Tradisi Keleman: Ritual Tutup Tanam di Desa Panggih, Mojokerto

Tradisi Keleman: Ritual Tutup Tanam di Desa Panggih, Mojokerto
SHARE

MOJOKERTO (PRABANGKARANEWS) – Tradisi Keleman masih dilestarikan oleh masyarakat Desa Panggih, yang merupakan bagian dari Kawasan Cagar Budaya Nasional (KCBN) Trowulan. Keleman merupakan ritual selamatan yang dilakukan oleh para petani pada akhir masa tanam padi. Tradisi ini juga dikenal sebagai Tutup Tanem, karena menjadi penanda berakhirnya musim tanam di awal tahun. Dalam prosesi ini, masyarakat berdoa agar hasil panen melimpah serta terhindar dari gangguan hama yang merugikan, dilansir dari BPK_XI.

Pelaksanaan Keleman di Desa Panggih mengikuti perhitungan Jawa, yakni pada hari Kamis Wage. Kamis memiliki nilai 8 dan Wage bernilai 4, yang dalam hitungan Sri, Kitri, Gana, Liyu, dan Pokah dianggap sebagai hari baik untuk menggelar ritual ini. Acara berlangsung di Balai Desa Panggih, dihadiri oleh masyarakat pemilik lahan pertanian serta perwakilan dari Dinas Pertanian Kabupaten Mojokerto.

Baca Juga  Sewindu Ide Besar Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP)

Setiap peserta membawa tumpeng dan menyiapkan perlengkapan ritual berupa pleret dan ikat. Acara dibuka dengan sambutan dari Kepala Desa Panggih, Bapak Kuswoyo, yang menyampaikan arahan serta membahas berbagai isu pertanian. Setelah sesi doa bersama, masyarakat meletakkan pleret dan ikat di area sawah masing-masing sebagai bagian dari rangkaian ritual.