DIPONEGORO Puisi Chairil Anwal Tak Kekang di Makan Usia
Di masa pembangunan ini
Tuan hidup kembali
Dan hara kagum menjadi api
Di depan sekali tuan menanti
Tak gentar, lawan banyaknya serarus kali
Pedang dikanan, keris dikiri
Berselempang semangat yang tak bisa mati.
Maju
Ini barisan bergenderang-berpalu
Kepercayaan tanda menyerbu
Sekali berarti
Sudah itu mati
Maju
Bagimu negeri
Menyediakan api
Punah di atas menghamba
Binasa di atas ditindas
Sesungguhnya jalan ajal baru tercapai
Jalan hidup harus merasai
Maju
Serbu
Serang
Terjang
( februari 1943)
Puisi karya Charil Anwar ini terkenal sejak februari 1943 hingga sekarang. Sebagai seorang pengarang Chairil Anwar, kata yang dirangkaikan mengandung sejuta makna. Orisinilitas ide pengarang yang saat itu sedang semangat dalam rangka merebut kemerdekaan. Gelora dalam dada ia tuangkan dalam sebuah puisi Diponegoro. Chairil dengan bait puisinya ingin menumbuhkan jiwa kepahlawanan. Semangat juang Pangeran Diponegoro menumpas penjajah Belanda.
Puisi berjudul Diponegoro karya Chairl Anwar ini termasuk ke dalam karya sastra angkatan Balai Pustaka, berikut ciri-ciri angkatan Balai Pustaka:
- Tidak mengandung unsur menentang pemerintahan .
- Tidak menyinggung golongan tertentu dalam masyarakat.
- Tidak memihak salah satu agama yang ada.
Di dalam puisi karya Chairil Anwar ini menceritakan mengenai keberanian Pangeran Diponegoro dalam melawan para penjajah.
Mengingat rakyat indonesia dalam melawan penjajah hanya bermodalkan tekat yang kuat supaya diakui sebagai manusia yang merdeka. Terdapat majas perbandingan, hiperbola yaitu pada kalimat “ini barisan tak bergenderang-berpalu”.
Amanat dari puisi ini untuk para pembacanya yaitu harus menjadi manusia yang berani untuk memperjuangkan haknya, tidak boleh berputus asa dan harus mau berjuang tanpa mengharap pamrih.