Analisis Novel “Si Cebol Rindukan Bulan” Karya Aman Datuk Madjoino

Analisis Novel “Si Cebol Rindukan Bulan” Karya Aman Datuk Madjoino
SHARE

Novel yang berjudul “Si Cebol Rindukan Bulan” karya Aman Datuk Madjoindo termasuk ke dalam karya sastra periode balai pustaka. Karya sastra pada angkatan ini ditandai dengan ciri-ciri yaitu:

Semuanya ditujukan kepada pembaca untuk memberi nasihat

Bersifat didaktis, sifat ini berpengaruh sekali pada gaya penceritaan dan struktur penceritaannya.

Menggunakan bahasa Melayu

Bercorak romantis (melarikan diri) dari masalah kehidupan sehari-hari yang menekan

Permasalahan adat, terutama masalah adat kawin paksa

Pertentangan paham antara kaum tua dengan kaum muda

Latar cerita ini merujuk pada latar dan kehidupan daerah Melayu

Novel “Si Cebol Rindukan Bulan” mengangkat tema mengenai seorang yang bermimpi terlalu tinggi, egois, sombong, gila kehormatan dan kemuliaan. Dia menganggap segala sesuatu dan semua keinginannya dapat dibeli dengan uang dan harta. Novel itu mengisahkan seorang gadis bernama Fatimah. Ayahnya bernama Engku Pandeka, seorang yang kaya raya di kampungnya.

Baca Juga  [VIDEO] Merindukan Bumiku, Mari Jaga Lingkungan

Sejak kecil Fatimah ditunangkan dengan Didong, putra seorang janda miskin yang masih saudaranya sendiri, namun ketika Engku Pandeka bergaul dengan pemuda kaya bernama Tuan Ajis, ia berubah pikiran, pertunangan Fatimah dengan Didong diputuskan karena Fatimah tidak layak bersuami dengan orang miskin. Fatimah harus kawin dengan Sutan Ajis agar masa depannya menjadi terhormat, namun Fatimah tidak menerima pikiran ayahnya itu.

Karena paksaan itu, Fatimah memperoleh tekanan jiwa hingga ia sakit keras dan kemudian meninggal dan Engku Pandeka baru sadar bahwa Sutan Ajis hanyalah mempermainkan putrinya dan ia menyadari bahwa selama ini yang dilakukannya salah. Lalu Engku Pandeka melarat, dan hidup menggelandang.

Baca Juga  Pemkab Karanganyar Berikan Apresiasi Siswa Lolos PTN dan PT Luar Negeri

Amanat yang terkandung dalam novel tersebut adalah :

Sebagai manusia, hendaknya kita jangan hanya melihat ke atas saja, melainkan harus melihat ke bawah juga.

Artinya, kita jangan mempunyai angan-angan yang terlalu tinggi apalagi sampai merugikan orang lain.

Jangan memaksakan diri hanya untuk kebahagiaan sendiri sampai akhirnya mengorbankan orang lain.

Ikutilah kata hati dan dengarkanlah pendapat orang lain, serta jangan egois dan memikirkan diri sendiri

Penulis: Al Rifa Rahayu Dianthi dan Febi Dian Prastiwi