Pacitan di Masa Lalu: Eksotisme Alam dan Tantangan Pemerintahan

Pacitan di Masa Lalu: Eksotisme Alam dan Tantangan Pemerintahan
Alun-alun Pacitan Tempo Dulu
SHARE

PACITAN (PRABANGKARANEWS) – Ketika seseorang bepergian ke arah selatan dari ibu kota Madiun, di kejauhan ia dapat melihat samar-samar pegunungan biru yang membentang dalam garis-garis kabur ke seluruh bagian selatan. Setelah melewati Ponorogo, perjalanan dilanjutkan ke arah barat daya di dekat Slaoeng. Rute ini tetap berada pada jarak yang cukup jauh sejajar dengan perbatasan Solo, yang juga berbelok ke arah barat daya pada ketinggian yang hampir sama. Tidak jauh dari Teluk Pacitan terletak ibu kota kabupaten yang bernama sama, yaitu Pacitan.

Keindahan alam di Pacitan sangat berlimpah; lanskapnya yang dipenuhi perbukitan dan pegunungan dalam susunan yang indah menjadikannya sangat menarik. Ketika seseorang mencapai titik yang lebih tinggi dan memandang ke segala arah, deretan pegunungan yang menjulang dalam garis lengkung tampak berlapis-lapis dalam kemegahan dan keindahan yang mengesankan.

Baca Juga  BSSN; 1,6 miliar Serangan Siber dengan Berbagai Kategori

Seperti halnya di wilayah Solo (Wonogiri), Pacitan juga menarik minat orang Jepang yang memperoleh konsesi eksplorasi bijih tambang. Sosok terkenal, Tuan Ishihara, juga terlibat dalam sindikat eksplorasi ini. Dahulu, ada rencana untuk membangun jalur kabel sepanjang 60 km guna mengangkut bijih dari tambang ke Teluk Pacitan, yang menawarkan tempat berlabuh yang baik. Kapal-kapal uap pengangkut Jepang nantinya akan mengangkut bijih tersebut.

Setelah distrik Panggul dimasukkan ke dalam Pacitan dari kabupaten Trenggalek yang dibubarkan, jalan dari Pacitan ke Lorok diperpanjang hingga ke ibu kota distrik Panggul.

Di wilayah sekitar Kali Telong, malaria dulunya sangat umum terjadi. Namun, baru-baru ini, pekerjaan sanitasi telah dilakukan atas dorongan dari D.V.A. (Dinas Kesehatan), sehingga diharapkan kondisi kesehatan masyarakat akan semakin membaik.

Baca Juga  Simak dan Catat ! Enam Manfaat "Bunga Telang Ungu" Bagi Kesehatan Manusia

Pendapatan dari pajak tanah di Pacitan secara umum diterima dengan baik.

Dahulu, ada rencana untuk membubarkan Kabupaten Pacitan sebagai wilayah administrasi yang berdiri sendiri, seperti yang telah terjadi pada Trenggalek, Bangil, Sampang, dan Gresik. Namun, rencana ini tidak jadi dilaksanakan karena dua pertimbangan utama yang sangat menentukan. Pertama, lokasi Pacitan yang relatif terpencil menjadi faktor utama. Kedua, perlu diwaspadai agar pengaruh politik dari wilayah Solo tidak mendapatkan pijakan yang kuat di daerah ini.

Karena alasan tersebut, tetap dipilih sistem pemerintahan kabupaten mandiri dengan seorang kepala pemerintahan di tempat.

Dalam beberapa waktu terakhir, sekitar tahun 1932 jumlah pegawai Eropa di Pacitan telah berkurang. Dahulu, masih terdapat seorang administrator Eropa di Bank Kredit Rakyat, seorang kepala Eropa di H.I.S. (Hollandsch-Inlandsche School), seorang ketua Landraad (pengadilan), serta seorang inspektur B.O.W. (pekerjaan umum). Namun, saat ini, jabatan-jabatan tersebut telah diisi oleh pribumi. Meskipun sebagian besar staf administratif kini berasal dari pribumi, diyakini bahwa hal ini tidak akan mempengaruhi kepentingan pemerintahan secara keseluruhan.

Baca Juga  AKSI Jatim Gelar FGD, Seluruh Stakeholder Bersepakat Dukung Pendirian Koperasi Desa Merah Putih

Sumber: Baai+van+Patjitan