Petani Tetap Produktif Untuk Jaga Ketahanan Pangan

PRABANGKARANEWS.COM || PACITAN – Masyarakat Petani saat pandemi mampu bertahan dengan naluri berdasarkan pengalaman selama bertahun-tahun dengan memadukan teknologi modern dengan konvensional. Atau sering disebut dengan istilah intensifikasi lahan pertanian. Petani di Desa Sirnoboyo telah mampu melakukan intensifikasi pertanian. Sebenarnya kalau jujur petani kita cerdas tanpa penyuluh lapangan mereka sebanrnya dengan pengalamannya bisa menghasilkan produksi tanam yang sesuai dengan situasi dan kondisi pada saat ini.
Buruh tani yang mulai sulit mencari akhirnya tercipta inovasi pertanian dengan tujuan mendapatkan hasil pertanian. Tidak sulit untuk petani dengan keterbatasan tersebut dengan adanya bantuan alat traktor modern dari pemerintah, bisa mengatasi sehingga produksi pangan akan selalu terjaga. Seharusnya petani inilah yang mendapatkan penghargaan. Berkat inovasi dan dedikasinya bisa menopang adanya ketahanan pangan.
Jalal dalam perbincangan di lahan pertanian kepada pewarta, Senin (10/08/2020) mengatakan dengan Bahasa Indonesia yang masih medog, ” petani yang sudah mahir dengan hitung-hitungan angka mereka sudah bisa mengkalkulasi keuntungan yang akan didapat jika menanam jagung, kacang tanah, dan sayuran.
“Luas lahan pertaniannya 2000 m2, untuk yang 1000 m2, ditanami kacang tanah. Untuk bibit dibutuhkan 15 kg dengan harga 30.000, untuk biaya olah traktor 75.000,. Pengairan dengan bantuan diesel 3-4 kali sampai panen. Untuk satu kali pengairan lahan membutuhkan anggaran 100.000 sehingga total sekitar 400.000. Untuk pengolahan sampai panen membutuhkan anggaran 1 juta rupiah. Jika panen kacang tanah bisa mendapatkan 3.000.000,. sampai 4.000.000, Untuk kacang tanah berbeda dengan cara tanam jagung, kombinasi teknologi modern dengan konvensional untuk menghasilkan yang baik, ” jelas Jalal.
“Sedangkan 1000 m2 ditanami tanaman sayuran seperti sawi, bayam, lombok dan tanaman sayuran lainnya. Jalal yang berprofesi sebagai petani setelah panen padi dua kali di lahannya, untuk mengembalikan kesuburan tanah ditanami tanaman palawijaya. Agar biomasanya dan akar tanaman yang mengandung rizobium bisa memulihkan unsur hara dalam tanaman. Hal ini terbukti dengan hasil beberapa kali tanam padi menghasilkan hasil yang diharapkan, ” jawab Jalal.
Khoiri Kasun Krajan, Desa Sirnoboyo, Kec/Kab Pacitan tertarik untuk nanam jagung untuk tanam jagung untuk pakan ternak. Membutuhkan waktu yang singkat cara pengolahan dan tanam. Tanah diari terlebih dahulu sebelum diolah. Kemudian traktor modern mulai mengerjakan tanah satu kali, kemudian jagung yang udah dipersiapkan 5000 per kg siap untuk ditaburkan di lahan yang sudah diolah.

“Untuk luasan lahan 1000 m membutuhkan 8-12 kg. Kemudian setelah selesai diolah pertama baru kedua untuk meratakan tanah dan benih benar-benar didalam. Benih jagung mempunyai daya tahan terhadap olahan traktor sehingga masih bisa tumbuh. Berbeda dengan kacang, menanamnya harus manual, ” jawab Jalal.
Jagung mempunyai nilai ekonomis disebabkan biaya pengolahannya dan perawatannya murah. Namun bagi petani tidak dihitung berapa keuntungan yang didapatkan namun kepuasan dalam proses.
Kepada jurnalis Jalal minta agar mereka dibantu pemerintah. Khususnya untuk benih disediakan benih gratis. Selain itu juga jika ada benih harganya lebih murah jika dibandingkan yang ada di pasaran. Semoga optimisme petani bisa memberikan motivasi bagi yang lain. Pandemi covid bukan masanya untuk saling berdebat dan berteori. Lakukan apa yang bisa kita lakukan untuk hidup kita ke depan yang lebih baik. Bravo Petani Sirnoboyo, Pacitan. (Agoes Hendriyanto)