Pedesaaan Pacitan Sekitar abad 19-20

Pedesaaan Pacitan Sekitar abad 19-20
SHARE

PRABANGKARANEWS || PACITAN – Pada awal abad ke-20 dan akhir abad ke-19, kondisi lahan di Pacitan, khususnya di sekitar daerah daratan, telah mengalami perubahan yang signifikan. Lahan tersebut, yang semula terbentuk dari proses sedimentasi, telah berangsur-angsur menjadi lebih subur dan cocok untuk ditanami, terutama dengan tanaman padi.  Walaupun hasilnya belum bisa digunakan untuk mencukupi kebutuhan masyarakar Pacitan saat itu.

Oleh sebab itu berdasarkan Kisah Brang Wetan yang didasarkan pada Babad Tanah Alit dan Babade Nagara Patjitan saat mengungsi Pangeran Mengkubumi dari Keraton Yogyakarta sekitar abad 18 bahwa sawah Pacitan merupakan sawah tanad hujan dan hasilnya hanya untuk makanan camilan sambil minum teh atau kopi saat itu.

Baca Juga  Rapat Koordinasi dan Sinergi Badan Permusyawaratan Desa dengan Pemdes Sirnoboyo, Pacitan

Salah satu contoh yang terlihat dalam foto yang didapatkan dari sumber foto digitalcollections.universiteitleiden jalan menuju Kebonagung, yang sekarang merupakan bagian dari jalan lintas selatan antara desa Sirnoboyo-Kayen dan Sukoharjo. Pada masa tersebut, jalannya masih berupa jalan tanah dengan lebar sekitar 2 meter dan ketinggian sekitar 1 meter dari permukaan tanah sawah di sekitarnya.

Untuk meninggikan jalan tersebut, masyarakat pada masa itu mengambil tanah dari sekitarnya yang tidak jauh dari jalan. Proses ini dilakukan untuk meningkatkan aksesibilitas jalan dan memudahkan transportasi masyarakat serta barang-barang mereka melintasi daerah tersebut. Ini merupakan contoh konkret dari bagaimana masyarakat pada masa tersebut beradaptasi dengan kondisi lingkungan untuk memenuhi kebutuhan mereka akan infrastruktur dasar. (Hendriyanto)

Baca Juga  Nguri-Nguri: Evolusi Wayang Beber Panji Melampaui Zaman