Kertas Daluang sebagai Media Wayang Beber Tawang Alun Pacitan

PRABANGKARANEWS || Kertas daluang, dikenal juga sebagai kertas Jawa, merupakan salah satu material tradisional khas Nusantara yang digunakan sebagai media lukis pada wayang beber Tawang Alun di Pacitan. Dibuat dari serat pohon mulberry (Broussonetia papyrifera), kertas ini memiliki tekstur halus namun kuat, menjadikannya media ideal untuk melukiskan detail cerita wayang pada masa Kerajaan Majapahit.
Wayang beber Tawang Alun merupakan karya seni bersejarah yang terdiri dari gulungan panjang berisi rangkaian cerita yang digambarkan melalui ilustrasi warna-warni. Keunikan dari kertas daluang terletak pada kemampuannya untuk mempertahankan kualitas gambar meskipun usianya telah mencapai ratusan tahun. Hingga kini, warna dan goresan yang menghiasi wayang beber tersebut tetap jelas dan indah, mencerminkan keterampilan seniman masa lalu.

Wayang Beber yang terdapat di Gedompol dipercaya merupakan hasil karya Prabu Prabangkara, putra Prabu Brawijaya V dari era Kerajaan Majapahit. Lukisan wayang ini digoreskan di atas kertas daluang atau kertas Jawa yang digunakan pada masa itu. Hingga saat ini, lukisan tersebut masih terlihat indah dan memukau, tidak kalah dengan karya-karya seni masa kini. Sebuah warisan budaya yang luar biasa, bukan?
Namun, karena usianya yang telah mencapai ratusan tahun, kerusakan kecil seperti sobekan-sobekan pada kertasnya wajar terjadi. Uniknya, sobekan-sobekan tersebut tidak pernah sampai jatuh ke tanah, melainkan hilang atau musnah dengan sendirinya. Fenomena ini menambah aura mistis yang mengelilingi wayang beber tersebut, apalagi trah keturunannya kerap mengalami kejadian-kejadian yang dianggap tidak biasa.
Kertas daluang yang dijual di pasaran hanya panjang 1 meter x 1 meter. Untuk membuat wayang beber diperlukan 6 gulung. Tiap Gulung dibutuhkan kertas daluang dengan panjang 6 meter x 1 meter. Oleh sebab itu untuk membuat 1 gulung membutuhkan kertas daluang yang sangat mahal dan itupun harus dipesan terlebih dahulu. Karena bahan yang sangat terbatas. Per meter dihargai 2,5 juta. Sehingga satu gulung untuk bahan dibutuhkan dana 15 juta rupiah.
Membuktikan bahwa kertas Daluang mempunyai usia yang sangat lama, dibandingkan dengan kertas dari serat lain. Apalagi pada Wayang Beber yang asli yang dipergunakan untuk pengawet hanya menggunakan bulu merak sekitar 5 bulu. Setiap waktu tertentu biasanya akan diganti denga bulu merak yang baru. Bulu merak bisa dimanfaatkan sebagai pengawet sehingga Wayang Beber masih bisa dirawat dan dijaga oleh pewarisnya.
Wayang beber ini terdiri dari enam gulungan, dengan setiap gulungan berisi empat pejagong, sehingga totalnya terdapat 24 adegan. Setiap adegan memiliki cerita dan gambar yang berbeda-beda, menggambarkan kisah yang penuh makna. Namun, terdapat sebuah adegan yang dianggap sangat sakral, yakni pada gulungan keenam di pejagong terakhir atau adegan ke-24.
Adegan terakhir ini dipercaya memiliki misteri tersendiri. Hingga saat ini, belum ada yang berani membuka bagian tersebut, bahkan dari keturunan langsung para penjaga wayang beber. Misteri ini tetap terjaga, menambah keangkeran sekaligus daya tarik wayang beber sebagai salah satu peninggalan budaya yang sangat berharga. (Tri Hartanto)