Turbulensi Terminologik Lahirkan Inisiatif Publik
Prabangkaranews.com – Karanganyar – Press Release Selasa (07/04/2020) Andrik Purwasito, Guru Besar Ilmu Komunikasi Lintas Budaya, Guru Besar UNS, Kaprodi S3 Kajian Budaya, mengatakan bahwa, “dalam menghadapi pandemi Corona, masyarakat pada umumnya memang berada pada taraf kebingungan terminologik.”
“Hal ini disebabkan oleh istilah yang digunakan untuk menyebut pandemi Corona ini, seperti lockdown, semi lockdown, social distancing, karantina, ODP, PDP, PSPB, Pandemi, Epidemi, dan lain-lain, kurang mendapatkan penjelasan yang memadai baik oleh media mainstream maupun oleh media sosial. Akibatnya, terjadi apa yang saya sebut sebagai turbulensi terminologik, yakni kebingungan publik, yang sebagian terus tenggelam dalam turbulensi, tetapi sebagian masyarakat yang lain mengambil makna istilah tersebut secara sembarangan. Sedangkan sebagian besar lainnya, mengambil inisiatif publik yang positif.
Sesungguhnya, Pemerintah melalui media sendiri maupun melalui media mainstream telah bertubi-tubi memberikan informasi untuk mengurangi ketidakpastian terminologi yang berkembang. Tetapi era sekarang ini, gempuran informasi dari media sosial, yang sebagian besar juga bercampur dengan informasi hoax, telah membuat masyarakat dalam posisi. Hampir saja masyarakat kehilangan kepercayaan terhadap informasi bahaya pandem di persimpangan jalan. Bahkan saya sering mendengar obrolan di warung bahwa informasi yang berkembang tersebut bersumber dari permainan politik (political game) lokal dan permainan politik global AS dan China serta negara-negara raksasa.
Political Game.
Rasa putus asa dan hampir kehilangan kepercayaan masyarakat terhadap bahaya pandemi covid-12 tersebut, sedikit banyak telah menimbulkan ekspresi kejengkelan warga, yang diekspresikan dengan ucapan kasar, bahkan perilaku yang destruktif, dan sikap apatis. Kejengkelan tersebut ditujukan kepada siapa saja, baik kepada tenaga medis, pemerintah, rumah sakit, dan lain sebagainya. Kondisi tersebut menunjukkan bahwa masyarakat memang sangat membutuhkan kepastian pemerintah dalam hal penanganan covid-19, terutama pada masalah efek atau dampak sosial, khususnya terhadap kehidupan sosial-ekonomi masyarakat.
Selain adanya turbulensi terminologik, situasi tersebut juga dipicu oleh kehadiran permainan politik (political game) lokal, yakni permainan politik berbagai kelompok-kelompok kepentingan. Efek positif hadirnya political game lokal dan global tersebut adalah justru mendidik masyarakat semakin cerdas dan melek politik. Gempuran informasi politis yang sangat gencar menerpa media sosial, seperti WhatsUp, Facebook, Youtube, Tweeter, dll. Namun, saya menilai justru kehadiran mereka telah mencerdaskan masyarakat untuk memilah dan memilih mana informasi positif dan mana informasi yang negatif.
Oleh karena itu, saya tidak khawatir hadirnya political game dalam era corona ini. Hal ini karena saya melihat bahwa masyarakat semakin cerdas untuk menilai informasi media sosial, mana yang hoax atau hasutan, bahkan ajakan untuk berbuat makar dan mana informasi yang positif. Kedewasaan berpikir dari masyarakat dalam menghadapi informasi yang beragam tersebut, justru menumbuhkan gagasan cerdas mereka, yakni sepakat untuk bersatu melindungi komunitas di lingkungannya sendiri.
Di Sukoharjo, Karanganyar, saya melihat sendiri bagaimana, masyarakat secara mandiri melakukan kegiatan simpatik, seperti memasang spanduk dan banner di beberapa sudut jalan agar masyarakat memperoleh informasi secara up todate, benar dan akurat. Mereka, melakukan penyemprotan disinfektan sebagai sarana untuk himbauan kepada warga agar waspada terhadap bahaya covid-19. Beberapa kampung seperti di Sapen Raya, di Demakan, mereka melakukan lockdown (karantina wilayah) terhadap beberapa ruas jalan untuk menghindari terjadinya penularan, karena dalam wilayah tersebut sudah ada yang terkena virus (PDP).