Bagaimana Pedagang Kaki Lima Kala Pandemi Covid-19; Laris atau Miris?

Bagaimana Pedagang Kaki Lima Kala Pandemi Covid-19;  Laris atau Miris?
SHARE

PRABANGKARANEWS.COM || PACITAN – Pandemi Covid-19 yang melanda sudah setengah tahun lebih dirasakan oleh berbagai elemen masyarakat Indonesia, khususnya wilayah Pacitan. Banyak elemen masyarakat yang merasa dirugikan dengan adanya pandemi ini. Mulai dari masyarakat dengan bisnis besar hingga masyarakat marginal merasakan dampak dari pandemi ini. Pedagang kaki lima adalah salah satu masyarakat marginal yang merasakan dampak buruk  tersebut.

“Pandemi ini sangat berdampak bagi saya, karena saya mengalami pengurangan konsumen secara drastis. Pembeli yang datang sekarang hanya orang-orang yang jalan-jalan saja, itu pun jarang. Anak sekolah yang mulanya ramai membeli dan sekarang sekolah ditutup membuat konsumen saya menurun,” kata Pak Jarno pedagang sempolan, di Alun-Alun Pacitan, Senin (12/10/2020).

Berkurangnya konsumen menjadi masalah yang harus dihadapi Pak Jarno sebagai pedagang kaki lima di Alun-Alun Pacitan ini. Saat pandemi yang belum kian surut ini, banyak masyarakat yang memilih berdiam di rumah saja. Sekolah-sekolah bahkan perguruan tinggi pun saat ini masih banyak yang  menggunakan sistem belajar via online dan belum melakukan belajar tatap muka. Semua hal tersebut tentunya membuat berkurangnya konsumen Jarno sampai membuat pengahasilannya menurun drastis saat pandemi.

Baca Juga  Presiden Prabowo: Program MBG Dorong Perputaran Ekonomi Desa hingga Rp8 Miliar per Tahun

“Karena keadaan masih pandemi seperti ini, saya mencoba memasukkan sempolan buatan saya ini kedalam freezer agar tahan lama dan mengurangi kerugian akibat tidak laku. Tidak hanya berjualan di Alun-Alun saja, tapi saya menerima pesanan sempolan di rumah dalam bentuk mentahan dan saya juga  menitipkan sempolan saya pada toko-toko yang ada frozen foodnya. Saya juga menitipkan pada tukang sayur yang ada di sekitaran wilayah Pacitan,” ujar  Jarno.

Jarno mengatakan pandemi ini sangat berdampak buruk bagi pengahasilan sehari-harinya. Saat sebelum pandemi, dagangannya mampu laku hingga 1000 tusuk sempolan. Namun karena pandemi saat ini, yang terjual sangat turun drastis. Menyiasati hal itu,  Jarno melakukan inovasi dengan menyimpan dagangannya di freezer agar dagangannya mampu bertahan lama. Kemudian sempolan beku tersebut di titipkan di warung-warung dalam bentuk mentahan untuk menambah penghasilannya.

Baca Juga  Pesona Sinar Mentari Menjelang Senja di Pantai "Watu Karung" Pringkuku Menambah Kerinduan untuk Kembali Berkunjung

Jarno sempat bercerita sebelum adanya pandemi ia bisa menjual sempolannya ke luar daerah Pacitan, seperti Ponorogo. Dalam pengirimannya sendiri ia menggunakan jasa bus. Itu semua dilakukannya untuk memperoleh penghasilan tambahan. Namun itu semua berhenti ia lakukan karena keadaan yang susah seperti ini. Ia juga dulu sempat berjualan roti dan kerupuk yang mampu memenuhi kebutuhan sehari-harinya. Namun ia beralih berjualan sempolan karena melihat keuntungan bisnis yang lebih menguntungkan. Hanya saja penghasilannya sekarang berkurang akibat pandemi yang melanda saat ini.

“Saya akan tetap berdagang meski keadaan seperti ini. Karena ini demi kebutuhan sehari-hari saya dan keluarga. Ya, semoga saja pandemi ini segera hilang dan keadaan kembali aman. Karena bukan hanya saya yang merasakan dampak buruknya, tapi pedagang lain juga,” jelas  Jarno.

Baca Juga  Jagongan Pro4 RRI Surakarta Bersama Fakultas Ilmu Budaya UNS "Merajut Kedamaian Pasca Pemilu 2024"

Walaupun dimasa pandemi seperti ini,  Jarno tidak berniat untuk banting setir dan menggeluti usaha lain yang sedang marak saat ini seperti berjualan masker yang banyak dimanfaatkan oleh segelintir orang. Ia tetap semangat mencari pundi-pundi uang melalui berdagang sempolan ini. Ia berharap pandemi saat ini segera berakhir agar penghasilannya kembali normal seperti biasanya. (Ellza/Suci/febi/AHY)