Wayang Beber Tawang Alun Jagong 4 “Pertemuan Tersembunyi Jaka Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji”

Wayang Beber Tawang Alun Jagong 4 “Pertemuan Tersembunyi  Jaka Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji”
SHARE

WAYANG BEBER (PRABANGKARANEWS ) –  Kisah Tersembunyi Cinta Jaka Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji merupakan salah satu cerita yang termuat dalam jagong 4 Wayang Beber Tawangalun. Cerita ini menggambarkan kisah cinta Panji Inukertapati, yang dilambangkan sebagai Jaka Kembang Kuning, dengan Dewi Sekartaji. Namun, hubungan mereka tidak mendapat restu dari ayah Dewi Sekartaji, sehingga menjadikan kisah ini penuh tantangan dan intrik.

Pada jagong 4, terdapat candrasengkala berupa ilustrasi seorang pria yang menyentuh wanita penjual serabi di pasar. Candrasengkala ini menggambarkan tahun Jawa 1614 dengan ungkapan “Gawe Srabi Jinamahing Wong.” Jika diterjemahkan ke dalam tahun Masehi, candrasengkala ini menunjukkan tahun 1692 Masehi. Pada masa itu, terjadi peristiwa penting di Kerajaan Mataram Kartasura, termasuk tanda-tanda awal konflik yang dipicu oleh campur tangan VOC Belanda dalam urusan pemerintahan, hingga akhirnya pecah perang saudara.

Berikut Cerita Jagong 4, Bahasa Jawa:

“Cariyos Gulungan 1 Pejagong 4,  wonten ing lampahipun madosi Dewi Sekartaji, Jaka Kembang Kuning namur laku minangka pangrawit mradini, punakawan minangka niyaga saha Jaka Kembang Kuning ingkang nembang. Dewi Sekartaji ingkang ningali pagelaran karawitan menika saged mangestosi Jaka Kembang Kuning ingkang taksih namur. Semanten ugi Jaka Kembang Kuning mangertosi Dewi Sekartaji ingkang namur wekdal ningali pagelaran karawitan menika.

Kekalihipun sami ajeng-ajengan, awit saking menika tanggel Jawab Jaka Kembang Kuning madosi Dewi Sekartaji sampun rampung. Kekalihipun sami ngraketaken katresnan temu kangen ananging kekalihipun tetep ngreksa winadi wonten ing wekdal namur supados mboten wonten ingkang mangertosi. Utaminipun Raden Klana Sewandana.”

Wayang Beber Tawang Alun, karya Sungging Prubengkara, adalah peninggalan seni luar biasa yang mengisahkan lakon Panji dan mencatat peristiwa penting pada masanya. Dengan candra sengkala “Gawe Srabi Jinamahing Wong”, gulungan pertama jagong keempat memuat makna mendalam yang terkait erat dengan jagong ketiga dalam rangkaian kisah tersebut.

Baca Juga  Pangdam : Kodam III/Siliwangi Selalu Berkomitmen Memperbaiki Dan Mengendalikan Kondisi DAS Cilamaya

Candra sengkala ini menggambarkan tahun Jawa 1614 atau 1692 Masehi, yang diilustrasikan melalui figur seorang pria menyentuh wanita penjual serabi di pasar. Tahun ini menandai masa genting dalam sejarah Kerajaan Mataram Kartasura, di mana pengaruh VOC Belanda memicu konflik internal yang dikenal sebagai Peristiwa Pecinan.

Lakon Joko Kembang Kuning dalam Wayang Beber Tawang Alun juga menggambarkan Panji Inukertapati dari Kediri, mencerminkan kemegahan budaya Majapahit yang tetap bertahan melalui nilai-nilai luhur dan seni. Karya ini tidak hanya merefleksikan keahlian Sungging Prubengkara tetapi juga kebijaksanaannya dalam memadukan spiritualitas, seni, dan sejarah.

Tetenger tersebut menjadi saksi perjalanan panjang seni tradisional Indonesia sekaligus cerminan dinamika sosial-politik pada masa itu.

Cerita Jagong 4  Bahasa Indonesia:

Pertemuan Rahasia Jaka Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji. Dalam perjalanannya mencari Dewi Sekartaji, Jaka Kembang Kuning menyamar sebagai seorang pemain karawitan. Ia berperan sebagai pengrawit yang memainkan musik tradisional, sementara para punakawan bertugas sebagai penabuh gamelan dan Jaka Kembang Kuning sendiri menyanyikan lagu-lagu yang merdu. Saat Dewi Sekartaji melihat pertunjukan karawitan ini, ia menyadari bahwa yang sedang menyamar itu adalah Jaka Kembang Kuning, kekasihnya yang selama ini ia rindukan.

Baca Juga  Anak Badak Jantan Lahir dari Induk Badak Delilah di Taman Nasional Way Kambas

Jaka Kembang Kuning, yang juga mengenali Dewi Sekartaji di antara para penonton, semakin yakin bahwa misinya untuk menemukan sang putri telah berhasil. Dalam hati mereka, ada perasaan lega dan bahagia karena akhirnya mereka bisa saling bertemu meski dalam keadaan yang penuh dengan kewaspadaan. Namun, keduanya memilih untuk tetap merahasiakan perasaan mereka, mengingat bahaya yang masih mengintai.

Pertemuan mereka tidak hanya mengobati rasa rindu yang selama ini terpendam, tetapi juga menumbuhkan kembali benih-benih cinta yang semakin kuat. Mereka berdua memahami bahwa situasi ini memerlukan kehati-hatian, karena Raden Klana Sewandana, yang menginginkan Dewi Sekartaji menjadi istrinya, masih menjadi ancaman besar bagi mereka.

Untuk menjaga keselamatan dan melindungi hubungan mereka, Jaka Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji sepakat untuk tetap menyembunyikan identitas mereka. Mereka saling mengirimkan tanda dan pesan rahasia agar tidak ada yang menyadari keberadaan mereka. Pertemuan mereka selalu diatur sedemikian rupa sehingga tidak ada yang mencurigai.

Meski begitu, setiap pertemuan singkat yang mereka jalani dipenuhi dengan kebahagiaan dan harapan untuk masa depan yang lebih baik. Mereka saling berbagi cerita dan meneguhkan hati satu sama lain, untuk tetap tabah menghadapi berbagai rintangan yang ada.

Baca Juga  Penurunan Pengunjung di Waduk Gajah Mungkur Tahun Baru 2024: Sebab dan Harapan Pasca-Revitalisasi

Dewi Sekartaji dan Jaka Kembang Kuning berusaha sekuat tenaga untuk tidak menarik perhatian orang-orang di sekitarnya. Mereka tahu bahwa jika Raden Klana Sewandana mengetahui keberadaan Jaka Kembang Kuning, itu bisa membahayakan keselamatan mereka berdua.

Keduanya juga menyadari bahwa perjuangan mereka belum berakhir. Mereka harus terus berpikir cerdas dan bertindak hati-hati agar bisa keluar dari situasi sulit ini dengan selamat. Cinta mereka diuji oleh berbagai tantangan, tetapi keyakinan dan komitmen mereka tetap kokoh.

Meskipun mereka berada dalam ancaman bahaya, pertemuan kembali ini memberikan kekuatan baru bagi Jaka Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji. Mereka bertekad untuk terus melangkah bersama, apa pun rintangan yang menghadang di depan, dan percaya bahwa cinta sejati mereka akan memenangkan segala halangan yang ada.

Cerita jagong 4 di atas sebagai acuan jika ada yang memerlukan referensi terkait dengan cerita yang ada di Wayang Beber Tawang Alun.  Penulis mengharapkan dengan tersebarnya naskah cerita Wayang Beber Tawang Alun akan banyak yang peduli dalam pelestarian Wayang Beber Tawangalun.  Mudah-mudahan akhir tahun 2024 dan tahun 2025 menjadi tonggak bagi pelestarian Wayang Beber Tawangalu, agar dikenal baik nasional maupun mancanegara.

Penulis: Tri Hartanto

Editor: Agoes Hendriyanto