Resensi Novel “Kerudung Merah Kirmizi” Novel Karya Remy Sylado

Resensi Novel “Kerudung Merah Kirmizi” Novel Karya Remy Sylado
SHARE

Oleh: AL Rifa Rahayu Dianthi

Novel “Kerudung Merah Kirmizi” merupakan novel angkatan tahun 2002 yang diciptakan oleh Remy Sylado. Karakteristik novel pada angkatan ini ditandai dengan:

  1. Bertemakan roman percintaan.
  2. Banyak muncul kaum perempuan.
  3. Adanya sifat feminisme yang menonjol.
  4. Kritik sosial lebih sering muncul

Novel “Kerudung Merah Kirmizi” mengangkat sepenggal kisah tentang asmara dua insan manusia.  Latar belakang  suasana penindasan sewenang-wenang pada masa Orde Baru.

Novel ini bercerita tentang Myrna Andriono, seorang janda pilot dan penyanyi hotel berbintang beranak ganda campuran, yang merupakan tokoh utama Kerudung Merah Kirmizi. Myrna melakoni perjalanan romantika bersama Luc Sondak, duda bijak flamboyan asal Pulau Dewata.

Baca Juga  Danrem 081/DSJ Dampingi Tim Wasev Tinjau TMMD di Pacitan

Asmara tumbuh di antara keduanya beriring  bumbu referensi musik galau pra-Beatles seperti “Star Dust” milik Hoagy Carmichael atau “Autumn Leaves” dari Joseph Kosma.

Kerudung Merah Kirmizi menerapkan varian plot yang dijanjikan bertemu di satu titik yang sama. Diantara tokoh-tokoh pendukungnya adalah aktivis mahasiswa bernama Emha, putri Luc bernama Laksmi, Winata selaku polisi dan teman kecil Myrna, serta bos antagonis bernama Oom Sam dan antek-anteknya.

Hanya kata ‘kebetulan’ yang sanggup mempertemukan mereka semua. Ini kemudian membuat Kerudung Merah Kirmizi dianggap mencerminkan narasi cinderella metropolitan. Pengembangan karakter yang hitam-putih dibarengi koneksi plot yang serba disengajakan untuk tidak sengaja.

Narasi dalam Kerudung Merah Kirmizi memang memuat elemen heroisme yang kental. Tokoh protagonis diilustrasikan dengan kecerdasan dan kebijaksanaan, sementara antagonis adalah mereka yang selalu terlaknat sehabis berbuat. Tokoh Laksmi, Winata, Emha, Myrna, dan Luc mendapat jaminan kebahagiaan, sementara Oom Sam dan kaki tangannya adalah penjahat yang selalu dijanjikan kena batunya.

Baca Juga  Lebih 4.000 Warga Lakukan Evakuasi Pasca Erupsi Gunung Api Ili Lewotolok

Amanat  yang dapat diambil dari novel ini diantaranya:

  1.  Si pengarang ingin mengatakan dengan jujur bahwa peristiwa yang terjadi adalah hal biasa yang sering dialami oleh semua orang. Dengan mengambil tema cinta biasa, si pengarang ingin memberi kepada pembaca sebuah cerita sederhana yang “biasa” dan apa adanya.
  2. Si pengarang memberikan sindiran pada tata kehidupan saat ini, banyak orang berharap adanya perubahan perilaku, tabiat, dan kebiasaan buruk, sedangkan tanpa sadar kita semua terjebak untuk melestarikan dan melakukan hal itu pula.
  3. Terkadang kita lebih suka menyesali sesuatu dibandingkan menyadari lebih awal tentang kebaikan atau keburukan dari hal tersebut bagi kita di masa yang akan datang.
  4. Kita tahu bahwa Kirmizi itu adalah merah kotor, tetapi kita dapat menyaksikan mukjizat melalui orang lain yang memberimu cinta, yang besar cinta itu dapat mengubahnya menjadi bersih seputih salju.
Baca Juga  Gerak Cepat Selidiki Video Aksi Kekerasan, Polresta Tangerang Tangkap Pelaku ASD (27)

Penulis Mahasiswa PBSI STKIP PGRI Pacitan semester 2