Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk Karya Buya Hamka: Pujangga Baru

Tenggelamnya Kapal Van Der Wicjk Karya Buya Hamka: Pujangga Baru
SHARE

Prabangkaranews.com – Novel yang berjudul “Tenggelamnya Kapal van der Wicjk” karya Buya Hamka termasuk dalam karya sastra periode Pujangga Baru. Karya sastra pada periode ini ditandai dengan karakteristik umum seperti:

  1. Bersifat dinamis.
  2. Beraliran romantis idialis.
  3. Menggunakan bahasa individual.
  4. Masalah individu manusia
  5. Mengutamakan psikologi.

Kisah dalam novel “Tenggelamnya Kapal van der Wicjk” bertemakan tetang cinta, adat, keturunan, dan kekayaan. Kisah cinta abadi dari Zainuddin dan Hayati yang tak terpisahkan oleh dunia dan pincangnya adat di negeri Minang.

Keturunan dan kekayaan menjadi segala-galanya. Cinta suci Zainuddin untuk Hayati terhalang oleh keturunan dan kemiskinan. Zainuddin yang keturunan campuran Minang dan Bugis tidak mendapat pengakuan sebagai suku Minang asli.

Baca Juga  Belum Jelas Kapan Berakhir, Dolfie Rompas: Berdamai dengan Virus Corona Patut Direspon Positif

Akhirnya, Hayati menikah dengan Aziz, seorang Minang asli dan kaya. Zainuddin setia dan tetap hidup dengan dirinya dan karya-karyanya. Zainuddin pindah ke Pulau Jawa yaitu Surabaya, bersama bang Muluk sahabatnya dan menemukan titik kesuksesan disana.

Pada saat itu Hayati menjanda ditinggalkan oleh Aziz yang mati karena bunuh diri. Zainuddin tidak ingin melihat Hayati menderita, meskipun Hayati telah menjadi janda, Zainuddin tidak menikahi Hayati.

Hayati diminta untuk pulang ke Padang menaiki kapal Belanda termewah yaitu Kapal Van Der Wijck yang berlabuh ke laut Andalas. Hayati pulang dan saat itu ia mengalami kecelakaan dengan menaiki Kapal Van Der Wicjk yang akhirnya menenggelamkannya.

Baca Juga  Mencari Kebahagiaan, Semangat, dan Makna dalam Hidup: Perjalanan Tak Berujung

Nyawa Hayati tidak dapat diselamatkan. Zainuddin merasa menyesal atas keputusannya menyuruh Hayati kembali ke Padang. Zainuddin yang terkenal dengan karya-karya hikayatnya kini telah tenggelam bersama bayang dan angan bersama Hayati.

Hingga setahun kemudian Zainuddin menyusul hayati ke alam abadi. Zainuddin meninggalkan harta benda melimpah dan karya-karya sastranya yang indah. Saat maut menjemputnya Zainuddin menyelesaikan kisah hikayat cintanya bersama Hayati dalam tulisan terakhirnya yang berjudul “Tenggelamnya Kapal van der Wijck”.

Amanat yang terkandung dalam novel “Tenggelamnya Kapal van der Wicjk” ini yaitu:

  1. Kekayaan bukanlah segalanya karena ketika kita mati kita tidak akan membawa harta.
  2. Mempertimbangkan kembali keputusan yang diambil agar tidak memperoleh penyesalan diakhir.
  3. Percayalah dengan cinta dan ketulusan
Baca Juga  Direktur P3S Jerry Massie; Megawati Segera Buat Keputusan Capres yang Diusung PDIP

Penulis: Riska Fitriana

Publisher: Prabangkaranews Media Group