Kethek Ogleng Tari Asli Masyarakat Pacitan Jawa Timur

Kethek Ogleng  Tari Asli Masyarakat Pacitan Jawa Timur
SHARE

Prabangkaranews.com- Pacitan- Seni Kethek Ogleng sebagai tari rakyat mengandung makna bahwa pakaian, tempat dan waktu pertunjukannya disesuaikan dengan kondisi masyarakat.  Tari rakyat bebas ditarikan oleh siapa pun tanpa kecuali.  Selain itu tempat pementasan juga dapat dilaksanakan di tanah lapang, di dalam gedung maupun dalam acara serenemoni kegiatan masyarakat baik resmi maupun non formal.

Enam pokok gerakan : 1) koprol, berguling, dan akrobatik; 2) Duduk termenung dengan menyerupai duduknya kera; 3) berjalan seperti jalannya kera dengan posisi tangan dan kaki menapak di tanah dengan psosisi badan membungkuk dengan tatapan mengarah ke depan; 4) gerakan dengan posisi berjalan dengan kaki dan tangan menyentuh di tanah bermain dengan penonton; 5) gerakan menjaili penonton dengan maksud untuk berinteraksi; 6) gerakan jika telah mendapatkan hadiah dari penonton berupa makanan ataupun bentuk lainnya di bawa ke rumah dengan gerakan mirip kera atau monyet.

Kethek Ogleng Pacitan Tampil di Goa Gong Pacitan Jawa Timur

Sebagai tari rakyat, seni Kethek Ogleng  banyak menggunakan imitatif dan ekspresif, menirukan kegiatan atau gerakan kera di alam bebas.   Seni Kethek Ogleng sebagai tarian rakyat yang menirukan gerakan lincah kera memerlukan ruangan pentas yang luas.  Oleh sebab itu tari Kethek Ogleng dengan gerakan yang didominasi oleh gerakan akrobatik membutuhkan ruangan yang luas.  Ruang merupakan elemen pertama untuk keberhasilan pertunjukan gerak tari  Kethek Ogleng.  Untuk pertunjukan tari Kethek Ogleng minimal ada panggung ukuran 5 x 2 meter untuk 2 orang penari Kethek Ogleng.

Mengapa harus ruangan 5 x 2 meter. Ruang tersebut dipergunakan untuk gerakan akrobatik baik loncat tali, meloncat dan disini diartikan bahwa elemen merupakan unsur pokok dalam tari yang juga akan menentukan hasil dari gerak tari. Hal ini bisa terjadi karena mustahil jika suatu gerakan tari lahir dengan tidak ada ruang gerak. Setiap penari akan bisa memberikan gerakan karena adanya ruangan yang untuk bergerak.

Kethek Ogleng di Pantai Teleng Ria Pacitan Jawa Timur

Ruang gerakan dalam tari  Kethek Ogleng sangat penting untuk memberikan keleluasaan bagi setiap pemain untuk  posisi, tingkatan gerakan, serta jangkauan gerak. Dengan kata lain, maksimalnya gerakan dalam seni Kethek Ogleng ditentukan oleh kelayakan ruang. Pemosisian diri penari akan memberikan petunjuk arah panggung dan juga arah gerakan yang dilakukan oleh penari.

Tari Kethek Ogleng yang klasik dengan waktu pertunjukan 7 menit ditambah blendrong menggunakan minimal 3 penari dan membutuhkan ruangan yang agak luas yaitu 3 x 5 x 2 meter.  Durasi tersebut terbagi untuk 2 menit pertama blendrong dengan gerakan penari dengan arah: (1) arah depan  dari muka penari; (2)  ke arah belakang; (3) arah sudut kanan dan sudut kiri, dan (4) arah samping kanan dan samping kiri.  Selain arah tersebut, penari  Kethek Ogleng juga memiliki arah gerak bebas. Para penari Kethek Ogleng  baik yang dilaksanakan oleh satu penari maupun lebih dengan gerakan sebagai berikut ini: (1) arah maju dan mundur; (2) arah kesamping kanan dan samping kiri; (3)  arah zig-zag; dan (4) arah berputar yang searah dengan jarum jam.

Baca Juga  Tari Gandrung Banyuwangi: Warisan Budaya Tak Benda yang Berkilau di Konferensi Geopark UNESCO

Selain itu gerakan tari juga memiliki ruang yang lainnya yaitu level atau sering disebut dengan tingkatan gerak Kethek Ogleng. Bisa dijelaskan juga bahwa level yang masuk ke dalam ruang lingkup gerakan tari Kethek Ogleng yang termasuk katagori tingkatan atas yang membutuhkan gerakan akrobatik dengan disertai dengan gerakan keindahan.   Level yang akan ditunjukkan oleh para penari  Kethek Ogleng dengan memberikan penampilan gerakan tari yang di mulai dari posisi kaki menjinjit, kaki tetap menjinjit dan sampai dengan gerakan tari yang lainnya seperti lompat, memanjat, bergelantungan seperti gerak kera di alam.

Kethek Ogleng di Pantai Kelayar Pacitan, Jawa Timur, Indonesia

Perlu kita renungkan kembali baik penari maupun pelatih tari Kethek Ogleng pada hakikatnya penari menirukan gerakan lincah seekor Kera.  Gerakan lincah kera  memerlukan kekuatan kaki dan tangan yang akan dipergunakan untuk membuat gerak tari yang mirip dengan gerakan kera yang asli.    Kekuatan kaki seorang penari dengan melakukan kaki jinjit dengan jalan  pangkal kaki diangkat dengan tumpuan ujung kaki menjadi ciri khas dari tari Kethek Ogleng.

Selain hal tersebut di atas kelenturan dan kelincahan dengan gerakan bergelantungan dengan tali yang diikatkan pada dua tiang penyangga membutuhkan tenaga yang sangat besar.  Oleh sebab itu tari kethek Ogleng pada umumnyan dilakukan oleh penari dengan usia di bawah 40 tahun.

Tarian Kethek Ogleng yang biasa disebut dengan  tarian trisik ini yang berasal dari Tokawi Kecamatan Nawangan, Kabupaten Pacitan.  Tari Kethek Ogleng dengan penari yang masih muda dapat melakukan  gerakan yang sudah ada dengan melakukan posisi kaki sedikit menjinjit dan diikuti dengan gerakan pendek atau lari  kecil. Jika penari tidak melakukan gerakan jinjit dengan lari-lari kecil maka gerakan penari Kethek Ogleng tersebut  dianggap kurang betul. Sehingga penari juga harus hati-hati dalam melakukan sebuah gerakan dengan  mengikuti gerakan-gerakan yang seharusnya dilakukan dengan disesuaikan dengan iringan ritme musik gamelan baik secara langsung maupun tidak langsung atau melalui rekaman.

Baca Juga  Kunjungi Sumatera Selatan, Ketua Komite I DPD RI Bantu Selesaikan Isu Konflik Pertanahan dan Gambut

Elemen waktu untuk tempo gerak tari Kethek Ogleng sangat dibutuhkan alam membantu penari untuk melaksanakan gerakan yang sistematis.   Ritme gerak Kethek Ogleng merupakan sebuah  elemen penting, baik pada versi Kethek Ogleng klasik maupun sendratari yang telah diberikan saat latihan sebelum pertunjukan dilaksanakan.  Oleh sebab itu tari Kethek Ogleng untuk menyesuaikan antara gerakan dan musik melalui suatu proses latihan yang berulang-ulang.  

Tari Kethek Ogleng ditampilkan dengan durasi waktu 7 menit dapat diiringi dengan iringan musik secara langsung maupun tidak langsung.  Tarian ini biasa dilaksanakan oleh Bapak Sutiman awal tahun 1963 sampai dengan tahun 70-an dengan gerakan kaki jinjit, dengan melompat-lompat akrobatik dengan loncatan dengan tali tambang dari tiang satu ke tiang yang lain dengan mengikuti iringan ritme musik/gendhing.

Tempo merupakan berapa waktu yang dibutuhkan setiap gerakan dalam sebuah rangkaian tarian klasik Kethek Ogleng dengan durasi waktu 30 menit.  Adapun tali yang dipergunakan untuk atraksi akrobatik seperti gerakan kera dapat diikatkan antartiang atau pohon dengan pohon lainnya.  Penari akan melaksanakan atraksinya dengan bergelantungan pada tampar yang sudah terpasang tersebut. Untuk mengetahui dinamika tempo atau waktu maka seorang penari juga harus bisa mengatur beberapa irama gerakan yang dilakukannya.

Harus paham betul setiap gerakan terutama penari klasik Kethek Ogleng yang hanya menempilkan satu penari saja.  Hal ini berbeda jika tari kethek Ogleng kontemporer dengan menampilan lebih dari sembilan penari. Selain itu, para penari juga harus benar-benar cermat dalam melakukan gerakan dan mengontrol perubahan ritme dari gerakan atau irama yang cepat dan lambat, tempo pendek dan tempo panjang.

Selain ruang dan waktu, unsur penting lainnya adalah tenaga. Tenaga sangat dibutuhkan oleh penari Kethek Ogleng dalam melakukan atraksi yang menarik.   Elemen seni tari juga meliputi tenaga. Pengaturan dan pengendalian tenaga sangat diperlukan guna  melakukan pergerakan tari Kethek Ogleng yang membutuhkan tenaga yang prima.  Tenaga merupakan kunci utama yang harus dimiliki dan dikuasai oleh para penari agar para penari lebih mudah melakukan pergerakan tari dan juga hasil tariannya lebih kreatif sehingga memberikan penampilan yang indah. Tenaga penari Kethek Ogleng merupakan salah satu kekuatan bermanfaat untuk pengawakan dan pengendalian saat penari menghentikan gerak.

Baca Juga  Menkes, Kasad dan Kepala BPOM Tandatangani Nota Kesepahaman Penelitian

 Timbulnya elemen tenaga yang ada di seluruh tubuh gerakan penari akan menjadikan gerakan penari Kethek Ogleng tampak lebih bertenaga dan berenergi. Kemudian tenaga yang digunakan dalam gerakan tari ini yang akan menimbulkan suatu dinamika tarian. Oleh sebab penari harus hati-hati dalam melakukan gerakan tari dan harus lebih cermat serta harus berkonsentrasi penuh agar bisa memanfaatkan tenaga dengan baik dan sesuai dengan kebutuhan. Apabila pertunjukan dilaksanakan dua kali dalam satu hari bisa menggunakan penari yang khusus untuk melakukan atraksi akrobatik bergelantungan di antara dua tiang yang diberikan tali.  Jika memungkinkan dalam satu hari bisa maksimal dua kali penampilan.  Hal ini sebagai pertimbangan bahwa tari Kethek Ogleng membutuhkan tenaga prima dan ekstra.  Adapun untuk menunjang keprimaan tenaga perlu adanya latihan fisik seperti halnya latihan atlet senam.  Dengan kata lain, kelenturan, kelincahan, ditunjang dengan kekuatan menjadi kunci sukses seorang penari Kethek Ogleng.

Tenaga penari dipergunakan untuk membuat gerakan tari Kethek Ogleng dengan berbagai atraksi akrobatik seperti kera sesungguhnya.  Tenaga tersebut dibutuhkan oleh penari Kethek Ogleng untuk membuat sebuah gerakan akrobatik yang memikat hati penonton seperti yang dilakukan oleh Sutiman pada saat muda. Pada saat itu Sutiman melakukan atraksi di Gedung Grahadi Surabaya.

Keunikan berupa gerak akrobatik dalam tari Kethek Ogleng  menarik perhatian penonton. Beberapa hal yang diperhatikan terkait tenaga yang harus dimiliki oleh penari.  Intensitas gerak tari Kethek Ogleng  berkaitan dengan kualitas tenaga dalam tarian. Intensitas gerak yang baik harus didukung dengan tenaga yang full power sehingga akan menghasilkan suatu gerakan yang enerjik. Selanjutnya aksen  gerakan tari Kethek Ogleng akan muncul ketika penari melakukan gerakan dengan cara tiba-tiba dan kontras, hal ini sering juga disebut dengan tekanan. Selanjutnya kualitas merupakan  gerakan tari Kethek Ogleng yang timbul dengan cara menggunakan atau menyalurkan tenaga. Jika gerakan yang akan dilakukan oleh penari merupakan gerakan yang memerlukan tenaga maka si penari harus mengeluarkan tenagan sesuai kebutuhan gerakan dan sebaliknya.

Sumber:

Hendriyanto.A, Bakti. S. (2019). Gerakan Pokok Seni kethek Ogleng. Yogyakarta: Ladang Kata