Upacara Adat Tetaken Desa Mantren Kecamatan Kebonagung, Pacitan, Jawa Timur Indonesia

SHARE

UPACARA ADAT TETAKEN DESA MANTREN KECAMATAN KEBONAGUNG, PACITAN, JAWA TIMUR, INDONESIA

Silakan Klik Dapatkan Dokumen PDF

Agoes Hendriyanto, Bakti Sutopo

STKIP PGRI Pacitan

Jl. Cut Nya’ Dien 4A Ploso Pacitan, Jawa Timur, Indonesia
Email. Rafid.musyffa@gmail.com

Abstrak

Penelitian ini merupakan penelitian kualitatif dengan pendekatan studi deskriptif.  Informan penelitian adalah masyarakat Desa Mantren yang mengetahui dan ikut dalam  upacara adat Tetaken, yaitu Kepala Desa Mantren, juru kunci Gunung Limo, tokoh  masyarakat. Teknik pengambilan sampel adalah purposive sampling. Lokasi penelitian  ini di Desa Mantren, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan observasi lapangan, wawancara dan dokumentasi. Hasil penelitian sebagai berikut: pertama, prosesi Upacara Adat Tetaken, 1) pembukaan, 2) Juru kunci  dan siswa turun dari Gunung Limo, 3) prosesi nyuceni siswa yang telah menyelesaikan  meditasi beberapa bulan di Gunung Limo dilakukan oleh Juru Kunci, 4) wejangan juru  kunci kepada siswa dan menyerahkan siswa kepada masyarakat supaya bisa bermanfaat bangsa dan Negara, 5) Demang mantren menerima siswa yang telah diwisuda tersebut dan mengharapkan memberikan kontribusi bagi kemajuan Desa Mantren, 6) makanan yang dibawa seluruh masyarakat Mantren dimakan bersama-sama tamu undangan, prosesi diakhiri dengan seni Tayub sebagai ungkapan suka cita. Nilai kearifan lokal
dalam Upacara Adat Tetaken sebagai berikut: Gotong royong, solidaritas, pekerja keras, sederhana, menjaga keseimbangan alam, dan religiusitas.

Baca Juga  Mendapatkan Kejutan Calon Kapolri, Puan Jamin Seluruh Aspek Kelayakan Dipertimbangkan

Kata kunci: Upacara adat tetaken, kearifan lokal, prosesi.
Abstract
This is qualitative research with descriptive study approach. The subjects were people in Mantren village who join Tetaken traditional ceremony. They were the head of Mantren village, the spiritual guardian of Mount Limo, and the community leaders. The researcher
used purposive sampling. The research was done at Mantren village, Kebonagung district, Pacitan regency. The data were collected by implementing field observations,  interviews, and documentations. The results showed that Tetaken traditional ceremony
were processed through six steps as follows: 1) opening, 2) the spiritual guardian and  his students went down from Mount Limo, 3) procession of purifying students who have completed several months of meditation on Mount Limo lead by the spiritual guardian of
Mount Limo, 4) the spiritual guardian gives advice to the students and give them to the community leader to be beneficial for nation and state, 5) the head of Mantren village accepts them and hopes that they can give contribution to the society, 6) food served by
the community were eaten together with the participants and guests. The procession was ended by Tayub Dance performance as the expression of joy. There are several moral  values found in this traditional ceremony: mutual cooperation, solidarity, hard-working,
simple living, maintaining the balance of nature, and religiosity.

Baca Juga  Dr. Hasan Khalawi, M.Pd Sukses Pertahankan Disertasi di Unida Gontor

Kata kunci: Tetaken Traditional Ceremony, Local Wisdom, Procession