Agoes Hendriyanto, Nikmati Keindahan Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa

Agoes Hendriyanto, Nikmati Keindahan Ciptaan Tuhan Yang Maha Esa
SHARE

Oleh: Agoes Hendriyanto

Pandemi Covid-19 belum juga usai.  Setiap hari kita selalu mendengar jumlah kasus yang belum juga mengalami penurunan.  Bahkan banyak sekali pengamat yang hanya mengamti kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah, swassta dan warga masyarakat untuk selalu menyalahkan.

Manusia sebagai makhluk ciptaan Tuhan Yang Maha Esa ditakdirkan untuk menggunakan akal pikirannya untuk bersama-sama mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi untuk mengatasi semua itu.

Kita harus sadar bahwa era pandemi manusia jarang bertemu karena adanya pembatasan untuk berinteraksi.  Untuk itu peran dari digital baik medsos maupun media online menjadi sebuah pilihan dengan berbagai kelemahannya.

Media online dan media sosial dengan kemampuan interaktif, singkat, padat, multi media sangat marak digunakan untuk menyebarkan informasi dan berita.  Semua warga masyarakat bisa menggunakan sehingga tidak jelas antara yang produksi berta maupun pengguna berita.  Pengguna berita juga bisa menjadi pembuat berita.

Baca Juga  Menemukan Harapan di Tengah Badai: Pelajaran Tentang Keyakinan dan Optimisme

Media sosial dan media online menjadikan sebuah peristiwa dijadikan framing untuk kepentingannya.  Kepentingan sangat berkaitan dengan kontruksi sebuah realitas yang secara otomatis akan berbeda dengan realitas sesungguhnya.  Apalagi dalam masa pandemi untuk bertemu dengan narasumber yang valid sangat sulit disebabkan adanya pembatasan apalagi adanya PPKM yang semakin mneyulitkan mendapatkan narasumber yang valid.

Oleh sebab itu terkadang sebuah opini pribadi dijadikan sebuah berita yang menjadi konsumsi khalayak.  Apalagi yang membuat tersebut mempunyai pengikut atau pembaca maka akan sangat berpengaruh.

Jika kita berada di tebing jurang Pantai, maka itu realitas nyata.  Kita tidak bisa bermain dalam tebing curam tersebut tanpa menggunakan alat.  Kita hanya bisa untuk meresapi dan merenung keindahan alam yang sangat luar biasa.  Kita tidak bisa melukiskan realitas keindahan alam tersebut.  Itu nyata pasti,bukan rekayasa bukan hasil dari kontruksi realitas.

Baca Juga  Mengupayakan Reputasi Internasional Perguruan Tinggi Swasta: Menyelaraskan Visi dengan Aksi Konkret

Namun jika kita masuk di dunia internet sebagai medium media online dan media sosial, TV digital yang bentuknya tak berwujud namun dampaknya sangat dahsyat sekali.  Sehinggga internet yang akan memicu kita pada dunia yang semua atau bias antara mana yang benar dan mana yang salah.  Inilah yang sedang kita hadapi tak mungkin kembali lagi ke masa lalu.

Agar sesuatu menjadi berita ataupun acara di media tersebut harus berhasil mengartikulasikan adanya  keprihatinan publik dan media, dalam kaitan dengan adanya  hubungan antara media dan publik itu kompleks, tetapi yang pasti di dunia postmodern bahwa semua materi dalam  peristiwa yang disajikan dalam media   adalah peristiwa media (John Storey, 2018: 189).   Oleh sebab itu berita yang tersaji merupakan hasil dari reproduksi media tersebut terhadap sebuah realitas kenyataan.

Baca Juga  Kepentingan Kekuasaan untuk Siapa?

Jika kita mengacu pada pendapat Baudrillard (1994: 80  ) berpendapat bahwa informasi akan kehilangan makna alasannya sebagai berikut; pertama bahwa informasi  mementaskan makna, melelahkan sendiri dalam melakukannya, dan kedua informasi mensimulasikan makna daripada memproduksinya.  Informasi berdasarkan pendapat  Baudrillard disebut sebagai konten hantu dan merupakan bagian dari proses simulasi melingkar yang menghasilkan hyperreal suatu keadaan  (lebih nyata daripada nyata). (*)