Bisikan Realitas Politik Transaksional dalam Pilkada Pacitan 2024

Bisikan Realitas Politik Transaksional dalam Pilkada Pacitan 2024
SHARE

PACITAN (PRABANGKARANEWS) – Seorang narasumber anonim yang menggunakan nama samaran “Rumput Teki” memberikan pandangannya terkait Pilkada Pacitan 2024 saat diwawancarai oleh jurnalis pada Rabu (2/10/2024). Rumput Teki menyarankan agar masyarakat pemilih tidak terpengaruh oleh pemberian material atau bentuk imbalan lain yang bertujuan mempengaruhi pilihan mereka dalam kontestasi politik tersebut. Namun, Rumput Teki menyebut anjuran ini lebih seperti sebuah lelucon, karena kenyataannya masyarakat kerap dihadapkan langsung pada praktik transaksional yang sangat nyata di dunia politik.

Rumput Teki mengungkapkan keyakinannya bahwa pada saat kondisi ekonomi masyarakat Pacitan sudah lebih mapan, mereka tidak akan tergoda dengan pemberian materi apapun dalam konteks politik. Akan tetapi, di tengah kondisi saat ini, di mana banyak warga Pacitan masih tergolong miskin, peluang terjadinya politik transaksional sangat besar. Masyarakat dalam kondisi sulit ekonominya cenderung tidak menolak uang atau pemberian apapun, terutama ketika uang tersebut sangat diperlukan untuk keperluan sehari-hari.

Baca Juga  Pandangan Hidup Masyarakat dan Nilai Edukatif dalam Upacara Adat Baritan Masyarakat Desa Gawang, Kec Kebonagung, Kab.Pacitan

Rumput Teki juga menambahkan bahwa meskipun masyarakat menerima uang, ada kemungkinan mereka tidak akan memilih kandidat yang memberikan uang tersebut. Namun, dalam praktiknya, masyarakat Pacitan, yang kebanyakan masih menganut budaya “ewuh pakewuh”, seringkali merasa terikat secara moral dengan pihak yang memberi uang. Hal ini membuat politik uang sangat efektif bagi kalangan ekonomi menengah ke bawah.

Berdasarkan pengamatan Rumput Teki, sekitar 80 persen masyarakat dari golongan ekonomi menengah ke bawah yang menerima uang dalam praktik politik transaksional cenderung akan memilih kandidat yang memberi mereka uang, terlepas dari visi dan misi yang ditawarkan oleh para calon. Dalam kondisi kemiskinan yang meluas, kebutuhan hidup sehari-hari menjadi prioritas yang sulit diabaikan oleh mayoritas pemilih.

Baca Juga  Gus Halim Luncurkan SDM Masyarakat Desa Melalui Program Belajar Kampus Merdeka

Sementara itu, hanya sekitar 20 persen masyarakat, yang berasal dari kalangan ekonomi menengah ke atas, yang lebih cenderung mempertimbangkan visi, misi, dan program kerja para calon dalam menentukan pilihan politik mereka. Kelompok ini dinilai memiliki daya kritis yang lebih tinggi dan tidak terpengaruh oleh iming-iming materi dalam menentukan pilihan politiknya.

Rumput Teki menyoroti bahwa fenomena politik transaksional ini merupakan masalah besar yang perlu diatasi, terutama jika tujuan Pilkada adalah untuk memilih pemimpin berdasarkan visi dan misi yang akan membawa perubahan positif bagi masyarakat. Namun, selama kondisi ekonomi sebagian besar warga masih lemah, praktik politik uang akan terus menjadi ancaman yang sulit dihindari dalam setiap kontestasi politik.

Baca Juga  Update Situasi Covid-19 Jawa Timur per Hari Selasa, 15 September 2020

Mengakhiri komentarnya, Rumput Teki berharap ada perbaikan sistem dan peningkatan kesejahteraan masyarakat, sehingga ke depan, pemilih bisa lebih objektif dalam menentukan pilihan tanpa terpengaruh oleh uang atau imbalan lainnya.

Semoga dengan Pilkada Pacitan siapapun yang terpilih bisa mementingkan program untuk peningkatan kesejahteraan rakyat terutama dapat menyelesaikan kondisi krisis air yang selalu berulang.  Selain itu pemimpin Pacitan yang terpilih nantinya bisa meningkatkan investasi di Pacitan agar tenaga kerja bisa terserap.  Selain itu peningkatan kualitas sumber daya manusia Pacitan agar bisa mandiri dan inovatif demi meningkatkan kesejahteraan masyarakat Pacitan.