Resensi Bab 3 Buku Pragmatik Teori dan Praktik

MEILIANA NURUL KASANAH
RESENSI BUKU
Judul Buku : PRAGMATIK Teori dan Praktik
Bab : BAB 3 – TEORI TINDAK TUTUR JOHN LANGSHAW AUSTIN
Penulis : Agoes Hendriyanto, Noviariska, Wahyu Nurpitasari
Penerbit : Lintas Nalar
Tahun Terbit : 2020 (Cetakan I)
PENDAHULUAN
Teori tindak tutur John Langshaw Austin sering disebut teori tindak tutur Austin. Tindak tutur Austin dibagi menjadi 3, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Tindak tutur atau pertuturan (speech act or speech event) adalah pengujaran kalimat untuk menyatakan agar maksud dari pembicara dapat diketahui oleh pendengar (Kridalaksana, 2010:191). Sebuah tuturan bisa saja mengandung maksud yang berbeda dari mitra tutur, karena pemahaman mitra tutur dan penutur tidak sama.
TINDAK TUTUR BERDASARKAN J.L. AUSTIN
Pragmatik sebagai ilmu bahasa yang mempelajari tuturan yang maknanya ditentukan oleh konteks tuturan. Konteks tuturan sangat mempengaruhi makna sebuah tuturan, seperti tempat, waktu, dan mitra tutur. Karena jika mitra tutur mengucapkan sebuah tuturan yang tidak pas “kurang sopan/kata kasar” ditempat ataupun diwaktu yang tidak sesuai dengan keberadaan tuturan maka akan mengandung makna yang berbeda. Austin berusaha untuk fokus pada pembicara, sehingga tuturan pembicara menjadi objek kajian utamanya.
Contoh: “hari ini panas” konteks tuturan pada saat rapat.
Contoh di atas memiliki berbagai makna. Jika dilihat dari konteksnya tuturan tersebut diucapkan oleh penutur pada saat memimpin rapat, jadi maksud dari tuturan di atas adalah penutur mengharapkan mitra tutur (panitia atau penyedia tempat) untuk menyipakan kipas angin atau pendingin ruangan. Namun jika di lihat pada tuturan di atas, penutur tidak memerintahkan mitra tutur untuk menyediakan kipas angin atau pendingin ruangan.
Oleh sebab itu, untuk memaknainya diperlukan pemahaman tentang sosiolinguistik. Sosiolinguistik merupakan cabang ilmu bahasa yang mempelajari aspek-aspek kemasyarakan bahasa, khususnya perbedaan-perbedaan dalam bahasa yang berkaitan dengan sosial masyarakat. Jika contoh tuturan di atas diucapkan pada ruangan yang memiliki pendingin ruangan, maka maknanya tentu akan berbeda. Oleh karena itu, pragmatik sangat penting bagi kebermaknaansebuah tuturan.
Pandangan J.L. Auistin terhadap tindak tutur pada dasarnya setiap orang yang mengatakan sesuatu maka dia juga yang melakukan sesuatu (Auisti, 1962). Teori J.L. Auistin, setiap kali penutur berujar, dia melakukan tiga tindakan secara bersamaan, yaitu tindak lokusi, tindak ilokusi, dan tindak perlokusi. Tindak tutur perlokusi yaitu melakukan suatu tindakan dengan mengatakan sesuatu. Tindak tutur perlokusi objek kajiannya kepada respon yang diakibatkan dari tuturan penutur. Jadi, tanggapan dari mitra tuturtidak hanya kakat-kata tetapi juga tindakan. Berbeda dengan tindak tutur lokusi dan ilokusi yang menjadikan objek kajian lebih banyak pada penutur.
TINDAK TUTUR LOKUSI
Auistin tindak lokusi, untuk mengatakan sesuatu atau memberi tahu mitra tutur. Dalam tindak lokusi minimal harus ada dua orang yang terlibat dalam tuturan, karena tuturan tidak mungkin terlaksana jika hanya dilakukan oleh satu orang
Contoh: “saya lapar”.
Seseorang mengartikan ‘saya’ sebagai penutur, dan ‘lapar’ mengacu pada perut kosong dan perlu diisi, tanpa bermaksud meminta makanan.
Dengan kata lain, tindak tutur lokusi adalah tindak tutur yang menyatakan sesuatu dalam arti “berkata” atau tindak tutur dalam bentuk kalimat yang bermakna dan dapat dipahami.
Dalam tindak lokusi dibagai menjadi 3 subjenis, yaitu:
- Tindak fonik (phonic), yaitu dikeluarkannya bunyi atau phones.
- Tindak fatik (phatic), yaitu adanya phemes, bunyi-bunyi tersebut memiliki kosakatadan mengikuti aturan tata bahasa tertentu (phemes).
- Tindak retik (rhetic), yaitu adanya makna dan referensi (rhemes).
TINDAK TUTUR ILOKUSI
Tindak ilokusi, melakukan suatu tindakan dengan mengatakan sesuatu.
Contoh: “sudah hampir pukul tujuh”.
Kalimat di atas jika dituturkan oleh seorang suami kepada istrinya dipagi hari bermakna selain memberi informasi tentang waktu, juga berisi tindakan yaitu mengingatkan istri bahwa suami harus segera berangkat ke kantor, jadi minta disedikan sarapan. Oleh karena itu, istri mungkin akan menjawab “Ya Pak! Sebentar lagi sarapan siap”.
Austin membagi tindak tutur ilokusi menjadi 5 subjenis tuturan, yaitu
- Verdiktif, tindak tutur yang ditandai oleh adanya keputusan yang berlainan denagn benar-salah. Contoh: “Alid dituduh menjadi dalang kerusuhan unjuk rasa di gedung DPR”. Kalimat di atas ditunjukkan pada sosok Alid yang dituduh menjadi dalang unjuk rasa. Jawabannya pasti ada dua, ya atau tidak Alid terlibat.
- Eksersitif, tindak tutur yang merupakan akibat adanya kekuasaan, hak, atau pengaruh. Contoh: “Saya meminta Anda untuk datang ke kantor pagi-pagi”, ujar Zacky kepada sekretarisnya.
- Komisif, tindak tutur yang ditandai oleh adanya perjanjian atau perbuatan yang menyebabkan si penutur melakukan sesuatu. Contoh: “Sekolah Tinggi Keguruan dan Ilmu Pendidikan Pacitan menandatangani kerja sama dengan University Malaya dalam penerbitan jurnal ilmiah”, ucap Lina di muka rapat pimpinan.
- Behavitif, tindak tutur yang mencerminkankepedulian sosial atau rasa simpati. Contoh: “Pemerintah Singapura ikut prihatin terhadap TKI Indonesia yang mengalami penyikasaan di Arab Saudi”.
- Ekspositif, tindak tutur yang digunakan dalam menyederhanakan pengertian atau definisi. Contoh: “bail out” itu ibarat seseorang yang utangnya kepada seseorang dibayari oleh orang lain yang tidak dikenalnya”.
TINDAK TUTUR PERLOKUSI
Tindak tutur perlokusi merupakan melakukan suatu tindakan dengan mengatakan sesuatu. Tindak perlokusi menghasilkan efek atau hasil, yaitu efek atau hasil yang ditimbulkan oleh ungkapan itu pada pendengar, sesuai dengan situasi dan kondisi pengucapan kalimat itu. Tanggapan tidak hanya berbentuk kata-kata, tapi juga tindakan atau perbuatan. Efek atau daya pengaruh ini bisa secara sengaja maupun tidak sengaja dikreasikan oleh penuturnya.
Contoh: “saya lapar”.
Pada tuturan di atas, si penutur menimbulkan efek kepada pendengar, yaitu dengan reaksi memberikan atau menawarkan makanan kepada penutur.
SIMPULAN
Tindak tutur atau peristiwa tutur sangat erat kaitannya yang merupakan gejala yang terdapat pada suatu proses komunikasi. Peristiwa tutur merupakan peristiwa sosial karena menyangkut pihak yang bertuturdalam situasi dan tempat tertentu. Auistin membagi tindak tutur menjadi tiga, yaitu tindak tutur lokusi, tindak tutur ilokusi, dan tindak tutur perlokusi. Dalam tindak tutur ilokusi, Auistin membagi tindak ilokusi menjadi 5 subjenis, yaitu verdiktif (verdictives), eksertif (exercitives), komisif (commissives), behavitif (behavitives), dan ekspositif.