Lontong Sayur Sambal Kelapa Mbah Cemblek, Ngreco, Pacitan, Jawa Timur
Oleh: Arta Mevia Aprianing
Manusia dan makanan adalah dua hal yang tidak bisa dipisahkan.Makanan merupakan pokok penting dalam atau bagi seseorang untuk menjaga keberlangsungan hidupnya. Ia biasa dimasak terlebih dahulu, maka muncullah istilah kuliner yang merupakan kata serapan dari bahasa inggris, culinary,bermakna “yang berhubungan dengan dapur dan masakan”.
Kuliner adalah salah satu produk budaya yang dipengaruhi oleh berbagai hal serta mencirikan suatu bangsa. Lebih jauh lagi , menjadi semacam “life style” yang menunjukkan karakteristik seseorang.Kuliner lokal merupakan khazanah budaya sebagai warisan nenek moyang. Keanekaragaman jenisnya,menunjukkan kreativitas bangsa sejak dahulu kala.
Kuliner pun merupakan bagian Warisan Budaya Tak Benda (WBTB) yang pada dasarnya telah diakui UNESCO. Maka untuk melindungi kuliner lokal , ia perlu dilestarikan dan diangkat ceritannya dalam kancah kehidupan manusia, baik pada tataran regional maupun global.
Sebagai suku bangsa, jawa pun kaya akan keragaman kuliner di pelosok wilayahnya. Dengan cita rasa yang khas, unik, dan menarik. Baik berupa panganan maupun makanan berat, masakan jawa menampilkan cita rasa yang ringan, sederhana, jelas, dan berkisar antara gurih, asin, asam, segar, manis ringan, dan pedas.
Setiap daerah jawa hampir dipastikan memiliki kuliner khas sendiri-diri, seperti : Rawon, lontong kupang, rujak cingur, pecel madiun, soto lamongan, bakso malang, nasi tempong, nasi tumpeng, nasi krawu, lontong balap, bebek sanjay, pecel semanggi,lodho ayam, rujak soto, bebek songkem,dsb.
Kuliner tidak hanya berkaitan dengan pengisi perut yang keroncongan, tetapi juga symbol tradisi adat istiadat. Kita ambil saja contohnya lontong sayur sambal kelapa yang dibuat oleh Mbah Sumiati yang biasa dipanggil Mbah Cemblek penjual lontong di Desa Ngreco, Kecamatan Tegalombo, Kab. Pacitan.
Biasannya kuliner ini dijajakan pada saat pasaran tertentu yaitu Pahing dan Wage saja dikarenakan jualannya juga sedikit dan beliau berjualan di depan toko anaknya yang bernama Mbak Sri beliau berjualan mulai tahun 1985 sampai dengan sekarang masih berjualan.
Lontong bah Sumiati dengan ciri khasnya, sebagai berikut: untuk membuat lontong dengan membungkusnya menggunakan daun pisang lalu direbus selama 2 jam setelah matang lalu didinginkan dan menunggu sampai kering. Pembungkusannya pun masih menggunakan daun jati dan ditusuk menggunakan lidi sebagai pengganti karet atau steples yang kita ketahui daun jati memiliki aroma khas tersendiri jika dijadikan sebagai pembungkus makanan tradisional, lontong dengan sambal kelapa dan sayur sebagai pelengkap ditambahi dengan gorengan yaitu tempe goreng tepung akan menjadikan lontong Mbah Sumiati, desa Ngreco menjadi sangat nikmat tentunya.
Mbah Sumiati seorang yang bekerja keras dari dulu sampai sekarang dia juga sudah ditinggal meninggal oleh suaminnya pada saat anak mereka masih duduk di bangku SD. Dulu juga pernah Camat Tegalombo, Bapak Erwin mampir dan singgah untuk menikmati makanan tradisonal lontong ini dan beliau terheran-heran karena masakan sederhana yang dimasak mbah sumiati terbilang sangat enak di lidahnya.
Saat Pulang Pak Camat Tegalombo Pak Erwin, sampai-sampai pada saat ia pulang sampai membungkus juga buat anak istrinnya. menurut Pak Camat sangat suka dengan sambal kelapannya yang terbuat dari kelapa diparut sehabis itu di goreng dan ditumbuk bersama bumbu-bumbu rahasiannya.
Saat sebelum memasak ada beras yang dibungkus dengan daun pisang dan dibentuk lonjong-longjong dan dirapikan lagi sisi-sisinya
kemudian direbus. Selain pembungkus yang telah disebutkan di atas, ada juga yang menggunakan kertas / plastik , beragam macam daun, seperti daun pandan, kararas (daun pisang kering), daun jagung, dan lain sebagainya.
Maka, dengan mengangkat cerita kuliner lokal, semoga dapat mengembangkan aspek tersebut yang pada hakikatnya menjadi wahana dan menjaga, melestarikan budaya kearifan lokal, semoga dapat mengembangkan aspek tersebut.
Pada hakikatnya menjadi wahana dan menjaga melestarikannya budaya kearifan lokal,dan kesejahteraan dalam meningkatkan roda kehidupan masyarakat dan ekonominnya. Pada dasarnya semua pelaku yang berhubungan dengan kuliner harus senantiasa kreatif, inovatif, dan mengikuti perkembangan zaman.
Seharusnya pada setiap ada acara atau hajatan apapun itu kita wajib menghidangkan kuliner lokal ,dan harus ada inovasi rasa yang berskala global,dan sebagai penikmat kuliner. Kita mencicipinnya selain sebagai bentuk kecintaan kita pada budaya dan kuliner tradisonal yang memanjakan lidah sendiri. Tentu kita tidak ingin kuliner lokal tergerus waktu dan hanya tinggal kenangan saja dan tinggal
cerita-ceritannya saja. (*)