Situs Watupatok Sejarah Pacitan yang Terlupakan

Situs Watupatok Sejarah Pacitan yang Terlupakan
SHARE

Oleh: Dr. Agoes Hendriyanto, S.P.,M.Pd, Djohan Perwiranto, S.Pd, MSI., Amat Taufan, S.Sos

Penyunting:  Muhamad Rafid Romadhoni

Nomor ISBN: 978-623-5346-87-8

Diterbitkan oleh: CV.Nata Karya,  Anggota IKAPI

Bismillah Elingosiro, Engsun Lan Niro Kabeh Ojo Lali Lan Nglali. Alang-Alang Dudu Aling-Alingmargahing Kautama

Buku ini menyoroti pentingnya Situs Watupatok sebagai warisan budaya dan sejarah yang vital bagi Kabupaten Pacitan, Jawa Timur. Penulis menyadari bahwa buku ini jauh dari sempurna dan mengajak peneliti lain untuk melanjutkan upaya menemukan bukti baru terkait situs ini, terutama karena wilayah Watupatok rawan tanah longsor yang bisa menimbun benda-benda cagar budaya bernilai sejarah. Selain itu, kurangnya juru pelihara menyebabkan banyak benda bersejarah di situs ini hilang atau rusak.

Baca Juga  PT. Pegadaian Luncurkan 4 Desa Kreatif di Tamson (Taman Uson) Jagabita Parungpanjang Bogor

Situs Watupatok, terletak di Desa Watupatok, Kecamatan Bandar, adalah bagian dari bentang Pegunungan Sewu yang kaya akan sejarah dan budaya. Situs ini menjadi saksi bisu perjalanan panjang sejarah Pacitan, di mana prasasti-prasasti dari masa pemerintahan Raja Dyah Balitung Watukura memberikan informasi berharga tentang masa lalu. Prasasti Matyasih, Taji, Taji Gunung, Telang 1, dan Telang 2 adalah beberapa prasasti penting yang diterbitkan pada masa pemerintahannya.

Watupatok mencerminkan nilai budaya dan religius masyarakat masa lalu, di mana prasasti-prasasti yang ditemukan mencatat berbagai peristiwa penting seperti upacara keagamaan dan kegiatan pemerintahan. Pengakuan terhadap situs ini sebagai bukti sejarah hari jadi Pacitan adalah langkah penting dalam pelestarian warisan budaya. Dengan meningkatnya kesadaran masyarakat dan pemerintah, berbagai langkah pelestarian dapat dilakukan untuk menjaga situs ini dan mendukung sektor pariwisata serta edukasi di Pacitan.

Baca Juga  Kunjungan Ronny Wahyono-Wahyu Saptono Hadi ke Posko Relawan Nawangan

Penetapan hari jadi Pacitan berdasarkan temuan historis di Watupatok tidak hanya meningkatkan kebanggaan dan identitas lokal, tetapi juga menghindari asosiasi dengan masa kolonial Belanda untuk menghidupkan semangat kepahlawanan dan nasionalisme. Watupatok yang disebut dalam kitab Negara Kertagama sebagai wilayah perdikan sejak masa pemerintahan Hayam Wuruk menunjukkan bahwa situs ini sudah signifikan sejak zaman kuno.

Penulis menyimpulkan bahwa prasasti di Watupatok memiliki kemiripan dengan prasasti Watukura dari masa pemerintahan Raja Dyah Balitung Watukura, menunjukkan hubungan sejarah yang erat. Tanggal 27 Juli yang terdapat pada prasasti Watukura dapat diperingati sebagai Hari Jadi Pacitan, memperingati sejarah panjang daerah ini sejak masa pemerintahan Raja Dyah Balitung Watukura.

Baca Juga  Beasiswa Ajinomoto 2023 untuk Kuliah S2 di Jepang

Buku ini mengajak pembaca untuk menghormati dan melestarikan situs Watupatok sebagai bagian penting dari warisan budaya dan sejarah Pacitan, mendorong lebih banyak penelitian dan tindakan pelestarian agar warisan nenek moyang ini dapat dipertahankan untuk generasi mendatang.

Situs Watupatok Sejarah Pacitan yang Terlupakan

Diskusi dengan Tim Penulis Situs Watupatok Sejarah Pacitan yang Terlupakan 31 Mei 2024

Penulis bertiga bersepakat untuk menerbitkan di salah satu penerbit untuk segera dicetak.  Tanggal 7 juni 2024 sudah masuk di percetakan Natakarya.  Oleh tim redaksi Natakarya layak untuk diterbitkan. Untuk link berikut ini: situs-watupatok-sejarah-pacitan

Diskusi dengan Tim Penulis Situs Watupatok Sejarah Pacitan yang Terlupakan 31 Mei 2024