Wayang Beber Tawang Alun Jagong 3 “Pelarian Dewi Sekartaji, Mencari Perlindungan di Kediri”

WAYANG BEBER, PRABANGKARANEWS || Tetenger candra sengkala dalam Wayang Beber Tawang Alun yang mengisahkan Cerita Panji telah diwujudkan oleh Sungging Prubengkara. Pada masa itu, tahun pembuatannya mencatat sebuah peristiwa yang tidak dapat dilupakan oleh masyarakat kala itu. Karya ini menjadi bukti keahlian dan pandangan spiritual Sungging Prubengkara, yang berhasil memadukan seni dengan nilai-nilai luhur.
Sungging Prubengkara memiliki kebijaksanaan istimewa dalam melihat masa depan dan menuangkan visinya ke dalam Wayang Beber melalui Candra Sengkala “gawe Srabi Jinamah Wong” pada gulungan 1, jagong 4 yang sangat berkaitan dengan jagong 3 Wayang Beber Tawangalun.
Wayang Beber Tawang Alun menggambarkan kisah Joko Kembang Kuning, salah satu lakon yang juga diciptakan pada masa Majapahit, menceritakan Panji Inukertapati dari Kediri. Dalam karya ini terdapat candrasengkala berupa ilustrasi seorang pria menyentuh wanita penjual serabi di pasar. Candrasengkala tersebut menggambarkan tahun Jawa 1614 dengan ungkapan, “Gawe Srabi Jinamahing Wong.” Ketika diubah ke tahun Masehi, tahun tersebut menjadi 1692 M, di mana mulai muncul tanda-tanda penting di Kerajaan Mataram Kartasura. Masa itu ditandai oleh peristiwa Pecinan yang terjadi akibat campur tangan VOC Belanda dalam urusan pemerintahan Mataram, yang akhirnya memicu pecahnya perang saudara.
Karyanya ini tidak hanya menjadi hasil seni, tetapi juga sebagai simbol dan pelajaran berharga bagi penerus, agar senantiasa menghormati dan mengenang sejarah yang penuh nilai-nilai luhur. Jagong 3 sangat erat kaitannya dengan keberadaan Jagong 4, di mana terdapat candrasengkala yang dibuat oleh Sungging Prubengkara, putra Prabu Brawijaya.

Berikut cerita pada Jagong 3
Dewi Sekartaji bersembunyi di kediaman Tumenggung Cona Coni yang terletak di daerah Paluombo, yang masih merupakan bagian dari wilayah Kerajaan Kediri. Di tempat ini, Dewi Sekartaji mencari perlindungan karena ia menolak lamaran pernikahan dari Raden Klana Sewandana.
Dewi Sekartaji memilih tempat ini sebagai persembunyiannya karena merasa aman di bawah perlindungan Tumenggung Cona Coni. Dengan keberanian dan tekad yang kuat, ia menolak pernikahan yang tidak diinginkannya, meskipun tahu konsekuensi dari keputusannya itu akan sangat berat.
Raden Klana Sewandana, seorang kesatria kaya dan berkuasa, telah mengajukan lamaran kepada Dewi Sekartaji. Namun, Dewi Sekartaji tidak tertarik untuk menikah dengannya, karena hatinya tidak pernah tergerak oleh kekayaan atau kedudukan. Ia lebih memilih menjalani hidup sesuai dengan keinginannya sendiri, meskipun harus menghadapi berbagai rintangan.
Selama berada di rumah Tumenggung Cona Coni, Dewi Sekartaji terus memikirkan masa depannya dan bagaimana ia bisa bebas dari ancaman pernikahan paksa tersebut. Kesadarannya akan kebebasan dan martabat diri membuatnya teguh pada pendiriannya, meski situasinya menjadi semakin berbahaya.
Di balik keberanian dan tekadnya, Dewi Sekartaji juga harus menyadari bahwa perlindungan yang ia terima di rumah Tumenggung Cona Coni tidaklah abadi. Ia harus terus waspada dan mencari cara untuk menjaga keselamatannya sambil tetap memegang prinsip dan martabatnya sebagai seorang perempuan yang merdeka.
Bahasa Jawa “Cariyos Gulungan 1 Pejagong 3, wonten ing tindakipun Dewi Sekartaji manggen wonten dalemipun Tumenggung Cona Coni ing paluombo ingkang taksih lumebet wonten wilayahipun kraton Kediri. Wonten ing papan menika Dewi Sekartaji dipunsingid awit saking Dewi Sekartaji mboten kersa dipunpundhut garwa kaliyan Raden Klana Sewandana”.
(Bersambung Jagong 4)
Penulis: Tri Hartanto
Editor: Hendriyanto