Festival Geopark Gunung Sewu #6: Pelestarian Kawasan Kars dan Refleksi Ekologi

Festival Geopark Gunung Sewu #6: Pelestarian Kawasan Kars dan Refleksi Ekologi
SHARE

PRABANGKARANEWS || Bentang alam Kars di kawasan yang dikenal sebagai PAWONSARI, singkatan dari Pacitan, Wonogiri, dan Wonosari, memiliki fungsi ekologis yang sangat vital dan beragam. Kawasan ini berperan penting dalam mendukung kehidupan alam dan manusia, mulai dari penyimpanan air hingga pengaturan ekosistem yang unik. Namun, perkembangan zaman dan kebutuhan manusia akan ruang, terutama dalam pengembangan pariwisata, kerap mengabaikan nilai ekologi kawasan tersebut. Akibatnya, kelestarian kawasan kars terancam oleh berbagai aktivitas pembangunan yang tidak memperhatikan lingkungan.

Dalam upaya meningkatkan kesadaran dan aksi nyata untuk pelestarian kawasan kars, Festival Geopark Gunung Sewu #6 dihelat oleh Dinas Kepemudaan, Olahraga, dan Pariwisata (DISPORAPAR) Wonogiri bekerja sama dengan Komunitas Lokal Pracimantoro. Festival ini berlangsung dari tanggal 10 hingga 13 Oktober 2024, dengan mengusung tema “Mangsa Labuh,” yang bermakna sebagai momen refleksi dan aksi untuk menjaga ekosistem kars di tengah kemajuan zaman. Acara ini berfokus pada pentingnya menjaga kawasan kars sebagai penyangga kehidupan bagi generasi masa depan.

Baca Juga  DPD RI dan Kementerian Dalam Negeri Sepakat Revisi Terbatas UU Otsus Papua

Salah satu kegiatan utama dalam festival ini adalah “Sambang Sedulur Tunggal Watu Tunggal Banyu,” sebuah ajang untuk berbagi cerita, pengalaman, serta semangat aksi lingkungan bersama. Melalui kegiatan ini, para peserta diundang untuk berkolaborasi dalam berbagai gerakan pelestarian lingkungan yang bertujuan menjaga kawasan kars agar tetap lestari dan berfungsi optimal sebagai elemen ekologi. Kolaborasi ini tidak hanya bertujuan untuk meningkatkan kesadaran, tetapi juga memberikan ruang bagi masyarakat untuk bertukar gagasan dan aksi nyata dalam menjaga kawasan yang rentan ini.

Festival Geopark Gunung Sewu juga menghadirkan kegiatan berbagi pengalaman terkait praktik penanaman pohon dengan sistem BAIS (Biosolarized Agro-Innovation System). Sistem ini dikembangkan sebagai salah satu inovasi untuk meningkatkan keberhasilan penanaman pohon di kawasan kars yang terkenal kering dan tandus. Dengan kondisi tanah yang sulit mendukung pertumbuhan tanaman, sistem BAIS diharapkan mampu membantu masyarakat lokal dalam mengelola lingkungan mereka dengan cara yang lebih berkelanjutan.

Baca Juga  Jokowi Resmikan Penataan Kawasan Huta Siallagan, Samosir

Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Jumat, 11 Oktober 2024, dimulai pukul 3.00 WIB di Museum Kars Indonesia, yang terletak di Mudal, Gebangharjo, Pracimantoro, Wonogiri, Jawa Tengah. Museum ini menjadi tempat yang tepat untuk melaksanakan kegiatan karena merupakan pusat edukasi mengenai kawasan kars dan pelestariannya. Selain itu, museum ini juga menjadi simbol kesadaran pentingnya menjaga keunikan bentang alam kars yang ada di wilayah tersebut.

Melalui festival ini, diharapkan masyarakat Pracimantoro dan sekitarnya semakin sadar akan pentingnya menjaga kawasan kars sebagai bagian dari warisan alam yang tak tergantikan. Kesadaran ini harus diiringi dengan aksi nyata untuk melindungi dan melestarikan ekosistem yang ada, sehingga generasi mendatang dapat terus menikmati manfaat ekologis dari kawasan ini. Festival Geopark Gunung Sewu #6 menjadi langkah awal untuk menggerakkan aksi pelestarian bersama.

Baca Juga  Bupati Joko Sutopo Serahkan 294 Sepeda Motor Operasional kepada Kades dan Lurah di Wonogiri