Budaya Bakar Batu Di Kampung Baburia, Papua
PRABANGKARANEWS.COM || KEEROM – Budaya bakar batu sebuah sistem aktivitas atau rangkaian atau tindakan yang diatur oleh adat atau hukum yang berlaku dalam masyarakat Papua yang didasarkan dari budaya masyarakat suatu wilayah secara turun-temurun. Sebagai bentuk dari warisan budaya leluhur yang berwujud takbenda berupa rangkaian kegiatan yang disusun berdasarkan budaya masyarakat setempat, yang memiliki nilai filosofis dan kearifan lokal masyarakat Papua.
Suku bangsa dan budaya merupakan dua fragmen yang saling memiliki korelasi dan terikat satu sama lain. Bisa dikatakan, suku merupakan subjek dengan keterkaitan budaya sebagai objek dalam bingkai fenomena. Tercatat bahwa Indonesia merupakan negara dengan Jumlah suku terbanyak ke-2 di Dunia setelah India dengan Jumlah setidaknya 714 suku. Menariknya lagi sekitar sepertiga suku Indonesia berada di Papua dengan jumlah 250 suku.
Membahas keanekaragaman suku dan budaya di Papua memang tidak cukup jika harus dituangkan dalam bentuk tulisan bahkan buku sekalipun. Karena bagi penduduk pribumi, suku dan budaya merupakan harta yang tidak bisa dibeli dalam bentuk apapun.
Ada satu budaya menarik yang sering dilakukan oleh kebanyakan suku di Papua yaitu Bakar Batu. Tradisi bakar batu merupakan salah satu tradisi penting di Papua yang berupa ritual memasak bersama-sama warga satu kampung yang bertujuan untuk bersyukur, bersilaturahmi, bahkan dalam kegiatan penggalangan dana pembangunan Gereja.
Itulah yang terjadi di Kampung Baburia Distrik Arso Barat Kabupaten Keerom pada hari Jumat (16/10/20). Kegiatan Bakar Batu di Kampung tersebut merupakan kegiatan yang dilakukan dalam acara penggalangan dana yang akan digunakan untuk Pembenahan Gereja Injil di Indonesia (GIDI) Kalasis, Kp. Baburia, Distrik Arso Barat, Kab. Keerom.
Bertindak selaku koordinator acara, Benyamin Kogoya berharap kegiatan yang dilakukan dengan niat tulus tersebut menuai respon positif sehingga proses Penggalangan dana cepat terkumpul dan pembenahan Gereja segera dilakukan. “Kami berharap acara ini dapat direspon para pimpinan daerah seperti Kepala Distrik bahkan Bapak Bupati Keerom,” harap Kogoya.
Mengulas singkat proses Bakar Batu dimulai dengan menyiapkan bahan pokok yang merupakan hasil bumi/ panen masyarakat untuk dinikmati bersama berupa jagung, ubi dan singkong. Biasanya bahan pokok tersebut sudah siap sehari sebelumnya. Memasuki inti kegiatan Bakar Batu, bahwa bahan pokok tersebut ditebar di atas batu yang dibawahnya terdapat bara api yang membuat panas batu tersebut. Sehingga matangnya bahan pokok makanan berasal dari batu bukan dari panas api langsung.
Acara Bakar Batu di Kampung Baburia Distrik Arso Barat juga di hadiri oleh Bupati Keerom Muhammad Markum beserta Staf. Dalam kesempatan tersebut, Markum memberikan sambutan kepada masyarakat.
“Kami akan berupaya mendukung proses pembenahan Gereja ini, terlebih kami menitip tradisi Bakar Batu ini tetap terjaga dan lestari karena dapat mempersatukan persaudaraan masyarakat Papu,” ujar Markum