Agoes Hendriyanto; Mencegah Perundungan “Peran Orang Tua dan Kesadaran Sejak Dini”

PACITAN (PRABANGKARANEWS) – Perundungan atau bullying menjadi salah satu permasalahan sosial yang perlu mendapatkan perhatian serius. Sering kali, perundungan berawal dari candaan yang lama-kelamaan berubah menjadi tindakan yang menyakiti korban secara fisik maupun mental. Dr. Agoes Hendriyanto dosen salah satu PTS swasta di Pacitan menyoroti pentingnya bagi orang tua dan masyarakat untuk memahami perbedaan mendasar antara bercanda dan perundungan serta berperan aktif dalam mencegahnya.
Lembaga sekolah, Dinas terkait dengan lembaga sekolah, orang tua, masyarakat untuk melakukan literasi terkait dengan perundungan. Perbedaan mendasar antara perundungan dan bercanda terletak pada niat atau intensi pelaku terhadap korban. Bercanda dilakukan dengan maksud untuk menghibur atau bersenda gurau tanpa niat menyakiti, sedangkan perundungan dilakukan dengan niat untuk menyakiti atau membuat korban merasa tidak nyaman. Selain itu, perundungan terjadi secara berulang-ulang kepada individu atau kelompok tertentu, bukan hanya satu atau dua kali.
Perundungan sering kali bermula dari candaan yang mengandung unsur negatif, yang dilakukan terus-menerus setiap kali bertemu dengan korban. Jika dibiarkan, hal ini dapat berdampak buruk pada kesehatan mental korban, menyebabkan rasa tidak percaya diri, kecemasan, bahkan depresi.
Agoes Hendriyanto menjelaskan orang tua memiliki peran yang sangat penting dalam mencegah perilaku perundungan pada anak-anak. Beberapa langkah yang dapat dilakukan antara lain:
- Mengajarkan Perbedaan Antara Bercanda dan Perundungan
Sejak dini, anak perlu diajarkan bahwa bercanda harus tetap menghormati perasaan orang lain. Mereka harus memahami bahwa kata-kata atau tindakan yang menyakiti tidak bisa dianggap sebagai bahan candaan. - Menjelaskan Konsekuensi dari Perbuatan
Anak-anak perlu memahami bahwa setiap tindakan memiliki konsekuensi. Orang tua harus menanamkan nilai bahwa menyakiti orang lain, baik secara fisik maupun verbal, dapat berdampak buruk pada korban dan pelaku. - Bersikap Tegas dan Konsisten
Konsistensi dalam menyampaikan bahwa perundungan tidak boleh dilakukan sangat penting. Jika anak terlibat dalam perundungan, orang tua harus segera memberikan arahan dan konsekuensi yang sesuai agar anak memahami bahwa perilaku tersebut tidak dapat diterima. - Menjadi Teladan yang Baik
Anak-anak belajar dari lingkungan sekitar, terutama dari orang tua. Oleh karena itu, orang tua harus memberikan contoh perilaku yang menghargai orang lain dan tidak melakukan perundungan dalam bentuk apa pun.
Oleh sebab itu perlu adanya sebuah kesadaran bersama untuk mencegah perundungan bukan hanya tanggung jawab orang tua, tetapi juga tanggung jawab bersama antara sekolah, masyarakat, dan lingkungan sekitar. Sekolah harus memiliki kebijakan tegas terhadap perundungan dan memberikan edukasi kepada siswa tentang pentingnya menghormati sesama.
Dengan membangun kesadaran dan memberikan edukasi yang tepat, perundungan dapat dicegah sejak dini. Anak-anak perlu memahami bahwa setiap individu berhak mendapatkan perlakuan yang baik dan saling menghormati satu sama lain. Dengan demikian, kita dapat menciptakan lingkungan yang lebih aman dan nyaman bagi semua orang.
“Jika kita belum sadar terhadap bahasa perundungan baik bagi pelaku jika di bawah umur dan korban di bawah umur akan berdampak psikologis yang sangat luar biasa. Trauma akan sulit sekali dipulihkan terutama bagi anak korban perundungan. Jika peristiwa terjadi id sekolah, kepala sekolah, guru harus segera untuk menyelesaikan dengan arif dan bijaksana. Emosi harus ditanggalkan, jika korban dan pelaku sama-sama di bawah umur. Perlu penanganan yang sangat hati-hati jika telah terjadi perundungan anak di bawah umur,” tutup Agoes.