Berpikir Kritis Cara Mudah Beradaptasi di Era Post-Truth
Oleh: Agoes Hendriyanto (*)
Berkembangnya teknologi komunikasi dan informasi, terutama dengan semakin canggihnya perkembangan internet sebagai sarana untuk mempublikasikan suatu berita ataupun lainnya dengan cepat. Hal ini ditunjang dengan beragam sarana media komunikasi, mulai dari kegunaan dan bentuk alat yang semakin canggih membuat manusia menjadi sangat responsif terhadap informasi yang diterima.
Dalam teori simulacra menurut pendapat Jean Baudrillrad (1990) menjelaskan bahwa realitas dalam media adalah realitas semu, hasil dari reproduksi suatu realitas dengan memanipulasi atau mensimulasikan sesuatu kebenaran dimipulasi agar masyarakat mengikuti dan mengkonsuminya.
Atau era sekarang ini kita sebuat dengan era post-truth, realitas komunikasi digambarkan sebagai sebuah rentang masa yang cenderung mengabaikan kebenaran dan fakta.
Apalagi realitas dan kebenaran adalah sebuah persepsi yang terikat pada perspektif dan interpretasi personal. Berikut ciri-ciri realitas imitasi hasil pencitraan: membuat bingung masyarakat untuk berpikir untuk menentukan pilihan antara yang benar dengan yang salah; mengabaikan data ataupun fakta sehingga opini yang di kedepankan; membangun opini dengan dengan mengindahkan fakta atau realitas yang menguntungkan salah satu pihak; realitas imitasi senantiasa digaungkan untuk menggantikan suatu realitas nyata.
Realitas imitasi sebagai hasil dari reproduksi suatu fakta atau kejadian dengan maksud untuk membangun opini warga.
Era ketidakbenaran atau Post-truth akan berdampak pada individu mudah stress atau gampang emosi; sulit membedakan mana yang benar dengan mana yang salah; akan mempunyai permaslahan kepercayaan; serta takut akan perbedaan.
Internet dengan ditunjang oleh alat elektronik yang semakin canggih memudahkan manusia untuk membuat narasi realitas pencitraan ataau tiruan
(*) Mahasiswa Doktoral Kajian Budaya