Media Online: Pilar Opini Publik dan Dinamika Demokrasi di Era Digital

Media Online: Pilar Opini Publik dan Dinamika Demokrasi di Era Digital
SHARE

Oleh: Dr. Agoes Hendriyanto (*)

(*) Dosen , Praktisi, dan Peneliti

Dalam hiruk-pikuk demokrasi, jurnalis adalah penjaga gawang yang memastikan bahwa kekuasaan tetap berada di jalur yang benar. Media, yang sering disebut sebagai pilar keempat demokrasi, berdiri kokoh di luar pemerintahan—bukan sebagai alat negara, tetapi sebagai pengawas yang tajam dan kritis.

Sebagai watchdog atau pemantau kekuasaan, jurnalis bertugas mengawasi eksekutif, legislatif, dan yudikatif. Mereka mengungkap fakta, menyoroti penyimpangan, serta menyuarakan kepentingan publik. Tanpa pers yang bebas dan independen, demokrasi hanya menjadi ilusi.

Kebebasan dan independensi pers bukan sekadar slogan, tetapi prasyarat mutlak dalam sistem demokrasi modern. Tanpa media yang kuat, tidak akan ada pemilu yang adil, transparansi kebijakan, atau akuntabilitas penguasa. Sejarah membuktikan bahwa negara-negara dengan pers yang dikekang cenderung berujung pada otoritarianisme.

Membentuk media yang kuat tidaklah gampang.  Sering diagendakan diskusi dan kolaborasi bersama antara eksekutif, legislatif, dan yudikatif.  Sinergisitas hal yang sangat memungkinkan selama  saling menjaga hak dan fungsinya masing-masing dalam mengawal sistem demokrasi.

Baca Juga  Sebaran Covid-18 di Jatim 30 April 2020

Oleh sebab itu diperlukan sebuah sistem demokrasi yang kuat, tidak saling mengalahkan ataupun menyandera. Jurnalis yang tidak mempunyai fungsi kebijakan dan anggaran tidak akan bisa menjalankan fungsinya jika tidak didukung oleh ketiga pilar lainnya.

Namun, menjadi jurnalis bukanlah perjalanan mudah. Ancaman, tekanan, bahkan risiko nyawa sering mengintai mereka yang berani mengungkap kebenaran. Meski begitu, dalam setiap berita yang mereka tulis, ada harapan akan demokrasi yang lebih sehat, lebih adil, dan lebih transparan.

Karena itu, di era informasi yang serba cepat ini, publik juga punya peran penting—mendukung kebebasan pers dan membedakan mana jurnalisme sejati dan mana propaganda. Jurnalis bukan hanya pencatat sejarah, mereka adalah penentu arah peradaban.

Baca Juga  Membangun Karakter Warga, Mendukung Potensi Desa Sidomulyo sebagai Desa Wisata

Mengutip buku Jurnalistik 4.0: Mengarungi Gelombang Revolusi media Agoes Hendriyanto (2024), media online telah menjadi bagian yang tak terpisahkan bagi kehidupan kita memiliki peran sentral dalam membentuk opini publik dan sangat mempengaruhi dinamika demokrasi.

Di era digital saat ini, media online telah menjadi kekuatan utama dalam membentuk opini publik. Kecepatan informasi yang disebarkan melalui platform digital membuat masyarakat dapat dengan mudah mengakses berita kapan saja dan di mana saja. Dalam bukunya Jurnalistik 4.0: Mengarungi Gelombang Revolusi Media (2024), Agoes Hendriyanto menegaskan bahwa kehadiran media online bukan sekadar alat komunikasi, tetapi juga instrumen yang dapat memengaruhi cara pandang masyarakat terhadap isu-isu politik, sosial, dan ekonomi.

Lebih dari sekadar penyampai informasi, media online memainkan peran sentral dalam dinamika demokrasi. Dalam sistem yang sehat, media digital dapat menjadi ruang diskusi yang mendorong transparansi dan akuntabilitas pemerintah. Namun, di sisi lain, penyalahgunaan media online juga dapat menimbulkan disinformasi dan polarisasi opini yang justru menghambat proses demokratisasi. Oleh karena itu, literasi digital menjadi kunci agar masyarakat dapat memilah mana informasi yang kredibel dan mana yang mengandung hoaks atau propaganda.

Baca Juga  Elkan Baggott Hampir Membobol Gawang Argentina, Namun Timnas Indonesia Kalah 0-2

Dengan perkembangan teknologi yang semakin pesat, tantangan utama media online adalah menjaga independensi dan kualitas jurnalisme. Dalam dunia yang dipenuhi dengan clickbait dan algoritma yang memprioritaskan sensasi, media online harus tetap berpegang pada prinsip jurnalisme yang berimbang dan bertanggung jawab.

Kepercayaan publik terhadap media akan terus bergantung pada komitmen mereka dalam menyajikan berita yang akurat, objektif, dan berorientasi pada kepentingan bersama.

💡 Karena tanpa jurnalis yang bebas, demokrasi hanyalah cerita tanpa kebenaran.