Bahagia Itu Sederhana

Bahagia Itu Sederhana
SHARE

Prabangkaranews.com | Pacitan – Aku membuka mata, kuhidupkan ponselku dan mencoba memfokuskan mata pada jam yang tertera di layar utama. Seketika mataku menjadi terang seperti tersiram air saat membasuh muka. Jam menunjukkan pukul 07:00 WIB, mungkin ibuku sengaja tidak membangunkanku karena aku memang sedang lelah pada saat itu.

Setelah dua hari membantu tetangga yang sedang ada hajatan. Tanpa merapikan tempat tidur aku langsung keluar kamar. Aku benar- benar panik karena sudah ada janji dengan teman (bisa dibilang saudaraku atau sahabatku sejak kecil) untuk menengok bapak pemilik kost waktu SMK yang sedang sakit stroke. Aku tidak ingin mengecewakan temanku karena baru kali ini bisa jalan bersama. Aku sibuk kuliah dan dia sibuk bekerja di Jakarta dan jarang juga pulang ke kampung, sedangkan besuk sudah harus balik lagi ke Jakarta.

Aku mencari ibuku di dapur, di kamar mandi dan di depan “ makkkk!!!” tidak ada juga. “ oh iya aku ingat pasti pergi ke rumah Mbak Ning ikut beres- beres,” pikirku. Sudah menjadi tradisi jika habis hajatan selalu kerja bakti, begitulah di desa gotong royong masih sangat kuat.

Aku duduk di depan pintu menatap langit yang begitu cerah dan udara pagi di desaku yang masih segar. “Heem rasanya males buat ngapa- ngapain nih pengen jalan- jalan aku tuhh, tapi malah disuruh anter nengok orang sakit,” batinku.

Aku segera beranjak dari lamunanku, berjalan kekamar mengambil sisir. Tetapi mataku tertuju pada setumpuk pakaian kotor yang sebenarnya ingin aku lupakan, tapi tidak akan bisa karena sangat mengganggu pemandangan. Setelah melihat pakaian kotor keinginan ku untuk piknik semakin kuat.” Aku lupakan saja lah piknik itu,” pikirku, tanpa berfikir panjang aku langsung mengambil pakaian kotor dan membawanya untuk ku cuci.

Baca Juga  Dirpamobvit Polda Banten Ikuti Latihan Jungle Warfare Satuan Brimob Polda Banten

Sebab kalau ibuku tau masih banyak pakaian kotor, pasti aku akan terkena semprotan kemarahannya yang akan meluncur dengan cepat bagai senjata api. Aku mencuci baju dengan cepat dan lanjut menjemurnya di depan.

Ternyata temanku juga ada d depan rumahnya mencuci baju, iya aku dapat melihatnya karena rumah kita berdekatan. Dia melihatku dan bertanya “jam berapa akan berangkat?” .aku menjawabnya “ nanti ya setelah aku selesai mandi dan sarapan”.

Temanku terlihat bahagia ,dia menjawab” baiklah aku akan segera mandi”. Sebenarnya sudah dari awal tadi aku katakan, aku lelah dan tidak berniat banget buat pergi apalagi naik motor. Kalian pasti tau lah jalan menuju rumahku sangat jauh dari kata mudah dilewati. Membuat tulang serasa terpisah dari teman- temannya , itulah sebab aku mengeluh sejak tadi. Tapi aku mencoba melawan rasa itu dan tetap akan mengantarkan temanku, karena hanya itulah yang dapat aku kasih kepadanya. Berjalan berdua, meluangkan waktu untuk curhat dan bersenda gurau bersama walau hanya sebentar.

Dengan berat kulangkahkan kaki ku ke kamar mandi. Aku mandi sekilat mungkin, berganti baju dengan cepat pula dan bergegas membuat sarapan. Aku berusaha untuk berangkat sebelum matahari meninggi karena berjalan di atas jalan yang rusak ketika matahari sangat menyengat rasanya seperti emosi berada pada puncak tertingginya. Ketika aku sedang sarapan  datang ibuku datang dan bertanya, “jadi ke rumah Bapak?”.

Baca Juga  Ikuti Event Gowes di Surabaya, Danrem 081/DSJ Gelorakan Semangat Ojo Kendor

Keluargaku memang sudah menganggap keluarga sendiri ,karena selama tiga tahun merekalah yang menjadi orangtuaku semasa SMK,  jadi mak pumpung ada waktu,” jawabku.  Oh iya aku lupa bercerita pada kalian aku memanggil ibuku dengan sebutan mak,karena dari kecil sudah terbiasa dan bagiku emak mempunyai ikatan batin dengan anaknya sanga t kuat dibandingkan dengan sebutan  bunda.

Bunda memiliki karakter yang selalu menunutut anaknya untuk ini itu dan apalah, itu menurutku. Ibuku sudah menjadi wanita terkuat wanita yang selalu menjadi teman dan sahabatku hingga aku seperti sekarang ini. “hati-hati ya dijalan jangan lupa oleh-oleh hihihi” katanya. “siap! Mudah-mudahan nanti di ajak piknik sekalian dehh hehehe, assalamualaikum mak..”

“Wa”alaikumsalam,” jawab ibuku sambil tersenyum.

Sepanjang jalan temanku tidak berhenti  bercerita dan curhat, entah masalah pekerjaan ataupun masalah hati. Mungkin dia kangen sudah hampir dua tahun nggak curhat dari hati ke hati. Setelah sekitar 45 menit kita berjalan sampai juga akhirnya, seketika memori masa SMK teringat kembali. Masa belum memikirkan betapa berharganya uang jajan yang diberikan orang tua, masa dimana dulu nggak pernah merasa lelah. Bedanya sekarang tanggung jawab sudah semakin besar, harus belajar mandiri dan sudah harus memikirkan apa langkah yang akan kita ambil di masa depan.

Sayangnya bapak sedang nggak ada di rumah saat itu pergi ke dokter untuk check up. Penderita stroke memang harus rutin check up dan terapi, bapak melakukannya satu minggu sekali. “emm gimana kalau kita pergi ke pantai “ ajak temanku. “ Wahh boleh boleh pantai mana ya kira-kira?” semangatku bangkit kembali setelah mendengar kata pantai.

Baca Juga  Tiga Aliran Pencak Silat, Support Muskot Ke-V IPSI Cilegon dan Tetap Jaga Silaturahmi

” Pantai Klayar yukk” pinta temanku, “yuhuuuuu berangkat hahahaha” jawabku. Jarak dari rumah bapak ke pantai lumayan jauh, tapi nggak terasa sama sekali capek nya kita kan emang lagi seneng banget. Pantai Klayar pantai yang tekenal di Pacitan letaknya di desa Kalak, Kecamatan Donorojo. Ketika mata melihat nya maka pikiran pun akan melakukan penyegaran dengan sendirinya.

Pantai Klayar memiliki pemandangan yang berbeda dengan yang lain, memiliki pantai yang luas dan dari dulu hingga sekarang masih sangat digemari oleh semua orang  bahkan banyak turis dari manca Negara. Aku dan temaku sibuk berfoto selfie yang tentunya akan di post di social media. Beruntung air laut sedang surut pada saat itu jadi kita dapat mengambil rumput laut yang ada di batu- batu.

Begitulah cara sederhana kita melepaskan lelah sangat mudah dan tidak merogoh kantong dalam-dalam tentunya. Aku tidak menyangka bahwa hari itu kita benar- benar melakukan piknik yang menyenangkan. Mengintip sebagian keindahan di bumi pacitan, selain mendapatkan berbagai pengetahuan kita juga dapat dengan mudah membuang beban di fikiran.

Aku sangat menikmati satu hari yang sangat indah itu, pergi berdua dan meluangkan waktu untuk bersama. Hidup ini nggak harus bersama ataupun tentang kekasih, buktinya dengan sahabat kita masih bisa tertawa. Melalui pantai klayar  aku dan sahabat karibku berbagi rasa. (Nela Rosita/Redaksi/06/2020)