Prof. Bani Sudardi, Dosen Filologi FIB UNS Bahas Naskah Dewaruci di RRI Surakarta
FIB UNS (PRABANGKARANEWS) – Filologi adalah bidang ilmu yang mempelajari kebudayaan melalui teks dan naskah kuno. Program Studi Sastra Indonesia di Fakultas Ilmu Budaya (FIB) Universitas Sebelas Maret (UNS) memiliki beberapa fokus, salah satunya adalah filologi, yang erat kaitannya dengan studi tentang naskah.
FIB UNS menggunakan logo yang terinspirasi dari tokoh pewayangan Dewa Ruci, yang sesuai dengan pembahasan Prof. Dr. Bani Sudardi, M.Hum. Prof. Bani menghubungkan logo tersebut dengan naskah Dewa Ruci dalam sebuah diskusi yang disiarkan oleh Radio Republik Indonesia (RRI) Pro 4 Surakarta pada Jumat, 11 Oktober 2024, di saluran 95.2 FM serta melalui Facebook. Acara ini merupakan bentuk kerjasama antara RRI Surakarta dan FIB UNS.
Naskah Dewaruci adalah karya asli Jawa yang berlatar cerita Mahabharata, berfokus pada Bima. Naskah ini mengisahkan pencarian Bima terhadap Tuhan, yang diwujudkan dalam sosok Dewaruci. Dalam perjalanannya, Bima bertemu dengan Dewaruci, yang kemudian memberinya perintah untuk memasuki tubuh Dewaruci, yang membuat Bima kebingungan akan makna perintah tersebut. Perintah ini mengajarkan nilai penting yaitu **Manunggaling Kawula Gusti** atau bersatunya manusia dengan Tuhan. Dalam naskah tersebut, Dewaruci sebenarnya sudah ada dalam diri Bima, dan Bima hanya menemukan jati dirinya.
Selama diskusi, Prof. Bani menerima banyak pertanyaan dan masukan. Salah satu pendengar menyatakan bahwa nilai-nilai yang terkandung dalam naskah Dewaruci sejalan dengan keyakinannya, yaitu bahwa nilai ketuhanan sudah ada dalam setiap individu. Dalam sesi tanya jawab, muncul berbagai pertanyaan menarik, seperti dari Joko Sutrisno yang bertanya mengapa lakon Dewaruci dianggap sakral dan apakah ada kemiripan dengan Isra’ Mi’raj. Prof. Bani menjawab bahwa Dewaruci tidak dianggap sakral dan bisa dipentaskan kapan saja, menunjukkan beragam tafsiran terhadap naskah-naskah kuno.
Prof. Bani juga menjelaskan bahwa berbagai faktor, seperti penyebaran agama, dapat mempengaruhi penafsiran naskah. Banyak teks kuno yang diadaptasi untuk menyebarkan agama dengan sedikit modifikasi. Inilah kekayaan spiritual bangsa kita, pungkas Prof. Bani di akhir diskusi.
Penulis: Agustinus Arya Wicaksana, Muhammad Anas Wifaqul Azmi