Muhtarom: Pengabdian Tanpa Pamrih sebagai Guru Ngaji

Muhtarom: Pengabdian Tanpa Pamrih sebagai Guru Ngaji
Tempat Mengabdi Mushola Dusun Bakalan Kulon, Desa Sudimoro
SHARE

PRABANGKARANEWS || Muhtarom lahir dan besar di Dusun Bakalan Kulon, Desa Sudimoro, dalam keluarga petani yang hidup sederhana. Sejak kecil, Muhtarom tumbuh dalam lingkungan yang kuat dengan nilai-nilai agama dan tradisi lokal. Sejak remaja, dia sudah menunjukkan minat besar pada ilmu agama, sering menghabiskan waktu di masjid untuk mendengarkan ceramah dan mengaji bersama para tetua.

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar di SDN 2 Sudimoro, meski kondisi keuangan keluarga sulit, Muhtarom tekun belajar dengan meminjam buku dari tetangga atau guru ngaji setempat. Ketika keuangan keluarganya membaik, orang tuanya mengirimnya ke pondok pesantren, di mana dia menyelesaikan pendidikannya dan mulai mengajar ngaji pada tahun 2010.

Baca Juga  Menko Perekonomian: Relaksasi PPnBM Geliatkan Industri Otomotif dan Ekonomi Nasional

Mengapa Muhtarom Menjadi Guru Ngaji Tanpa Bayaran?

Muhtarom memilih menjadi guru ngaji tanpa bayaran karena kecintaannya pada agama dan masyarakat. Dia merasa bahwa mengajar agama adalah tanggung jawab spiritual dan cara mendekatkan diri kepada Tuhan. Keyakinannya bahwa ilmu agama harus diakses semua orang tanpa memandang status sosial atau keuangan membuatnya rela berkorban. Melihat perkembangan murid-muridnya memberinya kepuasan emosional dan rasa keterhubungan dengan masyarakat.

Suka Duka Menjadi Guru Ngaji

Sebagai guru ngaji, Muhtarom menemukan kebahagiaan dalam mengajar dan berbagi ilmu agama dengan cinta dan dedikasi. Hubungan emosional dengan murid-muridnya memberi kehangatan dan makna dalam hidupnya. Meskipun tidak dibayar, Muhtarom merasa dihargai dan senang karena aktivitas ini mengisi kekosongan waktunya.

Baca Juga  Panglima TNI : Penanganan Pandemi Covid-19 di Indonesia Bergerak Ke Arah Yang Lebih Baik

Namun, tanggung jawab mengajar agama sering kali berat, terutama saat menghadapi pertanyaan sulit dari murid-murid. Muhtarom merasa beban ini sebagai tantangan yang harus dihadapi dengan sabar dan ketabahan.

Perjalanan Sebelum dan Sesudah Menjadi Guru Ngaji

Setelah menyelesaikan pendidikan dasar dan belajar di pondok pesantren, Muhtarom memutuskan untuk mengabdikan hidupnya sebagai guru ngaji. Meskipun ada tekanan untuk mencari pekerjaan yang lebih menguntungkan secara finansial, dia tetap teguh pada keputusannya. Pengabdian ini membuatnya dihormati dan dicintai oleh masyarakat. Kehidupan sederhana tanpa harta berlimpah tidak mengurangi kebahagiaan Muhtarom karena dia merasa kaya akan makna hidup dan kepuasan spiritual.

Motivasi Muhtarom Menjadi Guru Ngaji

Baca Juga  Survei Indonesia Survey Center Elektabilitas Pasangan Prabowo -Gibran Capai 52Persen

Beberapa faktor yang memotivasi Muhtarom menjadi guru ngaji adalah cintanya pada agama, panggilan spiritual untuk mengajar, kepeduliannya terhadap kondisi masyarakat, dan kesempatan untuk memberi kontribusi yang berarti. Meski tidak mendapat imbalan finansial, penghargaan dan pengakuan dari masyarakat menjadi sumber motivasi tambahan bagi Muhtarom.

Dengan dedikasi dan keyakinannya, Muhtarom terus menjalani perannya sebagai guru ngaji, berkomitmen untuk menyebarkan ajaran agama dan membimbing masyarakatnya menuju jalan yang benar.

Pewarta: Dika Wahyu Kurniawan – PGSD STKIP PGRI Pacitan