Peran Vital Pohon Trembesi dalam Mengatasi Tantangan Perubahan Iklim dan Menunjang Ketahanan Pertanian

Peran Vital Pohon Trembesi dalam Mengatasi Tantangan Perubahan Iklim dan Menunjang Ketahanan Pertanian
SHARE

PRABANGKARANEWS || Keadaan cuaca saat ini memang sulit diprediksi, dengan musim hujan yang seharusnya sudah stabil di akhir tahun, namun realitanya justru terjadi hujan yang tidak merata dan berintensitas rendah. Hal ini membuat banyak petani merasa bingung karena pranata mangsa, kalender musim tradisional Jawa yang biasanya diandalkan, kini menjadi tidak akurat. Ini mengakibatkan risiko gagal panen karena tanaman yang sudah tumbuh tidak mendapatkan suplai air yang cukup.

Menurut Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), penundaan musim hujan di sebagian wilayah Indonesia disebabkan oleh fenomena El Nino. Diperkirakan, kondisi ini akan menyebabkan curah hujan yang rendah hingga Maret 2024. El Nino sendiri merupakan salah satu dampak dari perubahan iklim yang dipicu oleh pemanasan global, sebuah topik yang telah kita bahas sebelumnya.

Salah satu cara yang bisa kita lakukan untuk membantu mengurangi pencemaran CO2 di udara adalah dengan menanam pohon. Pohon-pohon berperan penting dalam menyerap karbondioksida melalui proses fotosintesis, di mana mereka menghasilkan oksigen yang esensial bagi semua kehidupan di bumi.

Tumbuhan ini juga lumayan awam di kalangan masyarakat kita, karena tanaman ini terkadang dapat dijumpai di taman kota yang berada di pinggir jalan. Pohon trembesi ini berumur panjang, bisa hidup sampai ratusan tahun.

Pohon trembesi (Albizia saman) tergolong ke dalam keluarga Albizia dan memiliki sinonim latin Samanea saman. Pohon ini juga dikenal dengan nama Monkey pod tree dan Saman.

Di Indonesia, pohon trembesi dikenal dengan sebutan yang berbeda di beberapa daerah. Contohnya kayu ambon di daerah Melayu, Ki hujan di Sunda, dan Punggur, Munggur, Trembesi, Meh di daerah Jawa.

Baca Juga  Mengakhiri 2024 dengan Inspirasi Sejarah: Kunjungan ke Gunung Padang Bersama Pak Menteri Fadli Zon

Di antara pohon-pohon tersebut, pohon Trembesi (Samanea Saman) adalah salah satu yang terbaik dalam menyerap karbondioksida. Pohon ini mudah dikenali dengan tajuknya yang lebar, batang yang keras, dan kulit yang kasar. Trembesi tumbuh di hutan hujan tropis dan sering dijadikan pohon peneduh di tepi jalan karena ketinggiannya yang dapat mencapai lebih dari 20 meter.

Selain itu, pohon Trembesi juga memiliki banyak manfaat lain. Dikenal sebagai tanaman reboisasi dan penghijauan, pohon ini membantu konservasi lingkungan dari akar hingga daunnya. Akarnya yang kuat menyerap dan menyimpan air tanah, mempengaruhi cadangan air tanah di sekitarnya. Pohon ini juga memberikan perlindungan dari sinar matahari yang terik dan radiasi UV. Selain itu, kayunya yang kuat dapat digunakan untuk bahan bangunan, bijinya sebagai camilan, dan bahkan ekstrak dari akarnya dan daunnya dipercaya memiliki manfaat medis.

Menurut penelitian, satu pohon Trembesi dapat menyerap hingga 28.442 kg karbondioksida setiap tahunnya, membantu menurunkan suhu udara di sekitarnya dan berkontribusi signifikan dalam mengurangi emisi karbon di atmosfer. Kehadiran pohon Trembesi di perkotaan dan sebagai bagian dari sabuk hijau sangat diperlukan untuk mengatasi masalah pemanasan global dan kerusakan lingkungan yang terus berlangsung.

Luas tajuk di daerah hulu, tengah, dan hilir, masing-masing antara 31–430 m2, 102–470 m2, dan 79–320 m2. Sementara itu, tinggi tanaman 5,5–15,50 m, 3,38–11,25 m, dan 3,50–9,21 m.

Tajuk pohon dapat menahan air hujan melalui beberapa mekanisme. Kanopi dapat menahan tetesan air hujan yang jatuh di atasnya, menahannya, baru melepaskannya di atas permukaan tanah, dikutip dari Trubus.id.

Baca Juga  Beri Motivasi dan Moril Anggota, Pangdam I/BB Kunjungi Pos Satgas Perbantuan Pemda Kodim Maluku

Manfaat Pohon Trembesi

Menurut jurnal Universitas Muhammadiyah Malang (UMM), pohon trembesi mempunyai beberapa manfaat, yaitu:

  • Pohon trembesi dapat menjadi tempat pencadangan air bagi lingkungan sekitarnya, karena akarnya yang lebar dan daya serap yang kuat akan air yang terkandung dalam tanah. Sehingga, pohon ini cocok untuk konservasi air di daerah pegunungan dan dataran rendah.
  • Kayu trembesi dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku bangunan karena kokoh.
  • Biji tanaman ini terkadang dikonsumsi oleh masyarakat sebagai cemilan. Air rebusan dari biji ini juga diyakini sebagai obat pencuci perut.
  • Dikarenakan daunnya yang lebar, daun pohon ini diperkirakan dapat menyerap emisi karbon dioksida sebesar 28.442 kg per pohon di setiap tahunnya.
  • Karena daya serap daunnya yang kuat, tanaman ini juga bermanfaat untuk lingkungan dan dapat membantu reboisasi hutan.
  • Tidak hanya itu, daunnya juga bermanfaat untuk menyembuhkan penyakit kulit seperti gatal-gatal.

Akar pohon trembesi termasuk jenis akar tunggang yang kuat dan kokoh. Keunggulannya yaitu pohon yang memiliki akar tunggang relatif berumur panjang. Sehingga cocok untuk aktivitas penghijauan dan reboisasi. Namun, kelemahan dari jenis akar ini dapat merusak jalan dan pekarangan.

Mengingat kondisi iklim yang semakin tidak menentu, tindakan seperti penanaman pohon, pemeliharaan hutan, dan kebijaksanaan dalam menjaga keseimbangan lingkungan adalah langkah penting yang dapat kita mulai dari lingkungan terdekat kita.

Pakar Biologi Tanaman dari Fakultas Biologi UGM, Diah Rachmawati, menjelaskan bahwa pohon menggunakan air yang diserap oleh akarnya untuk keperluan fotosintesis. Namun, dalam kondisi kekeringan, seperti pada musim kemarau, akar pohon dapat melepaskan air yang disimpannya untuk menjaga kelembapan lingkungan sekitarnya dan mencegah dehidrasi pohon itu sendiri. “Namun, jumlah air yang dilepaskan oleh akar tergantung pada ukuran tanaman; semakin besar tanaman, semakin banyak air yang dilepaskan, meskipun hal ini akan berkurang selama musim kering,” ujar Diah Rachmawati pada Jumat (21/8).

Baca Juga  Tim Pencak Silat Indonesia Juara Umum di SEA Games 2023 Kamboja

Diah juga menambahkan bahwa keberadaan akar pohon menciptakan pori-pori di tanah yang membantu menyerap dan menyimpan air hujan, bukan sekedar menjadi air limpasan. Oleh karena itu, tanah di area mata air biasanya memiliki pori-pori yang besar. “Ini menjelaskan mengapa sangat jarang menemukan mata air di tanah pasir, karena pasir tidak bisa menyimpan air. Air disimpan dalam pori tanah, dan semakin kecil pori-pori tanah, kemampuannya untuk menyimpan air juga semakin terbatas,” tambahnya.

Selanjutnya, Diah menekankan bahwa akar pohon juga berperan dalam memperlambat proses penguapan air dari tanah. Ini terjadi karena akar pohon mempertahankan kandungan air di sekitarnya, dengan banyaknya akar cabang dari akar utama yang saling terhubung satu sama lain, membantu mengikat air di tanah dan memperlambat laju penguapan.

Sementara itu, Muhammad Ridwan, pendiri Tanah Tinggi, LSM yang fokus pada konservasi air, juga menyatakan bahwa akar pohon memiliki fungsi vital dalam membantu tanah menyimpan air. Struktur akar pada pohon menciptakan rongga-rongga kecil di dalam tanah, yang berperan penting dalam proses penyimpanan air.

Penulis: Dr. Agoes Hendriyanto/Dosen Ilmu Lingkungan