Menghidupkan Warisan Leluhur: Buku “Duplikasi Wayang Beber Tawangalun Donorojo” Upaya Menjaga Tradisi Ratusan Tahun

Menghidupkan Warisan Leluhur: Buku “Duplikasi Wayang Beber Tawangalun Donorojo”  Upaya Menjaga Tradisi Ratusan Tahun
SHARE

PRABANGKARANEWS, WAYANG BEBER – Di tengah arus modernisasi dan gempuran budaya digital, masih ada sekelompok pegiat budaya yang gigih menjaga bara tradisi tetap menyala. Salah satunya tercermin dalam terbitnya buku “Duplikasi Wayang Beber Tawangalun Donorojo”, sebuah karya monumental yang merekam sekaligus menghidupkan kembali salah satu warisan budaya tertua Indonesia: Wayang Beber.

Buku ini lahir dari kolaborasi tiga penulis lintas bidang Dr. Agoes Hendriyanto, M.Pd., Tri Hartanto, dan Muhammad Rafid Musyaffa’, S.T.—dan diterbitkan oleh Nata Karya. Lebih dari sekadar buku dokumentasi, karya ini adalah wujud nyata cinta terhadap budaya lokal yang nyaris terlupakan.

Melacak Jejak Warisan Tersirat di Gulungan Kuno

Wayang Beber, yang dulunya menjadi medium hiburan dan penyebaran nilai moral di masyarakat Jawa, kini tersimpan dalam lipatan sejarah. Namun melalui proses duplikasi yang terperinci mulai dari pembuatan kertas daluang tradisional oleh seniman sekaligus pengrajin Bandung M. Mufid M, penggambaran sketsa dengan teknik kalkir, hingga proses pewarnaan atau sungging  oleh tim  sungging Faris Wibisono, S.Sn.  warisan  yang telah berusia 333 tahun  dihidupkan kembali.

Baca Juga  Nikmati Pesona Alam di Pantai Kasap "Raja Ampatnya Pacitan"

Dalam 23 cerita yang dimuat, kita diajak menyelami kisah Joko Kembang Kuning dan Dewi Sekartaji, yang sarat akan nilai cinta, pengorbanan, moralitas, dan filosofi hidup. Setiap adegan tidak hanya mengisahkan cerita, tetapi juga memuat pesan kearifan lokal yang relevan untuk masa kini.

Tradisi yang Dipamerkan dan Ditampilkan

Keistimewaan buku ini juga terletak pada rekaman aktivitas pelestarian yang dilakukan tim penulis dan komunitas budaya. Karya-karya duplikasi dipamerkan dalam berbagai pameran seni di museum-museum terkemuka seperti Museum Song Terus dan Museum Ullen Sentalu. Tidak hanya itu, latihan dan pementasan dilakukan secara rutin untuk memperkenalkan kembali seni pertunjukan Wayang Beber kepada masyarakat, khususnya generasi muda.

Baca Juga  Biofarma: Strategi Penanganan COVID-19 Melalui Pengembangan Vaksin dan Obat Herbal

Strategi Pelestarian di Era Digital

Menariknya, buku ini juga tidak menutup mata terhadap perkembangan zaman. Disajikan dengan narasi yang komprehensif, buku ini menekankan pentingnya edukasi, kolaborasi, dan inovasi sebagai kunci agar Wayang Beber tetap relevan. Melalui pendekatan interdisipliner dan sentuhan teknologi, seni tradisi ini tidak hanya diselamatkan, tetapi juga diperluas daya jangkaunya.

Lebih dari Buku—Sebuah Gerakan Budaya

“Duplikasi Wayang Beber Tawangalun Donorojo” bukan sekadar produk intelektual. Ia adalah pernyataan bahwa budaya tradisional tidak layak hanya menjadi arsip di balik kaca museum. Buku ini mengajak kita semua untuk tidak sekadar mengenang, tetapi juga menghidupkan kembali—sebuah gerakan untuk merawat identitas dan jati diri bangsa.

Baca Juga  Pemerintah Terus Jaga Pertumbuhan Ekonomi Berkelanjutan

Di tengah dunia yang berubah cepat, buku ini menjadi pengingat bahwa akar budaya adalah fondasi yang tak boleh tercerabut.