Alih Kode dan Campur Kode dalam Masyarakat Bahasa

Alih Kode dan Campur Kode dalam Masyarakat Bahasa
SHARE

PRABANGKARANEWS || Alih kode dan campur kode merupakan fokus utama dalam bidang kajian sosiolinguistik. Alih kode adalah fenomena di mana penutur beralih dari satu bahasa ke bahasa lain dalam percakapan dengan lawan bicaranya. Misalnya, ketika penutur pertama dan penutur kedua menggunakan bahasa pertama, lalu penutur ketiga datang dan menggunakan bahasa kedua, hal ini dapat dianggap sebagai contoh dari alih kode, seperti yang dijelaskan oleh Fajriansyah, et al (2018).

Dell  Hymes (dalam Kunjana Rahardi, 2001: 20) berpendapat bahwa alih kode adalah istilah umum untuk menyebut pergantian atau peralihan pemakaian dua bahasa atau lebih, beberapa variasi dari satu bahasa atau bahkan beberapa gaya dari suatu ragam.

Campur kode menurut Suwito  (2007:32) dianggap sebagai penggunaan beberapa bahasa dengan saling memasukkan unsur bahasa yang satu dengan bahasa lain secara konsisten.  Campur kode dibagi menjadi dua  (Azhar, dkk, 2011: 17) di antaranya: (1) Campur kode ke dalam (Inner CodeMixing), yaitu campur kode yang bersumber dari bahasa asli dengan segala variasinya.

Alih Kode Ekstern

Alih kode ekstern merupakan alih kode yang terjadi antara bahasa sendiri salah satu bahasa atau ragam yang ada dalam verbal repertoire masyarakat tuturya
dengan bahasa asing (Soewito dalam Chaer dan Agustina, 2010: 114).

  • (1) Guru : Assalamualaikumwarohmatullahi wabarokatuh. Selamat pagi.
  • (2) Siswa 1 : Walaikumsalamwaroh matullahi  wabarokatuh. Pagi bu.

Terdapat satu peristiwa alih kode ekstern pada percakapan no 1-2 ketika siswa 1 merespon tuturan guru.  Alih kode ekstern terjadi ketika guru masuk kelas menyapa siswa menggunakan bahasa Arab dan siswa 1 merespons tuturan guru menggunakan bahasa Arab juga. Hal yang melatarbelakangi terjadinya alih kode ekstern pada percakapan ini karena latar belakang guru dan siswa yang sama-sama memeluk agama islam.

Baca Juga  Indonesia Meraih Mendali Emas Sepakbola Kalahkan Thailand 5-2

Alih Kode Intern

  • Siswa 3 : Penanda kata berdasarkan makna  dalam kalimat
  • Siswa 1 : Aku nonton nggon KBBI og, ra mbukak buku „Saya melihat di KBBI, tidak membuka buku‟
  • Siswa 2 : Sintaksis opo semantis? „Sintaksis apa semantis?‟ (CLHO1).

Terdapat satu peristiwa alih kode intern yang terlihat pada percakapan 28-39 ketika siswa 1 merespon tuturan siswa 3. Data di atas menunjukkan percakapan
yang terjadi antar siswa. Hal itu ditunjukkan pada tuturan guru dan siswa 3, siswa 1, dan siswa 2. Dari tuturan tersebut bisa dilihat penggunaan bahasa dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa.

Peristiwa ini termasuk dalam alih kode intern karena terjadi antara ragam dalam bahasa sendiri, yaitu dari bahasa Indonesia ke bahasa Jawa. Hal ini  dibuktikan pada tuturan yang dilakukan siswa 1 pada waktu merespon tuturan siswa 3. Tuturan ini memperlihatkan bahwa siswa 1 dan siswa 2 melakukan peralihan bahasa, yang semula siswa 3 menggunakan bahasa Indonesia menjadi bahasa Jawa. Tuturan tersebut terjadi bukan semata-mata karena penutur atau mitra tutur tidak menguasai bahasa Indonesia, melainkan terjadi akibat topik pembicaraan yang berubah

Pemakaian Campur Kode Berwujud Frasa

  • (1) Guru : …Silakan pelajari semua, dibava dipahami. Saya yakin ndak ada soal yang sulit dan hasil yang kalian dapatkan inshaAllah tidak seperti kemarin.
  • (2) Siswa 1 : “Amin.”
  •  (3) Siswa 2 : “Amin ya Allah

Terdapat tiga peristiwa campur kode  pada percakapan 1-3. Peristiwa campur kode ekstern terjadi ketika guru menyisipkan kata dngan unsur-unsur bahasa Arab dan siswa 1, 2 merespons pernyataan guru menggunakan bahasa Arab juga. Berdasarkan data di atas dapat dilihat terdapat penyisipan kata di luar bahasa sendiri, yaitu bahasa Arab. Penutur yaitu siswa 1 dan siswa 2 menggunakan penyisipan “amin”, “amin yaAllah” yang memiliki maksud akan suatu harapan, biasanya kata „amin‟ diucapkan di belakang kata-kata khidmat. Dalam tuturan ini terdapat peristiwa campur kode yang termasuk campur kode ke luar karena terjadi di luar bahasa sendiri yaitu bahasa Arab, bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.Campur kode ekstern berwujud frasa terletak pada percakapan.

Baca Juga  Tari Bedhaya Anglir Mendhung Saat Jumenengan Mangkunagoro X

Pemakaian Campur Kode Berwujud Kata

  • (4) Siswa 12 : Ajar.
  • (5) Guru : Itu masuk keturunan no sing „yang‟ verb turunan.
  • (6) Siswa 15 : What?‟Apa?‟
  • (7) Siswa 16 : Bu? (CLHO 3).

Peristiwa campur kode ekstern terjadi ketika siswa 15 merespon tuturan  guru menggunakan bahasa Inggris. Berdasarkan data di atas dapat dilihat terdapat penyisipan kata di luar bahasa sendiri yaitu bahasa nggris, yaitu kata “What?” yang di sini berarti „Apa?‟ kata tanya. Terlihat pada percakapan nomor
996-997 awalnya guru menggunakan ragam bahasa Indonesia dan ragam bahasa Jawa, namun kemudian siswa 15 tersentak kemudian melontarkan kata tanya
menggunakan bahasa Inggris.

Peristiwa dalam percakapan tersebut merupakan salah satu peristiwa campur kode keluar karena terjadi di luar bahasa sendiri yaitu bahasa Inggris.Campur kode ini merupakan campur kode intern yang terjadi antara bahasa Jawa dan bahasa Indonesia.Campur kode ini merupakan campur kode berwujud kata.

Pemakaian Campur Kode Berwujud Kata Ulang

  • (8) Siswa 16 : Maaf ya bu tanyan lagi.
  • (9) Guru : Boleh.
  • (10) Siswa 13 : Dia sedang break „istirahat‟akibat cedera kaki. Breaknya „istirahatnya‟ bisa nggak?‟tidak?‟.
  • (11) Siswa 15 : Break to, mending  golek artikel ngono ya sing gampang wae „istirahat ya, lebih baik mencari artikel yang lebih mudah saja‟. Idih, pindah-pindah.  Move  move!„pindahpindah!‟ (CLHO).
Baca Juga  Pjs. Bupati Pacitan Terima Audiensi GMNI Terkait Netralitas ASN dalam Pilkada

Terdapat empat peristiwa campur kode pada percakapan 1000-1003 ketika  siswa merespon tuturan guru. Peristiwa campur kode ekstern terjadi ketika siswa 13 dan siswa 15 menyisipikan kata berbahasa Inggris. Berdasarkan data di atas dapat dilihat terdapat penyisipan kata di luar bahasa sendiri, yaitu bahasa Inggris, diantaranya adalah kata break dan move move. Kata break di sini memiliki arti beristirahat, sedangkan kata move move memiliki arti pindah pindah.

Terlihat penutur, yaitu siswa 1, awalnya menggunakan ragam bahasa Indonesia, kemudian tiba-tiba menggunakan ragam bahasa Inggris kemudian kembali lagi
menggunakan bahasa Indonesia. Peristiwa  dalam percakapan tersebut merupakan salah satu contoh peristiwa campur kode ke luar karena terjadi di luar bahasa
sendiri, yaitu bahasa Inggris. Campur kode ini merupakan campur kode berwujud kata ulang.

Daftar Pustaka

  1. Azhar, I., dkk. (2011). Sosiolinguistik Teori dan Praktik.Surabaya: Limalima Jaya
  2. Fajriansyah, N. B., Dede Sopianda, & Cucu Kartini. (2018). Alih Kode dan Campur Kode pada Film Romeo & Juliet Karya Andibachtiar Yusuf. Parole : Jurnal Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia, 1(4), 563-570. doi: http://dx.doi.org/10.22460/p.v1i4p563-570.952.
  3. Maszein H., Suwandi S.,  Sumarwati. (2018). ALIH KODE DAN CAMPUR KODE DALAM INTERAKSI PEMBELAJARAN BAHASA INDONESIA DI SMA NEGERI 7 SURAKARTA. Jurnal Basastra: Jurnal  Bahasa, sastra, dan Pengajarannya, Vol 7, Nomor 2, https://doi.org/10.20961/basastra.v7i2.37780 
  4. Rahardi, K. (2001). Sosiolinguistik, Kode dan Alih Kode. Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
  5. Suwito.(1996). Sosiolinguistik. Surakarta: Universitas Sebelas Maret Surakarta