Menumbuhkan Sikap Produktif Kepada Siswa dari Sudut Pandang Perspektif Budaya

Menumbuhkan Sikap  Produktif  Kepada Siswa dari Sudut Pandang Perspektif Budaya
SHARE

Prabangkaranews.com – Pacitan – Konsumsi menurut Baudrillard bukan pada nafsu untuk membeli begitu banyak komoditas, satu fungsi kenikmatan, satu fungsi kenikmatan, satu fungsi individual, pembebasan kebutuhan, pemuasan diri, kekayaan objek. Konsumsi berada dalam sebuah tatanan pemaknaan pada satu “panopy” objek, satu sistem, atau kode tanda, satu tatanan manipulasi tanda, manipulasi objek sebagai tanda.  Konsumsi adalah satu struktur yang bersifat eksternal dan bersifat memaksa suatu individu.

Budaya konsumsi disini masyarakat sudah terbiasa dengan pemaksaan yang tidak disadari manusia. (Baudrillard, J, 2018: xxxiv).  Sebagai contohnya siswa dengan adanya belajar daring di rumah dengan adanya Covid-19, akhirnya terjadi pemaksaan yang diluar batas kemampuan bagi masyarakat golongan menengah ke bawah.  Mereka harus membeli pulsa padahal sebelumnya tidak ada rencana untukmembeli android dan pulsa.  Ini sudah masuk pada budaya konsumtif.

Sedangkan budaya produktif sebuah pemikiran manusia yang didasarkan pada kemampuan mereka dalam menciptakan barang atau jasa baru.  Kemampuan jaringan mereka yang akan memasarkan ke konsumen walaupun konsumen tersebut sudah memiliki barang yang sama. Untuk memasarkan hasil produksinya akan bekerjasama dengan iklan media untuk merayu konsumen untuk membeli barangnya yang kualitasnya lebih baik darinyang lain.

Baca Juga  Komite Pemilihan Persiapkan Tahapan KLB PSSI 2023

Oleh sebab itu antara budaya konsumtif dan budaya produktik sangat berkaitan dalam mempertahankan eksistensinya dalam perdagangan global.  Sehingga kaum pemodal akan mempunyai keluasaan untuk mendikte konsumen untuk mengkonsumsi suatu barang yang diiklankan oleh pemilik modal.  Hal ini akan menimbulkan pada kapitalisme.

Oleh sebab itu kapitalisme akan menimbulkan pertumbuhan dengan menambah modal yang berlimpah-limpah pada pemodal, dan menambah kemiskinan.  Oleh sebab itu kapitalisme dimanapun akan berhadapan dengan sosialis yang mempunyai jargon yang dijadikan objek rakyat kecil’

Untuk menciptakan produktif bagi bagi anak didik, sebenarnya mudah sekali yaitu disekitarnya harus diberikan sebuah contoh baik oleh guru, kepala sekolah, lingkungan sekolah.  Sehingga lingkungan tersebut akan mempunyai peran penting dalam membentuk budaya produktif siswa.

Baca Juga  Bantu PMI Hadapi Pandemi Covid-19, Kodam XVIII/Kasuari Gelar Donor Darah

Hal ini berkaitan dengan anak didik kita yang menyukai hal-hal yang praktis, langsung pada praktek atau sering disebut dengan Low Culture Context atau budaya konteks rendah.

Menurut Liliweri. A,  (1993: 77), budaya konteks rendah mempunyai ciri sebagai berikut; pengalihan informasi lebih mudah, relasi berdasarkan pada tugas atau produksi, informasinya harus rasional, komunikasi secara langsung, mengutamakan faktor individu, serta pesan harus jelas.  Oleh sebab itu yang paling utama bagi menumbuhkan sifat produktif pada anak didik yaitu kita memberikan informasi yang jelas dan praktis.

Kita melakukan apa yang kita informasikan agar siswa produktif maka kita juga harus produktif.  Setelah diri kita yang kita jadikan contoh pada anak didik kita juga harus mepersiapkan lingkungan sekolah harus mendukung.

Hal ini akan terasa berat jika lingkungan sebagai tempat tumbuhnya budaya produktif anak tidak mendukung budaya tersebut. Sehingga pesan secara langsung, memberikan contoh, dengan media youtube, game memudahkan siswa untuk mentransfer ke memori anak sehingga anak akan melakukan kegiatan yang kita contohkan.

Baca Juga  Teroris OPM Sebarkan Berita Hoax, Kapen Kogabwilhan III; Tegaskan Tidak Ada Serangan Rudal

Jika lingkungan siswa tidak terpenuhi syarat tersebut mustahil anak didik akan produktif.  Sebagai contohnya anak-anak yang berada di pesisir pantai, mereka walaupun sekolah sampai SMA namun karena mereka didik oleh lingkungan nelayan maka setelah mereka Dewasa mereka akan pergi ke laut untuk menjadi profesi sebagai nelayan.

Oleh sebab itu produktifitas tidak bisa dipaksakan namun berdasarkan kesadaran dari siswa.  Kita jangan terlalu berteori a, b, c, dan seterusnya namun yang paling penting adalah lingkungan sekitar sekolah disertai dengan sistem di sekolah akan meningkatkan produktifitas siswa sesuaikan dengan lingkungan.

Liliweri, A. 2003. Dasar-dasar Komunikasi antar budaya. Yogyakarta: Pustaka Pelajar

Penulis: redaksi (AHy/Mahasiswa Program Doktor Kajian Budaya)