16 persen, disusul komponen administered price (0,09 persen) serta volatile food (0,07 persen). Secara tahunan, inflasi inti mengalami peningkatan signifikan dari 1,18 persen (yoy) pada April 2021 menjadi 1,37 persen (yoy) pada Mei 2021, sekaligus memutus tren penurunan yang terjadi sejak Maret 2020.

Berbagai Insentif

Airlangga menambahkan, momentum ini tentunya perlu terus dijaga dan diakselerasi dengan berbagai kebijakan insentif dalam program PEN. Bahkan yang menggembirakan lagi, pemulihan kepercayaan masyarakat yang mendorong perbaikan permintaan domestik juga direspons positif oleh industri, lewat peningkatan aktivitas produksinya. Itu tecermin dari PMI Manufaktur yang terus meningkat ke level 55,3 pada Mei 2021, naik dari posisi 54,6 pada April 2021.

Baca Juga  TNI Berangkatkan Pasukan Khusus Memburu Kelompok Teroris Mujahidin Indonesia Timur

“Indeks purchasing managers terbaru itu mencatat rekor survei tertinggi baru selama tiga bulan berturut-turut,” ujar Menteri Airlangga.

Komoditas apa saja yang memberikan andil terjadinya inflasi pada Mei 2021? Seperti disampaikan Deputi Bidang Statistik Distribusi dan Jasa BPS Setianto, komoditas yang menyumbang andil inflasi adalah daging ayam ras, tarif angkutan udara, daging sapi, jeruk, minyak goreng, emas perhiasan, dan tarif angkutan antarkota.

“Komoditas lain yang juga mengalami inflasi pada Mei, antara lain, nasi dengan lauk, tarif parkir, ayam hidup, tarif kereta api, kelapa, dan kentang,” ucap Setianto dalam telekonferensi pers, Rabu (2/6/2021).

Menurutnya, itu yang membentuk inflasi 0,32 persen pada Mei lalu tersebut, sementara tingkat inflasi tahun kalender (Januari–-Mei) 2021 sebesar 0,90 persen, sedangkan tingkat inflasi tahun ke tahun (Mei 2021 terhadap Mei 2020) sebesar 1,68 persen.

Di sisi lain, dia menambahkan, komoditas yang menekan pergerakan inflasi dan menyumbang deflasi dalam periode ini, antara lain, komoditas cabai merah dan cabai rawit. “Cabai merah menyumbang andil deflasi sebesar 0,07% dan cabai rawit menyumbang andil deflasi 0,05%,” kata Setianto.

Setianto menambahkan, pada Mei 2021, komponen inti mengalami inflasi sebesar 0,24 persen dan memberikan andil ke inflasi keseluruhan sebesar 0,16 persen. Hal ini disebabkan oleh kenaikan harga komoditas ikan segar dengan andil 0,04 persen.

Baca Juga  Groundbreaking Museum dan Galery Seni SBY*ANI

“Ikan segar ini memang sebagian masuk sebagai volatilitas atau bergejolak, misalnya, untuk gurami, bawal, gabus, dan kakap merah. Ini masuk dalam kelompok harga bergejolak, sementara ikan bau, cakalang, dan ekor kuning masuk dalam kelompok inflasi inti,” papar Setianto.

Bila mengacu data di atas, tak dipungkiri kenaikan inflasi pada Mei 2021 juga tidak terlepas dari faktor musiman, yaitu Ramadan dan Idulfitri. Memang pemerintah memberlakukan pembatasan mudik. Hanya saja, masyarakat tetap memberikan porsi pengeluarannya pada lebaran dan Ramadan.

Dari fakta-fakta di atas, indikasi pemulihan ekonomi nasional sudah menampakkan hasil. Oleh karena itu, pemerintah harus menjaga proses pemulihan ekonomi nasional agar inflasi tetap terjaga.

Caranya, dengan memastikan pemulihan ekonomi tidak terganggu oleh masalah kesehatan. Proses vaksinasi massal terus digalakkan sembari protokol kesehatan tetap menjadi standar masyarakat sehingga ekonomi yang kini semakin menggeliat bisa tetap terjaga.

Bila ini terus terjaga, tentu pelaku dunia usaha kian percaya diri untuk melakukan ekspansi usaha dan membuka kembali bidang usahanya sejalan dengan meningkatnya kepercayaan diri masyarakat pascavaksinasi.

Penulis: Firman Hidranto

Sumber: Indonesia.go.id