Tari Bedhaya Anglir Mendhung Saat Jumenengan Mangkunagoro X
PRABANGKARANEWS.COM || Tari Bedhaya Anglir Mendhung saat Jumenengan Mangkunagoro X di Pura Mangkunegaran, Solo, Jawa Tengah, Sabtu (12/3/2022), dikutip dari laman indonesia.go.id Pura Mangkunegaran menggelar Jumenengan atau upacara kenaikan takhta GPH Bhre Cakrahutomo Wira Sudjiwo sebagai KGPAA Mangkunagoro X dan mengundang sejumlah tamu undangan diantaranya dari Keraton Kasunanan Solo, Keraton Kasultanan Yogyakarta dan Pura Pakualaman Yogyakarta.
Dikutip dari laman kompas.com, di antara banyak tari yang diciptakan di Puro Mangkunegaran, Tari Bedhaya Anglir Mendung yang paling sakral dan menarik untuk dibicarakan. Sebab ada sederet fakta, yang harus dipersiapkan oleh Penari Bedhaya Anglir Mendung sebelum mempertunjukkan keelokan gerak unsur tariannya.
Pengageng Kemantren Langen Praja, Raden Tumenggung Syamsuri, yang bertanggung jawab bidang kesenian Puro Mangkunegaran, mengatakan ketujuh penari harus lolos beberapa syarat adat. “Masih remaja, karena syarat sejak dulu atau pakemnya begitu tidak berani melanggar itu. Dan itu penari pun masih di samping remaja dan nanti saat hari H tidak boleh menari dalam keadaan haid (datang bulan),” kata Syamsuri, dikutip dari laman Kompas.com, Rabu (9/3/2022).
Untuk itu, dalam persiapan yang berlangsung lama, sebelum pertunjukan akan dipilih lebih dari tujuh penari untuk menjadi cadangan. “Karena kita tidak tahu (siklus haid). Sebagai antisipasi saja,” ujarnya.
Selain syarat itu, Syamsuri menjelaskan sehari sebelum pagelaran tarian ini para penerima diwajibkan untuk melakukan puasa.
“Sehari sebelum dikarantina, lalu ritual berpuasa seperti biasanya sehari. Untuk melatih ketenangan, persiapan fisik dan mental agar lebih tenang berkontraksi,” jelasnya.
Hingga kini, budaya persiapan dan syarat menarikan Tari Bedhaya Anglir Mendung tidak pernah diubah sesuai yang diciptakan oleh Pangeran Sambernyawa atau KGPAA Mangkunegara I.
Yang menceritakan peperangan antara Pangeran Sambernyawa atau KGPAA Mangkunegara I dibantu dua orang sahabatnya, Kudono Warso dan Ronggo Panambang melawan Belanda di Trowulan, Jawa Timur.
“Hingga kini tidak ada yang berani melanggar, masih sesuai tatanan,” jelasnya.
Ada tiga gamelan yang dimainkan dalam Tari Bedhaya Anglir Mendung, yakni Kiai Kayut Mesem, Kiai Udan Asih, Kiai Udan Arum.
Ketiganya merupakan gamelan pemilihan dari 15 koleksi gamelan Pura Mangkunegaran, yang berbahan perunggu, serta memiliki keistimewaan walaupun tidak mengunakan alat pengeras suara, suara yang dihasilkan mampu terdengar jernih dan enak didengar. (*)