Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin Menyelesaikan Tesis Mengkaji Filsafat Feminisme Bung Karno dalam Buku Sarinah

Bupati Trenggalek Mochamad Nur Arifin Menyelesaikan Tesis Mengkaji  Filsafat Feminisme Bung Karno dalam Buku Sarinah
SHARE

PRABANGKARANEWS  || Bupati Trenggalek, Mochamad Nur Arifin, telah berhasil menyelesaikan tesisnya yang membahas tentang Buku Sarinah karya Bung Karno dan pengarusutamaan gender di Universitas Airlangga Surabaya. Dalam tesisnya, yang dia kerjakan sebagai bagian dari program studi S2 Pengembangan Sumber Daya Manusia di Sekolah Pascasarjana Unair, Arifin menyoroti filsafat feminisme yang dianut oleh Bung Karno, pemaknaan ulang sosialisme, serta konsep pemberdayaan perempuan yang melibatkan peran laki-laki.

Arifin, yang akrab disapa Mas Ipin, mengungkapkan bahwa selama ini isu pemberdayaan perempuan dan responsif terhadap gender belum mendapat perhatian yang cukup, meskipun program-program yang mengarah kepada pemberdayaan perempuan sangat diperlukan. Ia menjelaskan bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) memiliki tekad untuk mengurangi kemiskinan ekstrem menjadi 0 persen. Di Trenggalek, data menunjukkan bahwa tingkat kemiskinan ekstrem sebesar 1,56 persen, dan 40 persen di antaranya adalah perempuan. Arifin juga menyoroti masalah stunting yang belum teratasi karena perlu perbaikan dalam pendidikan dan pengasuhan.

Baca Juga  Candi Tawangalun, Peninggalan Klasik Jaman Majapahit

Mas Ipin menekankan bahwa semangat dan pemikiran Bung Karno harus terus berkobar dan menjadi bagian dari pengambilan kebijakan saat ini, karena Sarinah, buku yang ditulis oleh Bung Karno, mencakup analisis gender yang diterbitkan oleh Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (PPPA). Ia menunjukkan bahwa Bung Karno juga membahas data yang terkait dengan gender, yang menunjukkan bahwa perempuan tidaklah lemah.

Proses penyelesaian tesis Mas Ipin memakan waktu sekitar enam bulan, termasuk observasi dan penyusunan. Meskipun semakin banyak literatur yang ia baca, ia merasa bahwa materi tesisnya sudah cukup dan tak perlu menambahkan lebih banyak lagi, dilansir dari  Antaranews.com Selasa (4/7/2023).

Mas Ipin berharap bahwa program pemberdayaan perempuan akan terus dilakukan di masa depan, dan tidak hanya berfokus pada hal tersebut, tetapi juga harus membangun ekosistem yang mendukung. Ia memberikan contoh program “wifey” di San Fransisco, di mana donasi uang digunakan untuk mendidik perempuan lain yang belum mencapai kesuksesan mereka. Ia berpendapat bahwa semangat seperti itu masih kurang di Indonesia, dan perlu ada perubahan dalam pemberdayaan sosialis yang melibatkan kolaborasi antara perempuan.

Baca Juga  Pemerintah Kabupaten Trenggalek Meraih Penghargaan 'Custom Award 2023' atas Komitmen Cegah Peredaran Rokok dan Hasil Tembakau Ilegal

Mas Ipin mengenang masa studinya di Universitas Airlangga dengan penuh nostalgia. Baginya, menyelesaikan program S2 di kampus tersebut merupakan momen yang berharga. Ia juga mengakui bahwa dapat menyelesaikan studi sambil menjalankan tugas sebagai kepala daerah tidak lepas dari dukungan keluarganya, terutama istri yang memberikan masukan berharga dalam berbagai konsep yang dibahas.

Istri Mas Ipin, Novita Hardini, merasa bangga dan bersyukur karena suaminya berhasil menyelesaikan pendidikan S2 yang sempat tertunda. Novita berdoa agar suaminya dapat memperoleh pemahaman yang lebih dalam tentang perempuan, sehingga perspektif tersebut dapat diaplikasikan dalam kebijakan yang diambil. Ia berharap bahwa studi yang dilakukan oleh Mas Ipin tidak berhenti di tingkat S2, tetapi dapat diimplementasikan sesuai dengan pengetahuan yang diperolehnya.

Baca Juga  Megahnya Ritual Larung Sembonyo di Festival Pantai Prigi, Trenggalek