Surapati Karya Sastra Balai Pustaka
Prabangkaranews.com – Novel yang berjudul “Surapati” karya Abdoel Moeis merupakan sebuah cerita kisah cinta yang berlatarkan sejarah. Karya sastra dari Abdoel Moeis ini termasuk dalam karya sastra angkatan Balai Pustaka. Adapun ciri khas dari karya sastra angkatan Balai Pustaka, yaitu :
- Peristiwa yang diceritakan sesuai dengan realitas kehidupan masyarakat.
- Latar belakang sosial sastra Balai Pustaka umumnya pertentangan antara kaum tua dengan kaum muda.
- Sastra angkatan Balai Pustaka merupakan sastra yang bersifat didaktis.
- Sebagian besar mengambil tema masalah kawin paksa.
- Bahasa yang digunakan adalah campuran bahasa Melayu.
Novel berjudul Surapati ini mengangkat tema sosial, agama, adat, dan berakhir percintaan. Novel ini menceritakan tentang seorang budak dari bali yang bernama Untung. Di awal cerita, penulis menyuguhkan tentang kehidupan Untung yang diangkat menjadi budak oleh seorang Belanda bernama Edeler Moor yang mempunyai seorang putri bernama Suzane.
Ketika menginjak dewasa Untung dan Suzane pun menikah tanpa sepengetahuan dari Edeler Moor. Ketika Edeler Moor mengetahui pernikahan tersebut ia sangat malu, karena mereka menganggap pernikahan dengan bangsa berwarna adalah suatu hal yang hina. Edeler Moor memasukkan Untung kedalam penjara.
Didalam penjara itulah untung menemukan sekutu untuk melakukan pemberontakan. Dua orang itu adalah Kyai Ebun dan Wirajuda. Untung menjadi buronan tentara Belanda. Dalam pelariannya, Untung bertemu pasukan Belanda yang dipimpin Kapten Ruys. Untung di berikan tawaran bahwa ia akan dampuni oleh Belanda asalkan ia mampu membawa Pangeran Purbaya.
Untung pun menycari Pangeran Purbaya. Namun, pada kenyataannya Pangeran Purbaya memang ingin menyerahkan diri kepada Belanda. Disinilah Untung bertemu dengan Raden Gusik Kusuma, yaitu istri Pangeran Purbaya yang nantinya akan menjadi istrinya. Karena Pangeran Purbaya memutuskan untuk menyerah kepada Belanda, Raden Gusik pun meminta bercerai.
Sebelum memutuskan Raden Gusik menjadi istrinya, Untung sangat kebingungan karena masih mengharapkan Suzane dan anaknya. Namun, akhirnya karena kepentingan Bangsa lebih penting Untung menikah dengan Raden Gusik Kusuma.
Sampai pada Untung/Surapati mendapatkan masa kejayaannya saat memimpin di Pasuruan dan berhasil memperluas daerah kekuasaanya. Untung dan Raden Gusik dikarunia 3 orang anak yaitu Pengantin, Surapati, Pangeran Surodilogo. Pada akhirnya, Surapati wafat karena dihujam tombak saat berperang melawan Belanda.
Sebelum wafat, ia menginginkan Robert yaitu anaknya dari Suzane untuk berpihak kepada bangsa ayahnya. Namun Robert menolak dan tetap berpihak pada Belanda. Diakhir terjadi pembicaraan antara kedua anak Surapati yaitu Pengantin dengan Robert “Mudah-mudahan janganlah Tuhan dikemudian hari mempertemukan kita di medan perang!”
Dari petikan cerita diatas dapat ditarik sebuah amanat, yaitu:
- Perbedaan keyakinan bukanlah suatu permasalahan untuk tidak membenarkan suatu ketentuan yang sudah disepakati
- Janganlah menganggap pernikahan dengan bangsa berwarna adalah suatu hal yang hina.
- Kobarkan semangat perjuangan untuk tanah air tercinta.
Penulis: Indriana Retnamawati
Publisher: Prabangkaranews Media Group