Mitra Pertahanan Singapura: Menyeimbangkan Tetangga dan Kekuatan Global
PRABANGKARANEWS – Riset terbaru dari Lowy Institute menunjukkan bagaimana kemitraan pertahanan Singapura disusun dengan hati-hati antara negara-negara tetangga terdekat dan kekuatan global.
Indonesia menempati posisi sebagai mitra pertahanan utama Singapura dengan skor 56, mencerminkan tingkat kepercayaan yang kuat melalui latihan bersama seperti Eagle Indopura serta patroli terkoordinasi di Selat Malaka. Aktivitas ini menegaskan prioritas Singapura untuk menjaga hubungan erat dengan tetangga terdekatnya, dilansir dari Seasianews Sabtu (23/8/25).
Amerika Serikat (53) menjadi mitra utama di luar Asia Tenggara, didukung oleh perjanjian jangka panjang seperti GSOMIA 1983 dan Strategic Framework Agreement 2005. Akses Washington ke fasilitas militer Singapura serta puluhan tahun latihan gabungan—termasuk Commando Sling dan Pacific Griffin—menunjukkan bobot strategis dari kemitraan ini. Sementara itu, Malaysia (51) dan Thailand (44) juga menempati posisi penting, menegaskan sentralitas ASEAN dalam kalkulasi keamanan Singapura.
Lebih jauh, Australia (42) memiliki peran unik dengan menyediakan area latihan luas melalui Australia–Singapore Military Training Initiative, sementara Jepang (39), India (28), dan Prancis (19) berkontribusi dalam teknologi canggih dan kolaborasi riset.
Sebaliknya, hubungan dengan Tiongkok (15) masih terbatas pada pembangunan kepercayaan dan latihan keamanan non-tradisional, sedangkan Rusia menempati posisi terbawah (6).
Secara keseluruhan, data ini mengungkap strategi jalur ganda yang disengaja: membangun interoperabilitas dengan kekuatan besar seperti Amerika Serikat, sekaligus memperdalam kepercayaan dengan tetangga regional. Bagi Singapura—yang memiliki militer kecil namun sangat kapabel—kerja sama semacam ini memastikan akses terhadap teknologi maju, ruang latihan, serta kesiapan di tengah kawasan yang kian tidak pasti.
