Cerita 14 Wayang Beber Tawang Alun “Perang Tandhing Jaka Kembang Kuning vs Kebo Lorodan”

Cerita 14  Wayang Beber Tawang Alun “Perang Tandhing Jaka Kembang Kuning vs Kebo Lorodan”
SHARE

WAYANG BEBER (PRABANGKARANEWS) – Dalam gulungan keempat Wayang Beber Tawang Alun, perang tandhing antara “Jaka Kembang Kuning dan Kebo Lorodan”  menjadi peristiwa yang monumental, penuh dengan ketegangan dan kepentingan besar yang menyelimuti kerajaan. Pertempuran ini tidak hanya menjadi ajang adu kekuatan, tetapi juga simbol pergeseran kekuasaan yang mempengaruhi masa depan kerajaan secara signifikan.

Suasana Pertempuran: Sakral dan Berkesan

Perang tandhing disaksikan langsung oleh Prabu Brawijaya, Dewi Kilisuci, dan para patih, yang menambah aura sakral dan pentingnya peristiwa ini. Keberadaan Raden Klana Sewandana beserta punggawanya juga menyoroti betapa krusialnya hasil dari pertarungan tersebut. Setiap gerakan dan strategi dari Jaka Kembang Kuning dan Kebo Lorodan diamati dengan seksama, menunjukkan bagaimana pertempuran ini adalah cermin dari intrik politik dan sosial yang melingkupi kerajaan.

Keberadaan Kebo Lorodan yang merupakan utusan dari Raden Klana Sewandana yang melawan Jaka Kembang Kuning yang tak lain Panji Inu Kertapati yang memperjuangkan cinta sejati.  Dihadapan Prabu Brawijaya, Dewi Kilisuci, dan para patih.

Baca Juga  Pembelajaran Berbasis Modul Filsafat Bahasa di STKIP PGRI Pacitan

Kekuatan Manusia vs. Kekuatan Gaib

Kebo Lorodan dikenal memiliki kekuatan luar biasa, yang dipercaya didukung oleh dewa dalam wujud kepala kebo, menggambarkan kehadiran elemen supranatural di medan pertempuran. Di sisi lain, Jaka Kembang Kuning juga dilindungi oleh kekuatan ilahi, memperlihatkan bahwa kemenangan dalam perang tandhing ini bukan hanya bergantung pada kekuatan fisik, tetapi juga pada perlindungan gaib yang menyertainya. Pertarungan ini mencerminkan konflik antara kekuatan manusia dan kekuatan mistis, memberikan kedalaman filosofis pada cerita.

Kemenangan Jaka Kembang Kuning: Titik Balik Sejarah

Dengan kegigihannya, Jaka Kembang Kuning berhasil mengalahkan Kebo Lorodan, sebuah kemenangan yang tidak hanya berarti secara pribadi tetapi juga membawa dampak besar bagi politik kerajaan. Kemenangan ini menjadi simbol pergeseran kekuatan, di mana Jaka Kembang Kuning kini berada dalam posisi yang lebih kuat dalam konteks politik dan sosial.

Baca Juga  Operasi Tangkap Tangan kepada Gubernur Provinsi Sulawesi Selatan Nurdin Abdullah

Reaksi Raden Klana Sewandana: Kemarahan dan Strategi Baru

Kekalahan Kebo Lorodan memicu kemarahan Raden Klana Sewandana, yang segera mengirimkan berita ke Kraton Kediri. Reaksi ini menunjukkan bahwa perang tandhing bukan sekadar pertempuran fisik, tetapi juga medan strategis yang menentukan aliansi dan perjodohan, terutama terkait Dewi Sekartaji. Kekalahan ini menandai perlunya penyesuaian dalam strategi politik Raden Klana Sewandana, menyoroti betapa pentingnya peristiwa ini dalam menentukan alur cerita selanjutnya.

Implikasi Kemenangan: Perubahan Dinamika Kekuasaan

Kemenangan Jaka Kembang Kuning menandai perubahan besar dalam dinamika kekuasaan kerajaan. Hasil perang tandhing ini membuka jalan bagi pergeseran kekuasaan, dengan implikasi langsung terhadap perjodohan Dewi Sekartaji dan struktur politik yang ada. Keputusan untuk mengumumkan kemenangan ini menegaskan pengaruh besar hasil pertempuran terhadap masa depan kerajaan, menciptakan momentum yang akan membawa perubahan signifikan dalam alur cerita dan nasib para tokoh yang terlibat.

Kesimpulan: Perang Tandhing Sebagai Penentu Masa Depan Kerajaan

Perang tandhing antara Jaka Kembang Kuning dan Kebo Lorodan bukan hanya peristiwa epik dalam cerita Wayang Beber Tawang Alun, tetapi juga sebuah titik balik yang menandai pergeseran besar dalam kekuasaan dan politik kerajaan. Dengan latar belakang sakral, kehadiran kekuatan gaib, dan implikasi politik yang mendalam, pertempuran ini menjadi momen penting yang menentukan masa depan kerajaan dan karakter utama dalam cerita.

Baca Juga  Kapolri: Kita Terus Membangun Nilai Persatuan, Toleransi dan Keberagaman

Perebutan kekuasaan mau tidak mau, harus siap dalam sebuah pertempuran antara kesiapan roh dan badan.  Keseimbangan antara roh dan jiwa akan menjadi titik penentu kemenangan dalam sebuah pertempuran.

Namun semua harus ditempatkan pada nilai-nilai sportivitas dalam setiap babak.  Sportivitas akan jadikan pemenang yang akan diterima oleh semua kalangan.  Namun jika sebaliknya  penguasa yang menang tidak akan mendapatkan dukungan penuh dalam wujudkan visi misinya.

Sumber: Tri Hartanto, Agoes Hendriyanto. (2025). Wayang Beber Tawangalun, Donorojo, Pacitan. Nata Karya: Ponorogo.