Yuk Simak ! Mengenal Lebih Dekat Dengan Pupuk Organik

Yuk Simak !  Mengenal Lebih Dekat Dengan Pupuk Organik
SHARE

Mengenal Lebih Dekat Dengan Pupuk Organik

Oleh:  Agoes Hendriyanto, S.P.,M.Pd (*)

Pupuk sangat dibutuhkan oleh banyak orang untuk menambah unsur hara bagi pertumbuhan tanaman. Anjuran penggunaan pupuk ataupun bahan lain yang sifatnya organic dimaksudkan untuk mengurangi masalah yang sekarang timbul akibat dipakainya bahan-bahan kimia yang telah terbukti merusak tanah dan lingkungan.Seperti penggunaan pupuk kimia akan berakibat merusak tanah. Penggunaan insektisida dan pestisida kimia dalam pengendalian predator, hama dan penyakit juga merusak lingkungan yang keduanya berpengaruh terhadap system pertanian.

Dari strukturnya pupuk organik yang beredar sekarang,ada yang berupa padat dan ada pupuk organik cair. Pupuk organik padat dihasilkan dari proses pengomposan. Pengomposan secara alami terjadi, namun dalam menyediakan kompos secara cepat dapat dilakukan dengan cara pengomposan menggunakan mikroba terpilih yang berhasil diisolasi dari tanah. Inokulum mikroba terpilih tersebut sekarang telah banyak dijual di toko-toko pertanian sperti Star Dec, Orga Simba, EM Lestari, EM4, Star Bio.

Terdapat 17 unsur hara yang sangat diperlukan oleh tanaman, 7 macam unsur di antaranya dibutuhkan dalam jumlah kecil sehingga disebut sebagai unsur mikro.  Unsur-unsur mikro tesebut yaitu seng, tembaga, boron,molibdenium,kobalt dan khlor. Peran unsur-unsur mikro adalah terkait dengan proses metabolisme.

Contoh: tembaga, berkaitan dengan proses respirasi , zat besi dan boron mendukung proses absorbsi air dan translokasi gula dan besi berperan dalam pembentukan khlorofil dan sintesis protein. Dengan demikian unsur-unsur  mikro tersebut sangat besar perannya dalam kelangsungan hidup tanaman.

Pupuk organik umumnya dihasilkan dari proses pengomposan sehingga sering disebut juga dengan kompos. Pengomposan merupakan proses dimana bahan-bahan organik mengalami penguraian secara biologis, khususnya oleh mikroba-mikroba yang dapat memanfaatkan bahan organic sebagai sumber energi.

Menurut J.H.Crawford (2003) kompos adalah hasil penguraian tidak lengkap dan dapat dipercepat secara artificial oleh populasi berbagai macam mikroba dalam kondisi lingkungan yang hangat, lembab, dan aerobik atau an aerobik (dalam Nyoman P. Aryantha.dkk,2010)

Membuat kompos perlu mengatur dan mengontrol proses alami tersebut agar kompos dapat terbentuk lebih cepat.Hal ini dapat dilakukan dengan membuat campuran bahan yang seimbang, pemberian air secukupnya,mengatur aerasi, dan penambahan aktivator.

Pada umumnya pupuk organik merupakan pupuk yang bahannya diperoleh dari alam yang diproses berdasar proses alam, maka lebih umum disebut pupuk alam; sedangkan pupuk anorganik umumnya dibuat dengan bahan alam pula yang kemudian diproses di suatu pabrik dengan basis industry kimia sehingga lebih umum disebut pupuk buatan atau pupuk kimia(Djuwanto, 1999).

Baca Juga  Ronny Wahyono-Wahyu Saptonohadi Lolos Verifikasi Berkas, Siap Jalani Tahap Lanjut Pilbup Pacitan 2024

Pupuk organik yang dibuat melalui proses pengomposan tidak lain merupakan produk akhir dari proses dekomposisi bahan organik oleh mikroba.Dekomposisi bahan organik sebenarnya tidak saja dilakukan oleh mikroba sajatetapi juga oleh cacing dan insekta tanah.

Organisme tanah yang terlibat dalam proses dekomposisi meliputi:

  1. bakteri
  2. fungi
  3. actynomycetes
  4. protozoa
  5. nematode
  6. larva insekta

Proses pengomposan  secara alami berlangsung lama hingga 3 bulan. Sehingga  banyak dikembangkan pupuk organik yang dibuat secara cepat dengan sengaja menambahkan mikroba dekomposer yang telah diketahui sifat-sifatnya. Mikroba tanah juga berperan penting dalam proses pelarutan mineral-mineral yang tadinya berada dalam bentuk senyawa kompleks menjadi bentuk ion, maupun garam-garam yang dapat diserap oleh akar. Sebagai contoh unsur fosfor dalam senyawa kompleks batuan akan terlarutkan oleh kelompok pelarut fosfat sehingga menjadi tersedia bagi tanaman (Nyoman P. Aryantha.dkk,2010)

Pupuk organik memiliki beberapa sifat antara lain :

  • Mampu memperbaiki sifat fisika, kimia dan biologi tanah.
  • Meningkatkan daya serap tanah terhadap air.
  • Meningkatkan aktivitas mikroorganisme didalam tanah.
  • Sumber hara bagi tanah.
  • Ramah lingkungan
  • Meningkatkan kuantitas dan kualitas tanaman.

Penerapan sistim pertanain organik yakni dengan penambahan aplikasi pupukmikroba sebagai aktivator dalam budidaya tanaman, dapat menghemat biaya produksi. Beberapa komodiatas tanaman telah diuji coba seperti buncis, padi, kentang, bawang dan lain-lain dibeberapa tempat di Indonesia telah terbukti dapat menurunkan biaya produksi, sementara hasil panenan pada umumnya dapat ditingkatkan antara 5-20%.

Disamping itu, waktu panenpun dapat dipercepat rata-rata antara 7-14 hari I (Nyoman P. Aryantha.dkk, 2010). Aktivator pegomposan yang sudah banyak beredar antara lain PROMI (Promoting Microbes), OrgaDec, SuperDec, AtoComp, BioPos, EM4, SUPERFARM atau menggunakan cacing guna mendapatkan kompos (vermicompost). Setiap aktivator meiliki keunggulan sendiri.

Beberapa faktor yang mempengaruhi pengomposan adalah (Nyoman P. Aryantha, dkk, 2010)

  • C/N rasio : C/N rasio untukpengomposan berkisar sekitar 30:1 hingga 40:1.
  • Ukuran partikel :permukaan aera yang luas akan meningkatkan terjadinya kontak mikroba dengan bahan sehingga proses dekomposisi dapat berjalan lebih cepat.
  • Aerasi : aerasi yang baik akan mempoercepat pengomposan jika pengomposan terjadi secara aerob/semiaerob. Aerasi ditentukan oleh porositas dan kandungan air bahan.
  • Porositas :porositas merupakan rongga-ronggaini akan fdiisi air dan udara yang sangat diperlukan bagi pertumbuhan mikroba.
  • Kelembaban : kelembaban memegang peran penting dalam metabolism mikroba. Kelembaban dengan kisaran 40-60% merupakan kisaran optimum bagi metabolisme
  • Temperatur: panas dihasikan dari proses metabolisme mikroba. Peningkatan suhu dapat terjadi secara cepat dalam tumpukan kompos yang berkisar antara 30-60 ⁰C.
  • pH : pH pengomposan terjadi pada kisaran pH yang lebar. pH yang optimum untuk pengomposan antara 6.6-7.5.  Kompos yang sudah matang biasanya memiliki pH
  • Kandungan hara : ketersediaan hara dalam pengomposan penting untuk mendukung pertumbuhan mikroba . hara ini biasanya twerdapat dalam kompos-kompos limbah Sehingga sering pula ditambahkan kotoran ternak ataupun ompos yangsudah jadi dalam pengomposan.
  • Kandungan bahan berbahaya : bahan berbahaya akan menghambat atupun mematikanmikroba decomposer.
Baca Juga  Jimny Gear For Pro, Lincah dan Tangguh

Setelah selesai pengomposan maka perlu dilihat mutu kompos tersebut agar dapat memberikan pengaruh yang baik bagi tanmanan. Mutu kompos yang baik disebabkan karena proses dekomposisi bahan organic telah terjadi secara sempurna agar tidak memberikan pengaruh buruk terhadap tanaman. Menurut (Nyoman P. Aryantha, dkk,2010), mutu kompos yang baik tersebut antara lain:

  • Berwana coklat tua hingga hitam mirip dengan warna tanah.
  • Tidak larut dalam air .
  • Nisbah C/N rasio sebesar 20-20, tergantung dari bahan baku dan derajat
  • Berefek baik jika diaplikasikan.
  • Suhunya kurang lebih sama dengan suhu lingkungan
  • Tidak berbau.

EM 4 (EFFECTIVE MICROORGANISMS-4)

Pengembangan pupuk organik menggunakan teknologi EM4 telah banyak dikembangkan di Indonesia. Teknologi EM4 adalah teknologi budidaya pertanian untuk meningkatkan kesehatan dan kesuburan tanah dan tanaman dengan menggunakan mikroba  yang bermanfaat bagi pertumbuhan tanaman. EM4 mengandung mikroba  antara lain Lactobacillus, ragi, bakteri fotosintetik, Actynomycetes dan jamur pengurai selulosa, untuk memfermentasi bahan organik tanah menjadi senyawa yang mudah yang mudah diserap oleh tanaman (Anonim,1995).

Teknologi EM4 ditemukan pertama kali oleh Prof. Dr. Teruo Higa dari Universitas Ryukyus, Jepang, dan telah diterapkan secara luas di Jepang, Amerika,| Brasil, Thailand, Korea dan Negara-negara lain dibelahan dunia ini termasuk di Indonesia.

EM4 yang merupakan kumpulan mikroba terpilih ini berbentuk cair dan dikemas dalam botol, sehingga mudah dibawa dan disimpan dengan aman.Penggunaan cairan EM4 ini sangat irit, dengan cara mencampurkannya dalam media yang berupa sampah organik atau bahan-bahan organik yang lainnya yang dapat dipakai sebagai bahan baku kompos. Setiap bahan organik yang akan terfermentasi oleh mikroba EM4 dalam kondidi semi anaerob/anaerob pada suhu 40-50⁰ C.

Baca Juga  Bersama Forkopimda Pacitan, Danrem 081/DSJ Ikuti Rakornis TMMD Ke-110

Pembutan pupuk organik menggunakan teknologi EM4 pada dasarnya adalah proses pengomposan yang terjadi secara ferementatif. Untuk menjaga proses pengomposan ini agar terjadi secara baik dengan terpenuhinya persyaratan pengomposan antara lain suhu, oksigenasi dan kadar airmaka pengomposan ini dilakukan dalam kondisi tertutup atau ditutup atau dimasukkan ke wadah fermentor.

Pembuatan pupuk organik EM4 meggunakan bahan organik dapat menggunakan bahan-bahan sebagai berikut (Anonim, 1995):

  1. Jerami/ rumput/tanaman yang lain dipotong-potong sepanjang 5-10 cm.
  2. Dedak 10 kg.
  3. Sekam 200 kg.
  4. Gula pasir 10 sendok makan.
  5. EM4 200 ml (20 sendok makan).
  6. Air secukupnya .

Cara membuatnya:

  • Larutkan EM4 dan gula pasir ke dalam air.
  • Jerami/bahan hijauan lain ,sekam, dan dedak dicampur secara merata.
  • Siramkan lautan EM4 secara perlahan-lahan ke dalam adonan secara merata sampaikandungan air adonan mencapai kurang lebih 30%(bila adonan dikepal dengan tangan, air tidak keluar dari adonan, dan bila kepalan dilepas maka adonan akan pecah).
  • Adonan dibuat gundukan di atas ubin yang kering dengan ketinggian 15-20 cm, kemudian ditutup dengan karung goni, selama 3-4 hari.
  • Pertahankan suhu gundukan adonan 40-50 ⁰C. jika suhu lebih dari 50 ⁰C , bukalah karung penutup dan adonan dibalik, kemudian ditutp kembali. Pengecekan suhu dilakukan setiap 5 jam.
  • Setelah 4 hari , kompos telah selesai terfermentasi dan siap digunakan sebagai pupuk

Penggunakan EM4 dalam pengomposan memiliki keunggulan antara lain cepat masa fermentasinya, irit biaya dan kompos yang dihasilkan memiliki karakter kompos yang baik misalnya bau warna dan C/N ratio kompos. Dari hasil percobaan kompos yang menggunakan bahan baku limbah tumbuhan kacang tanah menghasilkan kompos dengan mutu yang baik, jika dilihat dari tekstur, warna, bau, C/N ratio dan hasil uji coba pada tanaman (Siti Umniyatie,dkk, 1999).

Referensi

Anonim. (1995). Fermentasi Bahan Organik Dengan Teknologi Effective Mocroorganismes -4 (EM4). Indonesiaan Kyusei Nature Farming Societies and PT. Songgolangit Persada. Jakarta.

Djuwanto.(1999). Keuntungan dan Kerugian Penggunaan Pupuk An Organik dan Organik.Makalah PPM UNY: Karya Alternatif mahasiswa.

Nyoman P. Aryantha, dkk. (2010). Kompos. Pusat Penelitian Antar Universitas Ilmu Hayati

LPPM-ITB. Dept. Biologi – FMIPA-ITB.diakses dari : http://www.id.wikipedia.org/

Wiki/kompos.

Siti Umniyatie,dkk. (1999). Pembuatan Pupuk Organik Menggunakan Mikroba Efektif

(Effective Microorganisms 4). Laporan PPM UNY: Karya Alternatif Mahasiswa.

Penulis: Ketua Komunitas Pengembangan Sosial Budaya