Brojo Geni Tremas Pacitan, WBTB Indonesia 2020 Nomor Registrasi 202001175
PRABANGKARANEWS.COM || Perguruan Islam Pondok Tremas sebagai pondok pesantren yang didirikan oleh K.H Abdul Manan tahun 1830. Media dakwah untuk menyebarkan Islam menggunakan media sepakbola api atau sering disebut dengan Brojo Geni. Awal berdirinya Perguruan Islam Pondok Tremas Pacitan menggelar serangkaian kegiatan permainan sepak bola api “Brojo Geni”.
Brojo Geni Tremas mempunyai keunikan dengan berbagai rangkaian prosesi sebagai persiapan agar pelaksanaannya berjalan dengan sukses tidak ada kecelakan yang disebabkan oleh media Brojo Geni dari Api. Pertama untuk memilih pemain harus dari santri tingkat akhir dengan kemampuan riyadhoh atau tirakat yang sudah teruji. Hal ini disebabkan pemain diwajibkan untuk melaksanakan ibadah Riyadhoh yanitu puasa tanpa makan nasi putih selama 7 hari 7 malam yang dibimbing oleh seorang Guru. Kemudian setelah proses ini dilanjutkan dengan puasa ngebleng dengan 1 hari 1 malam tidak tidur. Kemudian dilanjutkan dengan berendam di sungai atau belik untuk membersihkan diri sehingga bisa mengendalikan media api yang dipergunakan untuk media Brojo Geni.
Tingkat keberhasilan untuk mengendalikan api tergantung dari hasil riyadhoh dan tirakat yang telah dibimbing oleh seorang guru. Semakin tidak merasakan panas api maka semakin baik tingkat keilmuwan seorang santri. Permainan sepak bola api brojo geni dilakukan layaknya pertandingan futsal. Mereka tidak menggunakan sepatu. Bola yang digunakan merupakan bola khusus yang terbuat dari sabut kelapa. Kemudian bola api itu direndam ke dalam minyak tanah dan disulut api hingga terbakar. Pemain pilihan dengan jumlah pemain tergantung dari situasi dan kondisi.
Pemain Brojo Geni Tremas menggunakan kain sarung yang dinaikkan sampai lutut dengan tidak mempergunakan alas kaki alias nyeker atau ngodok. Pemain yang telah berhasil menjalani prosesi menjadi pemain Brojo Geni dengan baik tidak akan merasakan panas pada saat pelaksanaannya. Seperti halnya memainkan bola biasa Mereka yang pemberani yang sanggup berebut bola dan menendangnya ke gawang. Pemain yang telah melaksanakan berbagai prosesi Riyadoh yang dibimbing oleh Guru tidak merasakan panas saat pelaksanaan sepakbola Brojo Geni.
Filosofi permainan bola api yang diajarkan oleh kiai kepada para santrinya mempunyai makna yang mendalam. Ketakwaan dilambangkan dengan puasa sebelum memulai permainan, pengendalian nafsu dilambangkan dengan bola api yang selalu menyala dan berbuat baik kepada sesama yang dilambangkan kerjasama saling menghargai antar para pemain. filosofi permainan bola api yang diajarkan oleh kiai kepada para santrinya mempunyai makna yang dalam. Ketakwaan dilambangkan dengan puasa sebelum memulai permainan, pengendalian nafsu dilambangkan dengan bola api yang selalu menyala dan berbuat baik kepada sesama yang dilambangkan kerjasama saling menghargai antar-pemain
Kemudian tradisi Brojo Geni dilanjutkan KH. Abdullah bin K.H. Abdul Manan dari tahun 1862 sampai tahun 1894. Kemudian tradisi ini dilanjutkan oleh KH. Dimyathi bin K.H Abdullah dari tahun 1894-1934, merupakan adik kandung KH Mahfudz Attarmasie bin K.H Abdullah dengan dengan karya-karya monumentalnya. K.H Dimyathi bin K.H.Abdul Manan Perguruan Islam Pondok Tremas dengan jumlah santri nominal 3.000-an. Brojo Geni sebagai olahraga dan hiburan yang memikat sering dilaksanakan setiap tanggal 1 Muharram dan wisuda santri yang telah menyelesaikan pendidikan di tingkat atas. Brojo Geni sebagai media dakwah dan hiburan serta Karomah K.H. Dimyati bin K.H.Abdul Manan.
Apalagi saat itu karomah dan ketinggian ilmu dan spiritualnya, KH Dimyathi bin K.H. Abdul Manan yang lebih dikenal dengan panggilan “Mbah Guru” sehingga akhirnya Pondok Tremas lebih masyhur dengan sebutan “Perguruan Islam Pondok Tremas” yang mengandung pengertian sebagai tempat berguru dan tidak menggunakan istilah yang sering dipakai yakni Pondok Pesantren. Mbah Guru mempunyai tiga putra yaitu Hamid Dimyati, Habib Dimyati, dan Haris Dimyati.
Putra pertama Mbah Guru yang pertama, KH. Hamid Dimyathi bin K.H.Dimyati tahun memimpin tahun 1934-1948. Peristiwa “Affair Madiun” K.H Hamid Dimyathi bin K.H.Dimyati sendiri pun menjadi salah satu korban kekejaman PKI. K.H. Hamid Dimyathi terbunuh di daerah Jawa Tengah ketika dalam perjalanannya ke Jogja guna penyelamatan jiwanya dan konon atas anjuran Sri Sultan Hamengku Buwono IX.
Brojo Geni kemudian dilanjutkan oleh Habib Dimyati Bin K.H. Dimyati adik dari Hamid Dimyati bin K.H Dimyati sebagai pengasuh Perguruan Islam Pondok Tremas di mulai tahun 1948 sampai tahun1997 bersama dengan adiknya K.H. Haris Dimyati bin K.H. Dimyati sebagai pengasuh tahun 1948 sampai tahun 1994 merupakan adik kandung K.H. Hamid Dimyati, yang mendalami ilmu agama di Pondok Krapyak Jogjakarta dibawah asuhan KH Ali Ma’sum.
Brojo Geni mulai dikembangkan kembali oleh K.H. Habib Dimyati, K.H. Haris Dimyati dibantu K.H Hasyim Ihsan yang masih ada kerabat dengan keluarga, mereka bertiga mulai membangun kembali Pondok Tremas. Pada periode ini merintis adanya pembagian tugas, yakni K.H Habib Dimyathi yang memegang kendali seluruh lembaga pendidikan yang ada dibawah naungan Pondok Tremas, K.H Haris Dimyathi yang mengembangkan metoda pendidikan dan pengajaran seluruh lembaga pendidikan di Pondok Tremas, lalu KH Hasyim Ihsan menangani bidang social spiritual secara menyeluruh baik intern komunitas pondok dan ekstern masyarakat sekitar. Pada saat ini Brojo Geni mulai ada kegiatan yang sebelumnya tidak ada kegiatan.
K.H.. Fuad Habib Dimyathi bin K.H. Habib Dimyati dan K.H Luqman Haris Dimyathi bin Haris Dimyati menjadi penerus Perguruan Islam Pondok Tremas sampai sekarang. Sebagai public figure yang masih relative muda menuruskan perjuangan dari K.H.Habib Dimyati dan K.H.Haris Dimyati memiliki spirit dan motivasi yang responsif demi kemajuan dan perkembangan Perguruan Islam Pondok Tremas. K.H.Luqman bin Haris Dimyati Brojo Geni sebagai tradisi yang telah turun temurun dilaksanakan khususnya di Perguruan Islam Pondok Tremas khususnya pada santri tingkat akhir. Sebagai cara untuk mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari baik dzikir, wirid, puasa serta amalan yang telah diberikan oleh para guru untuk menjadi bekal di kehidupan nyata saat menpraktekan di tengah masyarakat.
Pengendalian panasnya api akan berhasil jika jiwa kita suci dan penuh dengan keimanan kepada Tuhan Yang Maha Esa dengan menjadikan api sesuatu yang indah dengan warna-warni dii malam pergantian tahun. Tanpa mengurangi makna 1 Muharram dengan melakukan hal positif sebagai sarana mensucikan hati para santri untuk mengarungi kehidupan yang serba cepat berubah dengan berbagai godaan syaitan. Santri setelah pelaksanaannya akan merasa senang disebabkan ujian yang telah diberikan oleh guru berhasil dilalui dengan menyuguhkan permainan Brojo Geni yang indah dan memukau pengunjung.
Sumber: Kemendikbud.go.id