Simbolisme Identitas Santri: Menjaga Tradisi dan Perjuangan di Tengah Modernitas

Simbolisme Identitas Santri: Menjaga Tradisi dan Perjuangan di Tengah Modernitas
MARIANA  (IAI SUNAN GIRI PONOROGO)
SHARE

Oleh: MARIANA  (IAI SUNAN GIRI PONOROGO)

Hari Santri, 22 Oktober diperinagti di Indonesia, memiliki makna penting yang mencerminkan peran santri dan pesantren dalam sejarah perjuangan bangsa, terutama pada masa resolusi jihad yang dikeluarkan oleh KH Hasyim Asy’ari pada 22 Oktober 1945. Namun, peringatan ini tidak hanya sekadar bagian dari sejarah, melainkan juga bagian dari budaya yang berkembang di Indonesia.

Mengenal arti santri,dalam konteks lebih luas, santri tidak hanya merujuk pada orang yang belajar di pesantren, tetapi juga menjadi simbol individu yang menjalankan nilai-nilai Islam dalam kehidupan sosial. Mereka sering dianggap sebagai teladan dalam hal moralitas, kesalehan, serta peran penting mereka dalam sejarah perjuangan bangsa Indonesia. Identitas santri pun erat terkait dengan semangat moderasi dalam beragama, keterbukaan terhadap kearifan lokal, dan kecintaan terhadap tanah air. Tidak hanya ranah tinggal dan mengabdi dipesantren, hal ini agar menjadi bahn penting dalam memaknai santri itu sendiri.

Simbolisme identitas santri terwujud kuat melalui dua elemen visual yang khas: sarung dan peci santri laki2, serta pakaian syar’i bagi santri putri. Keduanya tidak hanya sekadar pakaian sehari-hari, tetapi juga mengandung makna mendalam terkait kesederhanaan, spiritualitas, dan jati diri sebagai bagian dari komunitas pesantren. Sarung mencerminkan kehidupan yang bersahaja, sementara peci melambangkan kesalehan dan kedekatan dengan nilai-nilai keagamaan. Dalam konteks sosial dan budaya Indonesia, sarung dan peci seerta baju syar’I telah menjadi simbol kebanggaan santri yang melintasi batas waktu, di mana keduanya masih relevan dan dihormati di tengah tantangan modernisasi dan globalisasi.

Baca Juga  Nikmati Suasana Makan Malam di "Pasar Minulyo ", SBY Gratiskan Makanan Untuk Masyarakat Pacitan

Sarung dan peci bagi santri putra dan baju syar’i bagi santri putri adalah simbol visual yang kuat dari santri dan Hari Santri. Pakaian ini mencerminkan kesederhanaan, spiritualitas, dan kepatuhan terhadap ajaran agama. Namun, di balik kesederhanaannya, sarung dan peci juga menjadi simbol dari identitas budaya yang kental.Sisi lainnya, pemakaian sarung dan peci juga mengalami perkembangan. Saat ini, sarung dan peci tidak hanya dipakai dalam konteks keagamaan, tetapi juga menjadi bagian dari mode dan identitas budaya yang lebih luas. Banyak santri dan kaum muda yang bangga mengenakan sarung dalam acara-acara non-keagamaan sebagai bentuk kebanggaan terhadap budaya santri.

Disisi lain identitas santri ini mungkin bisa menjadi Salah satu bentuk penyalahgunaan sering terjadi adalah penggunaan nama “santri” untuk kepentingan politik tertentu. Beberapa politisi atau kelompok tertentu menggunakan label santri untuk membangun citra religius dan moral yang positif, meskipun sebenarnya mereka tidak memiliki latar belakang pesantren atau tidak menerapkan nilai-nilai yang dipegang oleh komunitas santri. Dengan memanfaatkan identitas santri, mereka berusaha menarik dukungan dari kelompok Islam tradisional dan masyarakat yang menghormati pesantren.Ini bisa dianggap sebagai bentuk manipulasi identitas untuk tujuan pragmatis, yang merusak esensi nilai-nilai kejujuran dan ketulusan yang diajarkan dalam pesantren.

Baca Juga  Berikut 180 Anggota KPU Terpilih di 36 Kota dan Kabupaten Jawa Timur

Ranah lain yaitu dunia pendidikan, bentuk identitas santri disalahgunakan di dunia pendidikan, terutama dalam konteks penerimaan beasiswa atau program pendidikan khusus. Ada pihak yang mengklaim diri sebagai santri atau lulusan pesantren untuk mendapatkan keuntungan seperti akses ke beasiswa, bantuan pendidikan, atau program sosial yang ditujukan bagi santri. Hal ini tidak hanya mencederai prinsip kejujuran, tetapi juga merugikan mereka yang benar-benar layak mendapatkan bantuan tersebut. Simbolisme ini hendaknya ditelaah dan dideteksi mulai hulu, kebenaran identitasnya. Agar terjauh dari penyalahgunaan identitas secarfa visual.

Di tengah perubahan zaman dan modernisasi, sarung dan peci serta baju sya’i tetap berdiri kokoh sebagai representasi visual yang menghubungkan masa lalu dan masa kini. Mereka menjadi penanda yang menunjukkan bahwa di balik pakaian sederhana tersebut tersimpan kekuatan moral dan intelektual yang terus relevan dalam membentuk karakter masyarakat.

Baca Juga  Safari Silaturahmi DDII Pacitan ke Pemerintah Kabupaten Jelang Pengukuhan Kepengurusan Daerah

Simbolisme ini juga mengingatkan kita bahwa santri, sebagai bagian dari identitas budaya Indonesia, memainkan peran penting dalam menjaga keseimbangan antara spiritualitas, tradisi, dan dinamika modernitas. Dengan tetap menjaga identitas ini, santri berkontribusi pada peradaban yang lebih bermartabat dan inklusif. Menjaga lebih kuat sisilain negative identitas santri, mmeperkaut solidaritas dan perjuangan agama serta bangsa