Membangun Pacitan Melalui Kebijakan Pro-Rakyat Miskin dan Investasi Berkelanjutan, Bebaskan Predikat Kabupaten Miskin
PACITAN (PRABANGKARANEWS) – Kemiskinan bukan hanya masalah nasional, tetapi juga global, yang terus menjadi perhatian banyak pihak. Untuk perencanaan, pemantauan, dan evaluasi program penanggulangan kemiskinan, diperlukan indikator yang mencerminkan kondisi dan perkembangan penduduk miskin. Sejak era Orde Lama, Orde Baru, hingga Reformasi, Pacitan terus berjuang untuk keluar dari lingkaran kemiskinan.
Dibutuhkan terobosan besar dari Bupati dan Wakil Bupati Pacitan yang akan datang untuk mengatasi masalah kemiskinan ini. Salah satu masalah utama yang dihadapi adalah ketersediaan air bersih dan peningkatan sumber daya manusia. Untuk membuat warga miskin lebih berdaya, diperlukan kebijakan yang berani, seperti subsidi silang dalam hal pembayaran pajak bagi masyarakat miskin, yang saat ini belum dianggarkan dalam APBD Kabupaten Pacitan.
Hingga saat ini, kebijakan yang berpihak pada masyarakat miskin belum terwujud secara konkrit dalam APBD Kabupaten Pacitan. Masalah utama yang dihadapi warga Pacitan, terutama di wilayah kering, adalah keterbatasan akses terhadap air bersih. Oleh karena itu, prioritas utama pemimpin mendatang haruslah menyediakan anggaran besar untuk pengadaan air bersih bagi masyarakat, agar tidak ada lagi warga yang terpaksa menjual ternak hanya untuk membeli air.
Mengandalkan bantuan semata tidak akan menyelesaikan masalah secara permanen, karena permasalahan air bersih akan terus berulang setiap tahunnya. APBD Kabupaten Pacitan seharusnya tidak hanya dialokasikan untuk pembangunan infrastruktur seperti jalan dan jembatan yang tidak memiliki korelasi langsung dengan pengentasan kemiskinan. Kebijakan subsidi silang dalam pembayaran pajak serta bantuan langsung bagi penduduk miskin harus dianggarkan secara signifikan.
Ketersediaan air bersih tidak hanya berpengaruh terhadap kesehatan, tetapi juga berdampak langsung pada kesejahteraan sosial dan ekonomi masyarakat. Di daerah seperti Pacitan, yang sering mengalami kekeringan dan kesulitan akses air bersih, persoalan ini menjadi tantangan besar yang perlu segera diatasi.
Air bersih yang mudah diakses dapat meningkatkan kualitas hidup masyarakat secara signifikan. Dengan akses yang lebih baik, masyarakat tidak perlu lagi menghabiskan waktu dan tenaga hanya untuk mendapatkan air. Hal ini akan berdampak pada produktivitas mereka, baik dalam hal pertanian, pekerjaan, maupun pendidikan. Waktu yang seharusnya digunakan untuk mengangkut air dapat dialokasikan untuk kegiatan ekonomi yang lebih produktif, yang pada akhirnya meningkatkan kesejahteraan keluarga.
Selain itu, ketersediaan air bersih juga berdampak pada kesehatan masyarakat. Dengan pasokan air yang cukup dan berkualitas, penyakit-penyakit yang disebabkan oleh air tercemar, seperti diare, disentri, atau kolera, dapat diminimalkan. Hal ini secara langsung akan mengurangi biaya perawatan kesehatan dan meningkatkan angka harapan hidup masyarakat.
Bagi sektor pertanian, yang menjadi tulang punggung ekonomi di banyak daerah, air bersih berperan penting dalam keberhasilan produksi. Tanpa akses air yang memadai, hasil pertanian akan menurun, mengancam ketahanan pangan dan pendapatan petani. Ketersediaan air yang stabil memungkinkan petani untuk menanam lebih banyak dan menghasilkan panen yang lebih baik, yang berdampak langsung pada kesejahteraan ekonomi masyarakat pedesaan.
Pemerintah dan pihak terkait perlu mengambil langkah nyata untuk memastikan bahwa semua warga, terutama di daerah pedesaan dan terpencil, memiliki akses terhadap air bersih. Investasi dalam infrastruktur air, seperti sumur bor, pipanisasi, dan penampungan air hujan, harus menjadi prioritas utama. Dengan demikian, kesejahteraan masyarakat dapat tercapai melalui pemenuhan kebutuhan dasar yang sering kali diabaikan.
Pada akhirnya, ketersediaan air bersih bukan hanya soal kesehatan, tetapi juga soal hak dasar setiap warga negara untuk hidup dengan sejahtera. Ini adalah fondasi bagi perkembangan ekonomi, pendidikan, dan kualitas hidup masyarakat secara keseluruhan.
Masyarakat miskin harus mendapatkan asupan gizi yang cukup agar dapat fokus meningkatkan pendidikan dan keterampilan. Mereka perlu berinovasi untuk menciptakan teknologi yang memungkinkan keluar dari lingkaran kemiskinan. APBD Kabupaten Pacitan juga harus memberikan perhatian lebih kepada anak-anak yang kurang mampu dengan menyediakan dana transportasi sekolah untuk membantu mereka mengakses pendidikan dengan lebih mudah.
Salah satu penyebab rendahnya kualitas sumber daya manusia di Pacitan adalah kurangnya akses ke pendidikan akibat kendala biaya, termasuk biaya transportasi dan uang saku yang belum tersentuh oleh kebijakan pemerintah. Oleh karena itu, perlu ada langkah nyata untuk mendukung pendidikan dan keterampilan anak-anak dari keluarga tidak mampu.
Kunci untuk mengatasi kemiskinan di Pacitan adalah dengan menciptakan lebih banyak lapangan kerja. Selama ini, investasi di Pacitan masih sangat minim. Peningkatan jumlah investor sangat diperlukan untuk menjadi stimulus pembangunan ekonomi lokal.
Pacitan membutuhkan strategi untuk menarik lebih banyak investor, karena sulitnya akses dan lokasinya yang tidak strategis di jalur perdagangan Pulau Jawa menjadi salah satu penghambat investasi. Pembukaan pelabuhan laut atau pelabuhan udara perintis bisa menjadi solusi untuk meningkatkan daya tarik investasi di Pacitan.
Salah satu tantangan dalam menarik investor ke Pacitan adalah memastikan bahwa investasi yang masuk tidak merusak lingkungan. Ada kasus di mana investasi justru mengakibatkan kerusakan lingkungan, sehingga perlu ada pengawasan ketat agar investasi yang datang berdampak positif bagi masyarakat dan lingkungan.
Saat ini, bisnis yang berkembang di Pacitan masih didominasi oleh sumber daya alam seperti laut, pertanian, dan perkebunan. Belum ada bisnis yang dibangun dari sumber daya manusia Pacitan yang terampil dan berdaya saing. Untuk mengatasi ini, Pacitan perlu membangun sektor bisnis yang berbasis pada pengembangan sumber daya manusia yang handal dan inovatif.
Membangun Pacitan melalui kebijakan pro-rakyat miskin adalah langkah strategis untuk mempercepat pengentasan kemiskinan dan meningkatkan kesejahteraan masyarakat. Pemerintah daerah perlu mengarahkan program-program yang fokus pada peningkatan akses pendidikan, kesehatan, dan pemberdayaan ekonomi bagi warga yang kurang mampu.
Sebagai contoh alokasi warga miskin dari pusat optimalkan penggunaannya. Penggunaan misal Dana Bagi Hasil Cukai Hasil Tembakau (DBHCHT) serta alokasi anggaran yang tepat sasaran dapat membantu menciptakan program-program yang berdampak langsung pada pengurangan angka kemiskinan. Pelatihan keterampilan kerja, pengembangan sektor pertanian, dan program bantuan sosial berbasis inklusivitas juga akan memperkuat daya saing masyarakat miskin dalam perekonomian lokal.
Selain kebijakan sosial, investasi berkelanjutan menjadi elemen penting dalam mengubah predikat Pacitan sebagai salah satu kabupaten miskin. Pemerintah perlu menciptakan iklim investasi yang kondusif melalui penyederhanaan birokrasi, penguatan infrastruktur, dan pemanfaatan potensi lokal seperti pariwisata dan sektor maritim.
Dengan menarik investor yang berkomitmen pada prinsip pembangunan berkelanjutan, Pacitan dapat menciptakan lapangan kerja baru dan meningkatkan pendapatan daerah. Sinergi antara kebijakan pro-rakyat miskin dan investasi berkelanjutan ini diharapkan mampu membebaskan Pacitan dari predikat kabupaten miskin serta mendorong pertumbuhan ekonomi yang lebih merata.
Penulis: Dr. Agoes Hendriyanto, M.Pd – Pemred