Pergeseran Sosial dan Dampak Modernisasi dalam Era Postmodernisme
Oleh: Dr. Agoes Hendriyanto, M.Pd
Perkembangan ilmu pengetahuan di masa modern membawa dampak signifikan pada masyarakat, di mana kredibilitas komunitas dalam sistem fungsional semakin menurun. Pemisahan kelas menjadi lebih nyata akibat akumulasi narasi besar yang digunakan sebagai pembenaran atas tindakan, sehingga masyarakat kehilangan kemampuan untuk melakukan perubahan (Lechte, 2001; A. Giroux, 1992). Narasi-narasi tersebut kemudian menjadi kebenaran yang mendasari tindakan-tindakan masyarakat.
Sugiharto (1996) mengungkapkan bahwa modernisme ditandai dengan adanya pertentangan dalam menentukan pusat antara subjek dan objek, yang melibatkan perdebatan epistemologi dan ontologi. Rasionalisme berfokus pada epistemologi, sedangkan idealisme lebih pada ontologi. Pertentangan ini sering didasarkan pada konsep oposisi biner yang mendasari pemikiran modernisme.
Dalam masyarakat modern, tanda, lambang, dan simbol dijadikan komoditas yang maknanya tergantung pada kesepakatan (Sugiharto, 1996). Perkembangan teknologi, seperti internet, mengubah struktur budaya, khususnya di bidang jurnalisme, yang mempengaruhi cara berpikir masyarakat mengenai informasi (Sunday et al., 2020). Teknologi telah mempercepat perubahan dalam masyarakat, dari era industri yang berpusat pada mesin, menuju era post-industri yang didominasi oleh gadget dan internet (Baudrillard, 2018).
Postmodernisme memunculkan pandangan baru, di mana eksperimen ilmu pengetahuan diutamakan tanpa memikirkan dampak negatifnya pada masyarakat. Dalam konteks ini, doktrin agama tidak lagi dianggap solusi, melainkan alat legitimasi untuk metanarasi dominan. Era digital yang ditandai dengan postmodernisme menggeser masyarakat dari produksi ke reproduksi informasi, dengan sektor media menjadi penentu utama realitas (Baudrillard, 1988).
Simulasi dan reproduksi informasi menghasilkan realitas semu, sehingga batas antara kenyataan dan ilusi menjadi kabur. Kondisi ini membuat manusia sulit membedakan antara yang benar dan salah, atau yang nyata dan imajiner (Baudrillard, 1988). Postmodernisme menandai perubahan dari modernitas ke tatanan sosial baru yang lebih kompleks dan berbasis teknologi, sebagaimana dijelaskan oleh Baudrillard, Lyotard, dan Jameson (Kellner, 1988).
Teori modernisasi mengaitkan perkembangan sosial dengan industrialisasi, kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi, serta urbanisasi. Proses modernisasi diharapkan menghasilkan perubahan budaya seperti sekularisasi dan munculnya identitas modern yang berpusat pada pengembangan diri (Kellner, 1988).