Tekad Penderes Nira Kelapa Antarkan Cucunya Gapai Gelar Sarjana
PRABANGKARANEWS || Dari keringat bisa melahirkan sarjana. Kisah seorang kakek dengan tekadnya bisa melahirkan seorang sarjana. Kakek ini bernama Salim. Beliau sudah memasuki lansia,usianya 74 tahun. Beliau hanya bermodal tekad untuk mencari sepeser uang.
Dengan tekatnya, beliau harus memberi nafkah untuk istri dan kedua cucunya. Usianya yang sudah memasuki lansia, ia tetap tidak lari dari tanggng jawabnya sebagai kepala keluarga. Ditambah lagi, ia harus merawat kedua cucunya yang yatim piatu. Kakek Salim hanya bekerja sebagai seorang buruh. Pekerjaan apa saja tentu ia kerjakan. Seperti kerja bangunan dan menggarap sawah.
Menurutnya pekerjaan apapun itu bisa dikerjakan asalkan halal dan menghasi;kan uang. Walaupun upah hasil kerjanya tidak menentu. Terkadang ia hanya mendapat Rp 75.000 per harinya. Data ini kami dapatkan langsung dari hasil wawancara dengan kakek Salim pada hari Rabu, (8/5/2024).
Kisah Kakek Salim ini merupakan kisah yang menginspirasi, dengan tekad, semangat dan tidak pantang menyerahnya untuk memberikan yang terbaik bagi keluarganya serta bisa membiayai cucunya untuk menjadi sarjana. Dengan ketelitian dan tekadnya, ia tidak pernah mengeluh kekurangan biaya untuk kehidupan sehari harinya. Ia selalu bersyukur dan merasa cukup dengan hasil yang ia dapatkan.
Dengan modal tekat dan semangatnya, ia mampu untuk mebantu cucunya menjadi sarjana. Padahal uang yang di butuhkan untuk biaya kuliah tidaklah sedikit, namun kakek salim tidak pernah berhenti untuk mencari uang biaya kuliah sampai cucunya sarjana. Kakek Salim mengatkan “semua manusia pasti di beri cobaan dari segi apapun tetapi tuhan tidak akan memberikan cobaan yang diluar kemampuan umatnya.
Jadi tentu kita harus mensyukuri apapun yang di berikan oleh tuhan. Saya di beri nikmat sehat di usia saat ini, sudah sangat bersyukur.” Usia bukan lah menjadi penghalang untuk mencari nafkah. Nyatanya seorang kakek berusia 74 tahun masih memiliki tekad dan semangat untuk menghidupi keluarganya.
Kakek Salim mencari nafkah, mulai dengan menjadi tukang bangunan, tukang buruh membajak sawah, dan bahkan mengambil air nira di pohon kelapa, guna untuk mencukupi keluarganya. Ia juga merawat kedua cucunya, mereka sudah memasuki jenjang pendidikan.
Wulan cucu pertamanya, kuliah di Institut Seni Indonesia Surakarta, kini ia sudah menjadi Sarjana berkat kakek Salim yang tidak pernah pantang menyerah. Dan Sela cucu keduanya, kini ia memasuki jenjang pendidikan SMA. Semua yang membantu mereka dari segi biaya dan lain sebagainya hanya kakek Salim, karena mereka adalah anak yatim piatu.
Ayah ibu nya sudah meninggal sejak mereka masih kecil. Kakek Salim saling bekerja sama dengan istri satu-satunya.Istri kakek Salim lebih akrab dengan panggilan tuti tini. Tuti Tini juga sudah memasuki usia lansia. Usia Tuti Tini 73 tahun. Usia mereka hanya selisih 1 tahun saja.
Namun sayangnya, Tuti Tini sudah tidak seperti dulu lagi. Ketika ia merasa capek, pasti jatuh sakit. Jadi tuti tini, tidak dapat membantu kakek salim terlalu lama. Ia hanya membantu yang ringan ringan. Seperti mengolah air nira untuk dijadikan gula merah atau gula jawa.
Tuti Tini juga menyampaikan ceritanya, “Saya bisanya hanya membantu dari rumah, saya mengolah air nira yang di ambil dari pohon kelapa menjadi gula merah atau gula jawa. Kemudian itu saya jual ke rumah-rumah dan terkadang juga ke warung-warung. Walaupun hasilnya tidak terlalu banyak tapi itu salah satu jalan kami untuk mendapatkan uang.”
Gula Merah atau disebut juga gula jawa merupakan olahan gula dari bahan mentahan air nira. Air nira terdapat di pohon kelapa, yang kemudian di ambil dan di masukkan ke dalam wadah. Biasanya wadahnya berasal dari bambu yang sering disebut ‘bumbung’. Namun terkadang juga ada yang menggunakan botol plastik, tapi itu jarang.
Setelah air nira itu diambil, kemudian di olah dengan cara di masak sambil di aduk terus sampai air nira menjadi kental kecoklatan atau sudah menjadi gula yang masih lembek. Setelah matang kemudian, langsung di letakkan dalam cetakan gula merah dan ditunggu sampai mengeras. Setelah itu baru gula merah atau gula jawa bisa dikemas.
Biasanya gula merah atau gula jawa itu digunakan untuk bumbu masakan ataupun untuk membuat minuman kopi ala orang desa. Oleh karena itu, kakek Salim dan Tuti Tini menjual hasilnya ke rumah- rumah ataupun ke warung-warung, karena gula merah atau gula jawa ini banyak yang membutuhkan.
“Saya juga sangat bersyukur karena masih diberi kemampuan untuk membantu kakek membuat gula merah, sehingga saya tidak hanya membiarkan kakek mencari uang sendirian. Di umur saya sekarang ini, saya hanya bisa membantu merawat kedua cucu saya dan membantu kakek sedikit di rumah. Alhamdulillah kami selalu merasa cukup dengan semuanya. Dan dengan usaha kami ini bisa membiayai cucu saya hingga menjadi seorang sarjana.” Ujar Tuti Tini
Hidup mereka dipenuhi dengan rasa syukur, sehingga mereka selalu merasa cukup dengan apa yang di hasilkannya. Semangat, tekad, pantang menyerah, dan dapat manajemen keuangan itu yang menjadi kunci mereka bisa membiayai cucunya untuk menjadi sarjana. Saya mampu, karena saya punya niat dan tekad. Dari dulu saya diajarkan oleh kedua orangtua saya untuk selalu berusaha, bertekad jika punya keinginan.
Saya sedari kecil sudah ikut ayah saya bekerja menjadi tukang bangunan. Walaupaun saat itu saya hanya bisa membantu yang ringan-ringan dan terkadang hanya melihat saja.ya dari situ lah saya mulai terbiasa bekerja untuk mengusahakan apa yang saya inginkan.
“Karena semua keingin, jika kita tidak berusaha untuk mendapatkannya itu akan hanya menjadi angan-angan saja,” Ucap kakek Salim.
Selain mencari air nira, kakek Salim juga bekerja sebagai tukang bangunan. Ia memulai pekerjaan itu memang sejak kecil. Ia sejak dulu membantu ayahnya bekerja menjadi tukang bangunan.
Dan ternyata Kakek Salim membuat rumah sendiri untuk menjadi tempat tinggalnya yag sampai sekarang masih di tempati. Di zaman dulu, membuat rumah hanya menggunakan batu dan kapur yang dijadikan bahan untuk membuat tembok. Semua yang dihasilkan kakek Salim tidak lain karena dari usaha, tekad, semangat dan rasa tidak pantang menyerahnya.
Dengan usianya yang memasuki lansia, harusnya ia lebih sering menggunakan waktu untuk beristirahat. Tapi kakek alim menggunakan waktunya untuk selalu menghasilkan sesuatu untuk mendapatkan uang.
Nyatanya Kakek Salim bisa melahirkan seorang sarjana dengan hasil keringatnya sendiri. Kisah Kakek Salim ini sangat menginspirasi. Dengan tekadnya, rasa semangat yang tiada henti, tidak pantang menyerah dalam mengusahakan sesuatu, Selalu kreatif dan inovatif, serta mampu memanajemen keuangan dengan baik sampai kakek Salim bisa melahirkan seorang sarjana.
Harusnya pemuda-pemuda sekarang ini bisa mengambil hikmah dan mencontoh kakek Salim yang tidak pernah berhenti untuk selalu bersemangat dan bertekad demi membiayai cucu nya kuliah dan menjadi seorang Sarjana.
Oleh: ANISIA PUJI LESTARI-PBSI STKIP PGRI Pacitan