Kisah Persahabatan Prajurit Haidir Anam dengan Sandi Rihata (Difabel)
PRABANGKARANEWS.COM || Brebes – Kisah persahabatan antara Haidir Anam (20) dengan Sandi Rihata (difabel), keduanya warga Desa Kaligawe RT. 02 RW. 04, Kecamatan Susukan Lebak, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, masih berlanjut walaupun kini Haidir Anam sedang menempuh pendidikan Sekolah Calon Tamtama TNI-AD di Rindam III Siliwangi.
Untuk diketahui, kedua sahabat karib Haidir Anam dan Sabdi Rihata sebelumnya sama-sama bekerja sebagai kuli bangunan harian di Mabesad (Markas Besar Angkatan Darat), hingga akhirnya atas saran dari Serda (K) Sahara, anggota Dispenad (Dinas Penerangan Angkatan Darat), Haidir Anam menyampaikan niatnya langsung kepada Kasad, Jenderal TNI Andika Perkasa, untuk menjadi prajurit TNI-AD.
Berkat pengabdian keduanya di Mabesad, sekarang Haidir Anam menjadi prajurit. Sedangkan sahabatnya Sandi Rihata ( difabel) mempunyai adik bernama Iis Riani (20), bekerja sebagai karyawati PT. BIG (Bintang Indokarya Gemilang) Adidas, Jalan Cendrawasih No. 20, Desa Tengguli, Kecamatan Tanjung, Kabupaten Brebes, Jawa Tengah, dijemput oleh Kolonel Inf Maskun Nafik, Kasub Media Elektronik Dispenad, untuk dibawa ke RSPAD (Rumah Sakit Pusat Angkatan Darat) guna menjalani operasi wasir yang diidapnya selama ini.
Dikemukakan Danramil 04 Tanjung, Kodim 0713 Brebes, Kapten Infanteri Dipo Suyatno, persahabatan mereka dapat dilihat di tayangan youtube TNI-AD, dengan judul “Persahabatan Kami dari Kuli Hingga Jadi TNI” tayang pada 25 Desember 2020 lalu.
“Selain Haidir Anam menjadi prajurit, kini Kasad juga memperhatikan adik perempuan Sandi Rihata (difabel) menderita wasir untuk mendapatkan penanganan medis di RSPAD,” ungkapnya, Senin (25/1/2021).
Dijelaskannya , selepas ayah Prada Haidir Anam wafat pada 2014 lalu, menjadi tulang punggung keluarganya sehingga Kasad memprioritaskannya diterima menjadi prajurit, dengan tes yang harus dilalui dengan ditunjang dengan fisik, mental, dan akademik yang mumpuni.
Niat Haidir Anam, agar keluarganya dibantu disebabkan ibunya, Rosibah, hanya berjualan urap daun mengkudu dan daun singkong dengan penghasilan rata-rata Rp. 20 ribu per harinya. Terlebih pesan Almarhum ayah Haidir Anam sebelum meninggal agar menjaga ibu dan adik-adiknya. Sehingg membuatnya termotivasi menjadi prajurit.
Kasad kagum atas semangatnya kerja keduanya, terutama Sandi meskipun mengalami keterbatasan fisik.
“Cita-cita Haidir Anam sejak kecil memang menjadi TNI, namun karena keterbatasan ekonomi dia sadar diri. Tuhan berkehendak, atas semangatnya bekerja sebagai buruh harian di Mabesad, kini Haidir menjadi TNI,” bebernya.
Danramil menambahkan, untuk menjadi prajurit TNI tidak dipungut biaya apapun, dan ini terbukti sekali lagi dari kisah Prada Haidir Anam itu.
“Di sela-sela istirahat kerja sebagai kuli bangunan, Haidir membina fisiknya, yakni mulai pukul 03.00 – 04.00 WIB dan juga 19.00-20.00 WIB, dan itu dilakukannya setiap hari hingga waktu tes jasmani,” tandasnya.
Sebagai sahabat, tentunya Sandi (difabel) selalu membangunkan dan memotivasi Haidir untuk berolahraga, meskipun dirinya tak bisa menemaninya karena keterbatasan fisiknya itu.
Sementara itu, mewakili perusahaan, Edi Suryono, selaku Senior Manager GA IR Security PT. BIG Adidas, memberikan izin kepada salah satu karyawan, Iis Riani yang merupakan adik kandung Sandi, untuk tindakan medis di RSPAD. (Aan)