Merawat Bahasa Ibu di Tengah Perubahan Zaman: Pengabdian Masyarakat RG Linguistik Jawa FIB UNS di Jaten Karanganyar

Merawat Bahasa Ibu di Tengah Perubahan Zaman: Pengabdian Masyarakat RG Linguistik Jawa FIB UNS di  Jaten Karanganyar
Research Group (RG) Linguistik Jawa dari Program Studi Sastra Daerah, FIB (UNS) menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Jaten, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, pada Sabtu, 21 Juni 2025.
SHARE

PRABANGKARANEWS. FIB UNS – Di tengah derasnya arus modernisasi dan dominasi bahasa asing dalam kehidupan sehari-hari, bahasa ibu kian terpinggirkan. Bahasa Jawa, yang dahulu menjadi sarana komunikasi utama masyarakat di berbagai wilayah Jawa, kini mulai terasa asing bahkan di telinga generasi muda penutur aslinya. Menyadari urgensi pelestarian bahasa daerah ini, Research Group (RG) Linguistik Jawa dari Program Studi Sastra Daerah, Fakultas Ilmu Budaya, Universitas Sebelas Maret (UNS) menyelenggarakan kegiatan pengabdian masyarakat di Desa Jaten, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar, pada Sabtu, 21 Juni 2025.

Kegiatan ini menghadirkan tim pengabdian yang terdiri atas para akademisi ahli bahasa Jawa: Prof. Dr. Wakit A. Rais, M.Hum., Prof. Dr. Sumarlam, M.S., Dr. Supana, M.Hum., dan Drs. Y. Suwanto. Mengangkat tema “Pelatihan Penggunaan Bahasa Jawa untuk Khotbah terhadap Masyarakat Desa Jaten,” acara ini disambut dengan antusias oleh sekitar 35 peserta, yang sebagian besar merupakan orang tua muda, baik bapak maupun ibu rumah tangga.

Baca Juga  Peringati HUT Ke-75 TNI, Presiden: Sinergi Kunci Membangun Kekuatan Pertahanan

Dalam sambutannya, Prof. Dr. Wakit A. Rais, M.Hum. menegaskan pentingnya membiasakan penggunaan bahasa Jawa, terutama dalam konteks formal seperti khotbah, sebagai bentuk nyata pelestarian budaya. “Bahasa Jawa tidak hanya warisan, tapi juga kekayaan hidup yang harus terus dihidupkan,” tegasnya.

Pelatihan berlangsung sejak pukul 09.00 hingga 13.00 WIB dan dikemas secara interaktif. Peserta tidak hanya menerima materi linguistik, tetapi juga diajak berdiskusi serta mempraktikkan langsung penyusunan dan penyampaian teks khotbah berbahasa Jawa. Respon peserta pun sangat positif. “Kami merasa bahasa Jawa makin sulit dipahami, padahal kami sendiri orang Jawa. Acara ini benar-benar membuka wawasan,” ungkap salah satu peserta.

Kegiatan ini terasa begitu singkat karena kehangatan diskusi dan antusiasme peserta yang tinggi. Bahkan, beberapa warga berharap kegiatan serupa bisa dilaksanakan kembali di tahun berikutnya. “Kalau bisa tahun depan ada lagi,” ujar salah satu peserta yang diamini oleh Prof. Dr. Sumarlam, M.S.

Baca Juga  Pendaftaran Tidak Sama dengan Pendataan Perusahaan Pers

Dr. Supana, M.Hum., memaparkan kepada peserta pelatihan.  Kegiatan  ini merupakan wujud nyata komitmen RG Linguistik Jawa UNS dalam menjembatani dunia akademik dengan praktik budaya lokal. Lewat pendekatan edukatif yang membumi, bahasa Jawa tidak sekadar diajarkan, melainkan juga dihidupkan kembali di tengah masyarakat.

“Kami mengucapkan terima kasih sebesar-besarnya kepada masyarakat Desa Jaten atas dukungan dan partisipasinya. Semoga kegiatan ini menjadi awal kebangkitan kembali rasa bangga, cinta, dan kesadaran akan pentingnya merawat bahasa ibu sebagai identitas dan warisan budaya yang luhur,” tutup Prof. Dr. Wakit A. Rais, M.Hum.