Peristiwa Luar Biasa di Pacitan Selama Perang Jawa : Transformasi Loyalitas dan Perebutan Kembali Kota
PRABANGKARANEWS || Perang Jawa pada masa itu menyaksikan peristiwa luar biasa di Pacitan, di mana Utusan Pangeran Diponegoro, Amat Aris (Amad Daris), berhasil membujuk Bupati Pacitan, Mas Tumenggung Jogokaryo I (memerintah 1819-1826) yang juga dikenal sebagai Mas Tumenggung Jimat atau Jogokaryo , untuk bergabung dengan laskar Diponegoro.
Bersamaan dengan itu, Johannes Wormer, seorang wakil pengawas (opziener) perkebunan lada dan kopi milik Belanda di Pacitan, yang juga sepupu dari Residen Yogyakarta, Huibert Gerard Nahuys, berhasil melarikan diri ke Surakarta dengan menyamar dan berpakaian haji.
Tanggal 6 Agustus 1825, Pacitan jatuh ke tangan laskar Diponegoro setelah perundingan yang berhasil dilakukan oleh Amat Daris atau Amat Aris dengan Bupati Jogokaryo.
Namun, keadaan berubah cepat ketika Gubernur Jenderal Hindia Belanda, Jenderal De Kock, memberikan pernyataan peringatan kepada warga kerajaan Yogyakarta untuk kembali bergabung dengan pemerintah kolonial dan melawan laskar Diponegoro yang dianggap sebagai pemberontak.
Sementara itu, Johannes Wormer, yang telah tiba di Surakarta, diberi tugas oleh pejabat residen Surakarta, Hendrik Mauritz MacGillavry (1797-1835), untuk kembali ke Pacitan. Dia melakukan misi tersebut bersama seorang warga Perancis di Surakarta yang masih memiliki hubungan keluarga dengan Bupati Pacitan dan beberapa pimpinan dari daerah Mangkunegara.
Dengan perubahan sikap Bupati Pacitan, Wormer berhasil dengan mudah merebut kembali Pacitan dari tangan laskar Diponegoro. Akibatnya, Amat Aris dan para pengikutnya akhirnya jatuh ke tangan kolonial Belanda.
Peristiwa ini mencerminkan dinamika kompleks dan perubahan loyalitas yang sering terjadi selama periode Perang Jawa, di mana kesetiaan pihak-pihak terlibat bisa beralih seiring berjalannya peristiwa dan perubahan politik.
Sumber: Antara Lawu dan Wilis Catatan Lucien Adam Residen madiun 1934-1938