Menjaga Warisan Leluhur, Menyulam Masa Depan: Kadis Disparbudpora Tinjau Duplikasi Wayang Beber Pacitan
PRABANGKARANEWS, Pacitan, 4 Mei 2025 — Upaya pelestarian warisan budaya kembali menggema di Pacitan. Kadis Disparbudpora Kabupaten Pacitan, Turmudi, S.Sos., M.M., melakukan kunjungan langsung ke lokasi proses duplikasi Wayang Beber Pacitan yang digagas oleh Tri Hartanto, seorang pegiat budaya dari akar rumput. Dalam kesempatan itu, Turmudi menegaskan pentingnya kualitas dalam pelestarian. “Duplikasi ini harus dikerjakan dengan baik, tepat waktu, dan menyerupai aslinya. Jangan sampai nilai sejarahnya hilang karena tergesa atau asal-asalan,” tegasnya.
Tak sekadar penggandaan, proses ini adalah perwujudan dari rasa hormat terhadap jejak leluhur. Tri Hartanto menjelaskan bahwa duplikasi Wayang Beber bukanlah proyek biasa. “Ini bukan hanya soal menyalin gambar di atas kertas. Kami membangun ekosistem budaya dari hulu ke hilir. Kami tanam pohon daluang, rawat, panen, kupas, lalu pukul lembar demi lembar hingga menjadi kertas yang layak disebut daluang. Setiap pukulan adalah doa, setiap lembar adalah harapan,” ujarnya penuh semangat.
Turmudi pun meninjau langsung ketersediaan bahan baku, memastikan kulit pohon saeh yang digunakan benar-benar diolah secara tradisional. Dengan teknik manual—memukul dan merentangkan—lembaran kertas daluang diciptakan sebagai media eksklusif untuk sungging Wayang Beber. “Inilah warisan yang tak boleh punah. Media harus sakral, proses harus menyentuh nilai-nilai budaya, agar hasil akhirnya punya ruh, bukan sekadar rupa,” tambah Turmudi.
Tri Hartanto pewaris dan penerima Program Dokumentasi Karya Pengetahuan Maestro tahun 2025, duplikasi Wayang Beber Pacitan ini tak hanya menjadi upaya dokumentasi visual, tapi juga membangun narasi spiritual dan ekologi budaya yang berkelanjutan. Dari akar hingga layar, dari saeh hingga sungging, semangat pelestarian ini adalah bukti bahwa budaya bukan benda mati, ia hidup, tumbuh, dan diwariskan. Generasi mendatang kelak tak hanya melihat warisan ini sebagai peninggalan, tetapi sebagai kebanggaan yang terus diceritakan.

