Profesi Pandai Besi Bertahan di Saat Pandemi Covid-19 dan Era Teknologi

Profesi Pandai Besi Bertahan di Saat Pandemi Covid-19 dan Era Teknologi
SHARE

PRABANGKARANEWS.COM || PACITAN –  Pandai besi sebuah profesi yang sampai kini masih dibutuhkan khususnya masyarakat Pacitan yang sebagian besar bermata pencaharian sebagai petani.  Pacitan sebagai  Kabupaten di wilayah ujung barat Jawa Timur tempat kelahiran Presiden ke 6 Republik Indonesia Bapak Susilo Bambang Yudoyono dikenal dengan “Kota 1001 Goa” ataupun” Paradise of Java” menyimpan pesona wisata yang luar biasa.

Namun dibalik sebutan tersebut peran dari pandai besi sangat besar sekali dalam membantu para petani, tukang kayu dalam meyediakan peralatan.  Mereka lebih percaya pekerjaan pandai besi terutama di wilayah Sidomulyo dan sekitarnya.  Pandai besi sudah bisa memproduksi peralatan pisau, sabit, linggis, kampak, ataupun peralatan senjata tajam yang terbuat dari logam lainnya yang dipergunakan untuk bercocok tanam, pertukangan, mengolah lahan, dan kegiatan lainnya.

Baca Juga  Situs covid19.go.id Resmi Diluncurkan Oleh Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19

Malipi (55), RT 01, RW 1, Dusun Gayam, Desa Sidomulyo, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan masih memilih profesi pandai besi di era Disrupsi dan teknologi 5.0.  Saat pandemi covid-19 tidak terpengaruh sama sekali.  Petani, pedagang, tukang kayu yang menjadi langganannya tidak terpengaruh sama sekali.  Permintaan peralatan rumah tangga, pertukangan, pertanian kewalahan untuk memenuhi permintaan dari langganan.

Malipi pengrajin pandai besi masih  mempertahankan penggunaan “ubub” kalau jaman modern disebut dengan blower alat untuk meniupkan udara biar bara api membara,  bisa digunakan untuk membakar besi untuk memudahkan ditempa menjadi peralatan seperti pisau, arit, kapak, linggis.

Kepada jurnalis @prabangkaranews, Malipi mengatakan, masih menggunakan “UBUB” disebabkan blower tidak mampu untuk dipergunakan membakar besi yang ukurannya tebal dan besar.  Pernah tahun 2015 mencoba menggunakan Blower namun hasil peralatannya tidak bisa maksimal.  Sambil bekerja Maliki menjawab di lokasi tempat bekerja di Belakang pasar Gayam, Sidomulyo, Pacitan, Minggu (2/08/2020).

“Usaha yang telah dirintis tahun 1995, pada awalnya mendapatkan warisan dari kakeknya Almarhum Boman.  Malipi tertarik menjadikan pandai besi sebagai pilihan profesi diawali saat dirinya sering  membantu kakeknya tersebut yang telah merintis usahanya di belakang Pasar Gayam,  sejak lama dan baru diteruskan sejak tahun 1995, ” jawab Malipi.

Baca Juga  Kominfo Terapkan Tiga Langkah, Lindungi Warga di Ruang Digital

Alhamdulillah usahanya yang telah dirintis pada awal mula belum ada gerinda sekarang sudah dimodifikasi dengan peralatan listrik seperti bor listrik, gerinda listrik.  Namun yang masih belum dimiliki adalah Las Listrik.  Sampai hari ini usaha  Malipi masih diusahakan sendiri dengan belum adanya bantuan dari Pemerintah Daerah.

Potensi usaha pandai besi Malipi cukup menjanjikan dan bisa bersaing dengan kisaran harga dari yang termahal; Rp. 150.000   lencek peralatan untuk menggali tanah, arit dari kisaran Rp. 40.000 sampai harga termahal Rp. 60.000,  pisau rata-rata Rp. 25.000.

“Untuk kualitasnya terjamin dengan bahan dari per, per spiral, dan laker.  Pembakarannya tidak menggunakan Blower namun masih mempertahankan teknologi warisan dari kakeknya yaitu “UBUB’ yang sudah banyak ditinggalkan oleh pengrajin besi lainnya.  Mungkin di Pacitan bisa dihitung dengan jari.  Semuanya sudah diganti dengan blower.  Penggunaan peralatan UBUB menjadi pembeda kualitas produksinya, ” ucap Malipi.

Baca Juga  Terapi Plasma Convalescent, Pengobatan Alternatif Pasien COVID-19

Semoga usahanya tetap eksis walaupun diserbu dengan peralatan modern.  Peralatan yang dibuat oleh pandai besi masih selalu dihati masyarakat Desa.  Sukses selalu.
(Agoeshendriyanto / red )