Wayang Beber Jagong 9 “Cinta, Janji, dan Perebutan Takhta di Kerajaan Kediri”

WAYANG BEBER (PRABANGKARANEWS) – Wayang Beber Tawang Alun, karya Sungging Prubengkara, adalah peninggalan seni luar biasa yang mengisahkan lakon Panji dan mencatat peristiwa penting pada masanya. Dengan candra sengkala “Gawe Srabi Jinamahing Wong”, gulungan pertama jagong keempat memuat makna mendalam yang terkait erat dengan jagong ketiga dalam rangkaian kisah tersebut.
Candra sengkala ini menggambarkan tahun Jawa 1614 atau 1692 Masehi, yang diilustrasikan melalui figur seorang pria menyentuh wanita penjual serabi di pasar. Tahun ini menandai masa genting dalam sejarah Kerajaan Mataram Kartasura, di mana pengaruh VOC Belanda memicu konflik internal yang dikenal sebagai Peristiwa Pecinan.
Lakon Joko Kembang Kuning dalam Wayang Beber Tawang Alun juga menggambarkan Panji Inukertapati dari Kediri, mencerminkan kemegahan budaya Majapahit yang tetap bertahan melalui nilai-nilai luhur dan seni. Karya ini tidak hanya merefleksikan keahlian Sungging Prubengkara tetapi juga kebijaksanaannya dalam memadukan spiritualitas, seni, dan sejarah.
Tetenger tersebut menjadi saksi perjalanan panjang seni tradisional Indonesia sekaligus cerminan dinamika sosial-politik pada masa itu.
Kisah Wayang Beber Tawangalun menyajikan cerita yang kaya akan makna tentang cinta, kesetiaan, dan persaingan. Tokoh utama, Tawangalun, dengan tekad dan keberanian, membantu Inukertapati dalam usahanya menemukan pujaan hati, Dewi Sekartaji. Cerita ini penuh tantangan, salah satunya dari Raden Klana Sewandana, yang juga berupaya memenangkan hati Dewi Sekartaji dengan mengklaim pengakuan Raja Kediri.

Latar Cerita dan Hubungannya dengan Sejarah
Wayang Beber Tawangalun diilhami oleh cerita klasik yang juga tergambar pada relief candi di Jawa Timur. Seni ini diperkaya dengan gaya narasi tradisional dan diwariskan melalui pengaruh tokoh penting seperti Sunan Kalijaga. Dikisahkan bahwa wayang ini disungging oleh Sungging Prubengkara, seorang maestro seni pada masa Sunan Kalijaga, menjadikannya salah satu peninggalan berharga dalam tradisi Jawa.
Isi Cerita 9 Gulungan 3
Dalam gulungan ini, Tawangalun bersama pengikut setianya, Patih Tandha Perwira Mantri Arya Deksa Negara, menghadap Raja Kediri untuk menyampaikan kabar bahwa Dewi Sekartaji telah ditemukan oleh Jaka Kembang Kuning. Namun, mereka mendapati bahwa Raden Klana Sewandana telah lebih dahulu menghadap Raja, mengklaim haknya berdasarkan janji Raja Kediri.
Janji itu menyatakan bahwa siapa pun yang menemukan Dewi Sekartaji akan diberi kehormatan:
- Jika penemunya seorang pria, ia akan diangkat sebagai menantu Raja.
- Jika penemunya seorang wanita, ia akan menjadi saudara perempuan Dewi Sekartaji.
Raden Klana Sewandana menuntut janji ini ditepati, menekankan segala upaya yang telah ia lakukan demi menemukan Dewi Sekartaji. Dalam suasana yang penuh ketegangan, keputusan Raja Kediri menjadi penentu nasib Dewi Sekartaji serta siapa yang akan mendapat kehormatan besar itu.
Makna Cerita
Cerita ini tidak hanya menggambarkan konflik cinta dan ambisi, tetapi juga menghadirkan pesan moral tentang keadilan dan keberanian untuk memperjuangkan hak. Wayang Beber Tawangalun mengingatkan kita pada pentingnya menjaga tradisi sebagai sarana pembelajaran nilai-nilai luhur.
Bagian ini menyiratkan bagaimana seni tradisi seperti Wayang Beber menjadi jembatan antara warisan budaya dan refleksi kehidupan masa kini.
Penulis: Hendriyanto